- Back to Home »
- Makalah »
- Mengenal Defisiensi Unsur Hara dengan Metode Senyawa Campuran Dengan Sistem Hidroponik
Posted by : Faizin
Senin, 14 Desember 2015
Mengenal
Defisiensi Unsur Hara Dengan Metode Senyawa Campuran (Missing Element) Dengan Sistem Hidroponik
Endang
Susilowati (201310200311120)
Ari Bagus Prakoswa (201310200311129)
FAKULTAS
PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2015
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
1.2 Unsur Hara................................................................................................... 2
2.2 Tanaman Sawi (Brassica juncea L)............................................................. 8
BAB III METODE KERJA..................................................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................. 9
3.2 Cara Kerja.................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 10
4.1 Hasil........................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan................................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 17
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
5.2 Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
LAMPIRAN.......................................................................................................... 19
No Teks
Halaman
1. Gejala defisiensi Unsur minggu 2.................................................... 11
2. Data potensial redoks, suhu dan pH pada 3 minggu
setelah tanam 14
No Teks
Halaman
1 Grafik tinggi tanaman......................................................................
10
2. Grafik jumlah daun..........................................................................
10
3. Grafik pH.........................................................................................
11
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya, segala jenis tumbuhan memerlukan nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang
esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terdiri dari unsur hara
makro dan unsur mikro. Unsur hara makro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang
relatif banyak, sedangkan unsur hara mikro diperlukan tumbuhan dalam jumlah
yang relatif sedikit. Unsur-unsur hara esensial tersebut
diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan sangat penting dalam
melengkapi siklus hidupnya. Oleh karena itu, keberadaan unsur-unsur esensial
ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang lainnya.
Unsur hara makro dan unsur hara
mikro yang dibutuhkan pada setiap tanaman berbeda-beda. Struktur dan fungsi
tanaman berpengaruh terhadap kebutuhan unsur. Pada beberapa jenis tanaman dapat
tubuh dengan baik pada suatu habitat, namun pada tanaman lain tidak dapat
tumbuh dengan baik. Hal ini menunjukkan kebutuhan unsur pada masing-masing
tumbuhan berbeda-beda.
Tanaman dapat kekurangan salah satu
unsur hara yang diperlukan pada kondisi tertentu yang berakibat pada timbulnya
gejala-gejala defisiensi yang kadang sangat khas untuk unsur tertentu, meskipun
kadang gejala tersebut dapat terjadi akibat kekurangan beberapa unsur tertentu
secara bersamaan. Melalui medium kultur ini, gejala kekurangn hara tertentu
akan dengan mudah diamati.
Berdasarkan ulasan di atas maka
dilakukan percobaan tentang pengaruh perbedaan nutrisi pada medium sediaan
terhadap pertumbuhan tanaman Sawi untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan
akibat kekurangan unsur hara tertentu
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalahnya adalah bagaimana gejala defisiensi unsur hara dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman.
1.3
Tujuan
Adapun tujuannya
adalah untuk mengetahui gejala defisiensi unsur hara dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.2 Unsur Hara
A. Unsur Hara
Makro
Menurut Semangun (2006), unsur hara
makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dan
unsur-unsur ini sudah biasa diberikan dalam bentuk pupuk-pupuk buatan.
Unsur-unsur tersebut antara lain:
1.
Nitrogen
Nitrogen terbentuk sebagai ion
yang turut serta memelihara keadaan turgor. Unsur ini dapat menggantikan Kalium
dalam hal tertentu, sering terjadi ketika kadar Natrium naik bila unsur Kalium
sangat kurang. Keadaan
tersedia unsur Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3-
dan NH4+ , dan pada tumbuhan tertentu dalam bentuk
N2 bebas. Protoplasma yang hidup terdiri sekitar 25% bahan kering
dengan 50-50% zat-zat putih telur dan 5-10% lipoiden dan persenyawaan lainnya
yang mengandung N. kadar zat lemas dari protoplasma antara 2-2,5%.
Unsur Nitrogen diperlukan dalam jumlah banyak untuk
pembentukan protein, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan enzim,
nukleotida, lignin, dan bagian-bagian
sel lainnya, namun keberadaannya sering dalam kondisi kurang. Kahat Nitrogen
menyebabkan tumbuhan kurang cabang, klorotik, daun jarang, dan berwarna hijau
pucat. Dalam hal ini tidak berarti
bahwa pemberian zat N harus sebanyak-banyaknya, karena pemberian zat N yang
berlebih dapat mengakibatkan keracunan (kelebihan) pada tumbuhan. Pemberian N
yang banyak mempengaruhi perkembangan susunan akar, selain itu menyebabkan
pertumbuhan sekulentik, perpanjangan masa vegetative dan penundaan masa
kematangan.
2.
Kalium
Kalium berfungsi dalam keadaan ion
dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Ion Kalium
mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Jika kekurangan Kalium
maka asimilasi akan terhenti. Pada tanaman yang banyak menghasilkan hasil
asimilasi seperti kentang, ubi kayu, tebu, nanas, akan banyak memerlukan Kalium
(K2O) didalam tanah. Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel,
pembentukan jaringan penguat, penyeimbang ion, hidratasi, permeabilitas membran, dan sintesa putih telur. Pada saat
terjadi pembentukan bunga atau buah Kalium cepat ditarik oleh sebab itu Kalium
merupakan unsur mudah bergerak (mobil).
Kekurangan Kalium menyebabkan
fotosintesis, sintesa protein, dan translokasi terganggu. Tanaman yang
kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar
lengasnya yang lebih rendah. Kekurangan Kalium menimbulkan klorosis pada ujung
dan tepi daun, dan dimulai dari daun-daun tua, kemudian berkembang menjadi
nekrosis berbentuk V. Pada daun-daun sering terjadi bercak nekrotik tersebar.
3.
Kalsium
Kalsium diserap dalam bentuk Ca2+
berupa ion bebas yang berperan dalam keseimbangan ion dan
permeabilitas membran. Unsur ini terdapat sebagai kalsium pektat pada
lamela-lamela tengah dari dinding sel, endapan-endapan dari kalsium oksalat dan
kalsium karbonat dan sebagai ion didalam air-sel. Kebanyakan dari zat kapur ini
(CaO) terdapat didalam daun dan batang. Unsur ini
diperlukan dalam jumlah sedikit.
Kalsium berfungsi untuk mengatur
pembelahan dan pemanjangan sel. Ion-ion Kalium dapat mempertinggi permeabilitas
dinding sel dan sebaliknya, sehingga dapat dicegah. Peranan yang penting
dari kapur terdapat pada pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu
akar. Bila kapur ditiadakan maka pertumbuhan keduanya akan terhenti dan
bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat
kemerah-merahan.
Kahat kalsium menyebabkan kurang
berkembangnya dan matinya jaringan meristem dan diikuti matinya tumbuhan, pada
helaian dan tepi daun terjadi nekrosis dan klorosis, daun menggulung ke bawah,
tumbuhan kurang membentuk umbi, biji, dan buah. Kahat kalsium dapat terjadi
jika pemberian N yang berlebih, pertumbuhan yang cepat atau meningkatnya
kelembaban tanah secara mendadak.
4.
Magnesium
Magnesium adalah unsur esensial pembentuk klorofil, saat berada dalam
bnetuk ion bebas Mg merupakan aktivator
dengan banyak enzim respirasi. Magnesium tersedia (diserap tanaman)
dalam bentuk Mg2+ , merupakan komponen dalam cincin phirol klorofil,
yang membentuk warna hijau daun dan tidak dapat digantikan oleh unsur lain,
kecuali didalam hijau daun Mg terdapat pula sebagai ion
didalam air-sel. Unsur ini diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit jika
dibandingkan dengan unsur makro lain, Mg dalam bentuk Mg2+ namun
mempunyai peranan penting dalam penyusunan klorofil. Kadar Mg dari klorofil tanaman adalah 2,7 persen.
Kahat magnesium menyebabkan klorosis terlebih dahulu pada daun-daun tua,
warna hijau tertinggal pada tulang daun, daun-daun cepat mati dan rontok. Pada
monokotil menyebabkan daun bergaris-garis.
5.
Phospor
Fosfor
merupakan unsur penting dalam persenyawaan yang terkait fotosintesis seperti
ATP, NADP, PGA, dan merupakan bagian dari fosfolipid dan protein dalam membrane
sel (Semangun, 2006). Fosfor diserap oleh tanaman dalam keadaan tersedia
berbentuk H2PO4- dan HPO4=
sebagian besar fosfor didalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan
terikat dalam senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam
bentuk anorganik sebagai ion-ion phosphat.
Beberapa
bagian tanaman sangat banyak mengandung fosfor, yaitu bagian-bagain yang
bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari,
kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi untuk
pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor. Selain itu
fosfor berperan juga pada sintesa hijau daun. Fosfor mendorong pertumbuhan
akar-akar muda yang berguna bagi resistensi terhadap kekeringan.
Gejala
kekurangan fosfor kurang dikenali, daun-daun kecil, agak tegak, warnanya lebih
tua (hiperklorofilase), terjadi nekrosis dan klorosis, pembentukan tunas
lateral kurang, daun berwarna ungu karena terbentuk antosianin. Selain itu
mengakibatkan tumbuhan kurang membentuk bunga, buah, dan akar sehingga tidak tahan
kekeringan.
B. Unsur Hara
Mikro
Menurut
Semangun (2006), unsur hara mikro adalah unsur-unsur yang diperlukan dalam
jumlah yang lebih kecil, cukup beberapa ppm dalam larutan tanah. Unsur-unsur
yang termasuk dalam unsur hara mikro antara lain sebagai berikut:
1.
Besi
Besi merupakan komponen penting dalam banyak enzim,
protein-logam, sitokrom, dan leghemoglobin dalam bintil akar tanaman kacang,
berperan dalam proses pembentukan klorofil. Kekurangan besi menyebabkan
terjadinya klorosis pada daun muda bahkan daun berwarna putih berkerut. Bagian
yang klorosis cepat mati, ranting-ranting mati ujungnya. Kekurangan besi sering
terjadi pada tanah yang mengandung kapur, sehingga besi kurang tersedia bagi
tanaman. Besi diserap tanaman dalam bentuk Fe2+.
2.
Boron
Boron diserap oleh
tanaman dalam bentuk BO8=. Kekurangan unsur ini
dapat menyebabkan kuncup-kuncup dan pucuk daun jadi mati. Pertumbuhan didalam
meristema akan terganggu, yang menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam
pembentukan bekas pembuluh, Sehingga pengangkutan makanan akan terganggu.
3.
Mangan
Berbagai bentuk Mangan dijumpai dalam tanah, tetapi
yang paling banyak diserap dalam bentuk ion mangan Unsur Mangan (Mn) merupakan
activator enzim-enzim respirasi berperan dalam sintesis klorofil dan reaksi
fotokimia pada fotosintesis. Kekurangan Mangan (Mn) menyebabkan bercak-bercak
klorosis dan nekrosis yang tersebar pada daun-daun muda. Tumbuhan yang
kekurangan Mangan (Mn) terhambat pertumbuhannya dan cepat mati.
Mangan terlibat luas dalam proses katalitik pada
tumbuhan, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme
nitrogen dan fotosintesis. Mangan diperlukan untuk mengaktifkan nitrat
reduktase, sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan Mn, memerlukan sumber N
dalam bentuk NH4+.
4.
Seng
Seng merupakan komponen pembentuk
enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein. Seng
diserap dalam bentuk Zn2+. Seng dalam kadar rendah memberikan
dorongan terhadap pertumbuhan. Sedangkan bila kadar berlebih walau sedikit akan
menjadi racun bagi tanaman. Persenyawaan-persenyawaan Zn mempunyai fungsi pada
pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan psikologis.
Gejala kekurangan Zn ialah daun antara tulang-tulang daun berwarna merah
coklat.
Kekurangan seng menyebabkan
klorosis, nekrosis, terbentuknya daun-0daun kecil, dan defoliasi. Pada beberapa
tumbuhan daun menebal dan mengeriting. Ranting-ranting mati ujungnya, ruas-ruas
kurang memanjang sehingga terjadi gejala pusar.
5.
Tembaga
Unsur
tembaga diserap oleh tanaman dalam bentuk Cu++. Cu diperlukan pada
pembentukan beberapa macam enzym, oleh karena itu sangat diperlukan walaupun
dalam jumlah yang kecil. Enzim-enzim yang mengandung tembaga memegang peran
penting dalam oksidasi sel, tembaga juga bagian dari nitrat reduktase berperan
pada proses fotokimiawi fotosintesis. Kekurangan tembaga menyebabkan matinya
daun yang tampak layu mulai dari ujungnya. Bagian tertentu mengalami distorsi.
6.
Molibdenum
Molibdenum
merupakan kofaktor dalam reduksi nitrat, komponen berbagai enzim-logam,
berperan dalam fiksasi nitrogen dalam bintil akar kacang. Molibdenum diserap akar dalam bentuk ion
Molibdat (MoO4). Peranannya penting dalam pengikatan Nitrogen yang
bermanfaat pada tanaman Leguminose. Mo juga penting bagi tanaman jeruk
dan sayur-sayuran. Kekurangan Mo menyebabkan kurang berkembangnya helaian daun,
sehingga daun terbentuk hanya tulang-tulang daun saja.
7.
Cobalt
(Co)
Untuk
Fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur
N (Nitrogen), Cobalt dapat digantikan perannya dengan Natrium (Na), dan
Molibdenum (Mo). Kelebihannya, kobalt
jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat
kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi. Kekurangannya, mengurangi pembentukan
hemoglobin dan fiksasi nitrogen.
2.1 Hidroponik
Hidroponik
(soilless culture) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam yang umumnya juga
disebut “berkebun tanpa tanah”, termasuk bercocok tanam dalam pot atau wadah
lain yang menggunakan air atau bahan lainnya seperti kerikil, pasir kali,
pecahan genting, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 2004). Menurut Karsono
(2013), hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan
memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan
airnya, bukan melalui tanah yang juga sering disebut “Dirtless gardening /
Berkebun tanpa kotoran”.
Larutan
nutrisi mengandung semua unsur makro dan unsur mikro yang dibutuhkan oleh
tanaman. Unsur makro yang terdiri dari unsur Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium
(K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S), serta unsur mikro yang
terdiri dari unsur Mangan (Mn), Cuprum (Cu), Molibdenum (Mo), Zincum (Zn) dan
Ferrum (Fe) (Lingga, 2004).
Selanjutnya
menurut (Lingga, 2004) keuntungan bertanam secara hidroponik yang utama adalah
keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu,
keuntungan lainnya yaitu:
a. Perawatan
lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol.
b. Pemakaian
pupuk lebih efisien.
c. Tanaman yang
mati lebih mudah diganti dengan tanaman baru.
d. Tanaman
dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan yang bersih.
e. Tidak
membutuhkan banyak tenaga.
f. Hasil
produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding penanaman di tanah.
g. Harga jual
produk hidroponik lebih tinggi.
h. Tidak ada
resiko kebanjiran, erosi, kekeringan atau ketergantungan pada kondisi alam.
2.2
Tanaman
Sawi (Brassica juncea L)
Tanaman sawi (Brassica juncea)
berada satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau
rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) sehingga memiliki sifat
morfologis tanaman hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur
batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam kelompok
tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat
untuk kebutuhan gizi masyarakat (Fahrudin, 2010).
Sistem perakaran tanaman sawi
memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50
cm. Akar ini berfungsi untuk mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah,
serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Fahrudin, 2010). Batang tanaman
sawi sangat pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. dan
berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2002 dalam
Fahrudin 2010).
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak
berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak
(roset) hingga sukar membentuk krop Tanaman sawi mudah berbunga dan berbiji secara
alami baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi
tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi)
dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun
kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai
benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002 dalam Fahrudin
2010).
BAB III
METODE
KERJA
3.1 Alat
dan Bahan
Alat yang
digunakan adalah seed box, gelas ukur 500 ml, timbangan elektrik, spidol,
beaker glass 1000 ml, meteran-soil tester, jurigen (25l), talang, aerator.
Bahan yang
digunakan adalah aquadest, pupuk khemikalia 12 unsur, bibit sawi.
3.2 Cara
Kerja
Adapun cara
kerja dalam praktikum ini adalah:
1. Mempersiapkan
peralatan hidroponik dan merangkainya di dalam green house.
2. Mempersiapkan
larutan pupuk sesuai dengan kepekatannya dan mengukurnya dalam unit ppm. 1 ppm
= 1 mg unsur nutrien dilarutkan dalam 1 liter air. Sehingga dapat diketahui
masing-masing kebutuhan pupuk 12 unsur.
3. Memberikan
larutan tersebut pada media yang sudah disiapkan, sesuai perlakuan, yaitu:
1.
Talang 1 : menambahkan semua unsur hara.
2.
Talang 2 : menambahkan semua unsur hara kecuali
N.
3.
Talang 3 : menambahkan semua unsur hara kecuali
P.
4.
Talang 4 : menambahkan semua unsur hara kecuali
K.
5.
Talang 5 : menambahkan semua unsur hara kecuali
Ca
6.
Talang 6 : menambahkan semua unsur hara kecuali
Mg.
7.
Talang 7 : menambahkan semua unsur hara kecuali
Zn.
8.
Talang 8 : menambahkan semua unsur hara kecuali
Mn.
9.
Talang 9 : menambahkan semua unsur hara kecuali
Fe.
10. Talang
10 : menambahkan semua unsur hara
kecuali Cu.
11. Talang
11 : menambahkan semua unsur hara
kecuali B.
12. Talang
12 : menambahkan semua unsur hara
kecuali Co.
13. Talang
13 : menambahkan semua unsur hara
kecuali Mo.
4. Menanam
bibit sawi yang sudah disiapkan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No
|
Unsur
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kontrol
|
|
Daun mulai menguning
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
|
Daun mulai menguning dan kecoklatan
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
|
Daun mulai menguning dan kering di tepi daun
|
4
|
(-) KCL
|
|
Daun menguning dan kerdil
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
|
Daun hijau tua dan kerdil
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
|
Daun kecoklatan bagian tepi ke tengah dan kerdil
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
|
Tanaman segar belum ada gejala
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
|
Tanaman segar belum ada gejala
|
9
|
(-)
FeSO4
|
|
Daun tepi menguning
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
|
Daun mulai menguning
|
11
|
(-)
H3BO4
|
|
Daun mulai kecoklatan bagian tepi
|
12
|
(-)
CoCl2
|
|
Daun menguning dan pucat
|
13
|
(-)
MoO3
|
|
Tanaman kerdil dan daun hijau tua
|
Tabel 2. Data potensial redoks, suhu dan pH pada 3 minggu
setelah tanam
No
|
Unsur
|
Potensial Redoks
|
Suhu (oC)
|
pH
|
||
Atas
|
Tengah
|
Bawah
|
||||
1
|
Kontrol
|
44
|
50
|
50
|
31,6
|
7,07
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
-75
|
-82
|
-88
|
31,1
|
8,46
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
36
|
39
|
45
|
38
|
6,30
|
4
|
(-) KCL
|
55
|
58
|
61
|
32,2
|
6,09
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
15
|
10
|
4
|
33,4
|
6,8
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
38
|
31
|
45
|
34
|
6,42
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
-13
|
-11
|
-6
|
33,3
|
7,12
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
11
|
13
|
13
|
35
|
6,8
|
9
|
(-)
FeSO4
|
66
|
65
|
53
|
33,5
|
6,2
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
-39
|
-54
|
-53
|
34,5
|
7,8
|
11
|
(-)
H3BO4
|
60
|
65
|
64
|
33,2
|
6,1
|
12
|
(-)
CoCl2
|
56
|
52
|
51
|
33,5
|
6,09
|
13
|
(-)
MoO3
|
74
|
70
|
72
|
35,1
|
6
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan pada tinggi tanaman sawi pada minggu ke 1 dan minggu ke 2
setelah perlakuan normal tidak jauh berbeda dengan pertama kali tanam,
kenaikkannya pun rata-rata relatif sama, yaitu paling rendah 0,1 cm pada
perlakuan kontrol, (-) ZnSO4, 7H2O dan (-) CoCl2 dan paling tinggi 0,6 cm pada perlakuan (-) MoO3. Pada
minggu ke 3 dan minggu ke 4 tinggi tanaman sawi mulai terhambat dan sedikit
nilai kenaikannya. Bahkan pada perlakuan kontrol, (-) NH4NO3, (-) MgSO4,
7H2O dan (-) MnSO4H2O tidak mengalami kenaikan tinggi tanaman.
Selain itu pada perlakuan (-) H3BO4 dan (-) MoO3 sudah mati. Selanjutnya untuk pengamatan
minggu ke 5 ada lima tanaman sawi sudah mati pada perlakuan (-) NH4NO3, (-) MgSO4, 7H2O, (-) MnSO4H2O, (-) H3BO4 dan (-) MoO3 serta
yang lainnya rata-rata naik 0,1 cm. Bahkan pada minggu ke 6 hanya ada dua
perlakuan yang masih hidup yaitu perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O naik 0,5 cm dan (-) CoCl2 naik 0,3 cm, dimana kenaikan tinggi sawi
pada perlakuan (-) CoCl2 naik pesat dari minggu ke minggu. Hal ini
dikarenakan umur bibit sawi yang tidak seragam dan cara penanaman yang salah
ketika membalutkan spons pada pangkal sawi dimana terlalu ke atas sehingga
terjadi pembusukan pada batang. Menurut Semangun (2006), cobalt untuk fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur N (Nitrogen) yang mana mempengaruhi keberlangsungan pertumbuhan tanaman.
Jumlah daun tanaman sawi pada minggu ke I dan minggu ke II semua mengalami
kenaikan. Pada pengamatan 4 minggu terakhir terlihat paling banyak jumlah daun
pada perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O .Sedangkan jumlah daun paling sedikit pada
perlakuan (-) MoO3. Hal ini dikarenakan umur tanaman yang
berbeda mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Menurut Semangun (2006), Kekurangan
Mo menyebabkan kurang berkembangnya helaian daun, sehingga daun terbentuk hanya
tulang-tulang daun saja.
Pada pengamatan
pH media, selama 6 minggu tidak ada perubahan masing-masing perlakuan. Hasil
pengamatan menunjukkan pH paling tinggi pada perlakuan kontrol, (-) NH4NO3, dan (-) MoO3 sebesar 7,9. Sebaliknya, untuk pH terendah
pada perlakuan (-) KCL sebesar 7,5. Hal ini menunjukkan pH basa
yang bukan sifat dari kalium sendiri, dimana KCL bersifat netral.
Gejala yang
ditimbulkan pada semua perlakuan di minggu ke I semua masih keadaan segar dan
daun hijau. Pada minggu ke II daun tanaman sudah menampakkan gejalanya yaitu
mulai menguningnya daun juga berwarna coklat. Namun, pada minggu ke III dan
minggu ke IV semua perlakuan tanaman menunjukkan gejala kerdil dan daun pucat,
kecuali dua perlakuan (-) H3BO4 dan (-) MoO3 sudah mati. Pada minggu ke V daun pucat dan
tanaman mengecil, lalu minggu ke VI semua tanaman mati dengan keadaan busuk
kecuali perlakuan (-) CoCl2 dan ZnSO4, 7H2O masih hidup namun
layu dan kerdil. Hal ini dikarenakan kurangnya aerasi di dalam talang
hidroponik dan kesalahan dalam memasang spons pada batang tanaman sawi.
Potensial
redoks tanaman dari bagian atas, tengah dan bawah tanaman mengalami kenaikkan
kecuali pada perlakuan (-) NH4NO3, (-) CaCl2H2O, (-) FeSO4, (-) CuCl2,
5H2O dan (-) CoCl2 yang mengalami penurunan. Pada pengamatan
suhu masing-masing perlakuan terendah pada (-) NH4NO3 yaitu 31,1 oC
dan tertinggi pada (-) NaH2PO4 sebesar 38 oC. Pada pengamatan pH
dengan alat EC-meter menunjukkan nilai yang berbeda pada alat pH-meter,
pengamatan lebih akurat dengan EC-meter. Dimana pH terendah pada perlakuan (-) MoO3 dengan
pH 6 dan pH tertinggi 8,46 pada perlakuan (-) NH4NO3. Bahwa perlakuan (-) NH4NO3 bersifat sangat basa. Pada saat menunjukkan
pH tertinggi dengan EC-meter sama halnya dengan menggunakan alat pH-meter.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:
1. Perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O dan (-) CoCl2
mengalami kenaikan tinggi tanaman dari minggu ke minggu, sedangkan tanaman lain
sudah mati.
2. Jumlah daun paling banyak jumlah daun pada
perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O dan paling sedikit pada perlakuan (-) MoO3 karena
sudah mati dari minggu ke II.
3. Pada perlakuan (-) MoO3
menunjukkan pH terendah dengan pH 6 dan pH
tertinggi 8,46 pada perlakuan (-)
NH4NO3.
4. Semua perlakuan menunjukkan gejala yang sama
pada minggu ke II yaitu layu dan daun menguning, pada minggu ke IV kerdil dan
pucat serta pada minggu ke VI semua
tanaman mati dengan keadaan busuk kecuali perlakuan (-) CoCl2 dan ZnSO4, 7H2O masih hidup namun
layu dan kerdil.
5.2
Saran
Adapun
saran untuk praktikum ini harus ada kesetaraan paham untuk semua asisten agar
terjadi kerjasama yang baik. Selain itu, persiapan dan kesepakatan seluruh
praktikan harus ditingkatkan. Sehingga tidak terjadi hal-hal bahwa kekurangan
bibit, talang rusak, aliran air mampat dan tidak terjadi aerasi di dalam media.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahrudin.
2010. Budidaya Caisim (Brassica juncea.L).
Dari eprints.uns.ac.id/273/1/160992508201012411.pdf
diakses pada 18 Mei 2015.
Lingga,
Pinus. 2004. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa
Tanah. Jakarta. Penebar Swadaya.
Karsono,
S. 2013. Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta. Agromedia Pustaka.
Semangun,
Haryono. 2006. Hama Penyakit Tumbuhan.
Yogyakarta. UGM Press.
LAMPIRAN
Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman
(cm) selama 6 minggu
No
|
Unsur
|
Minggu ke-
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1
|
Kontrol
|
0,8
|
0,9
|
1
|
1
|
1
|
-
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
1,3
|
1,4
|
1,5
|
1,5
|
-
|
-
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
0,8
|
1
|
1,3
|
1,4
|
1,5
|
-
|
4
|
(-) KCL
|
1,2
|
1,4
|
1,5
|
1,6
|
1,7
|
-
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
0,3
|
0,5
|
0,5
|
1,6
|
0,7
|
-
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
2,5
|
2,7
|
3
|
3
|
-
|
-
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
1
|
1,1
|
1,2
|
1,3
|
1,5
|
2
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
1,3
|
1,7
|
2
|
2
|
-
|
-
|
9
|
(-)
FeSO4
|
0,8
|
1,1
|
1,2
|
1,3
|
1,3
|
-
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
2
|
2,2
|
2,5
|
2,7
|
3
|
-
|
11
|
(-)
H3BO4
|
2,1
|
2,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
(-)
CoCl2
|
0,9
|
1
|
1,2
|
1,5
|
2
|
2,3
|
13
|
(-)
MoO3
|
1,7
|
2,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap parameter
jumlah daun selama 6 minggu
No
|
Unsur
|
Minggu ke-
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1
|
Kontrol
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
-
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
3
|
5
|
6
|
7
|
-
|
-
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
4
|
6
|
7
|
8
|
9
|
-
|
4
|
(-) KCL
|
3
|
4
|
6
|
7
|
8
|
-
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
2
|
3
|
5
|
6
|
7
|
-
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
3
|
5
|
6
|
7
|
-
|
-
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
4
|
7
|
8
|
9
|
9
|
10
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
4
|
5
|
6
|
7
|
-
|
-
|
9
|
(-)
FeSO4
|
3
|
6
|
7
|
8
|
9
|
-
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
3
|
6
|
8
|
9
|
10
|
-
|
11
|
(-)
H3BO4
|
3
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
(-)
CoCl2
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
8
|
13
|
(-)
MoO3
|
3
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
No
|
Unsur
|
Minggu ke-
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1
|
Kontrol
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
4
|
(-) KCL
|
7,5
|
7,5
|
7,5
|
7,5
|
7,5
|
7,5
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7,6
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
9
|
(-)
FeSO4
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
11
|
(-)
H3BO4
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
7,8
|
12
|
(-)
CoCl2
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
13
|
(-)
MoO3
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
7,9
|
No
|
Unsur
|
Gambar
|
Gejala
|
1
|
Kontrol
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
4
|
(-) KCL
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
9
|
(-) FeSO4
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
11
|
(-)
H3BO4
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
12
|
(-)
CoCl2
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
13
|
(-)
MoO3
|
|
Daun segar belum ada gejala
|
No
|
Unsur
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kontrol
|
|
Tanaman kerdil, pucat dan kecoklatan
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
|
Tanaman kerdil, daun melengkung, pucat dan layu
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
|
Tanaman kerdil dan daun pucat
|
4
|
(-) KCL
|
|
Tanaman kerdil dan daun melengkung
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
|
Tanaman kerdil dan daun pucat
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
|
Tanaman kerdil, daun layu dan kecoklatan
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
|
Daun melengkung, tanaman pucat
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
|
Tanaman layu dan pucat
|
9
|
(-)
FeSO4
|
|
Tanaman berdaun pucatdan melengkung
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
|
Tanaman menguning dan kerdil
|
11
|
(-)
H3BO4
|
|
Tanaman mati
|
12
|
(-)
CoCl2
|
|
Tanaman mulai pucat pada daun
|
13
|
(-)
MoO3
|
|
Tanaman mati
|
No
|
Unsur
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kontrol
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning dari tepi
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
|
Tanaman
kerdil dan daun hijau tua
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning
|
4
|
(-) KCL
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning, pucat
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
|
Tanaman
kerdil, daun menguning
|
9
|
(-)
FeSO4
|
|
Tanaman
kerdil dan daun menguning
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
|
Tanaman
kerdil, daun kecoklatan dan layu
|
11
|
(-) H3BO4
|
|
Tanaman
mati
|
12
|
(-)
CoCl2
|
|
Tanaman
pucat
|
13
|
(-)
MoO3
|
|
Tanaman
mati
|
No
|
Unsur
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kontrol
|
|
Tanaman
mati
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
|
Tanaman
mati
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
|
Tanaman
kerdil dan layu
|
4
|
(-) KCL
|
|
Tanaman
kerdil dan layu
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
|
Tanaman
kerdil dan layu
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
|
Tanaman
mati
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
|
Tanaman
kerdil dan menguning
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
|
Tanaman
mati
|
9
|
(-)
FeSO4
|
|
Tanaman
kerdil dan layu
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
|
Tanaman
kerdil dan layu
|
11
|
(-)
H3BO4
|
|
Tanaman
mati
|
12
|
(-)
CoCl2
|
|
Tanaman
kerdil dan daun menguning
|
13
|
(-)
MoO3
|
|
Tanaman
mati
|
No
|
Unsur
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kontrol
|
|
Tanaman
mati
|
2
|
(-)
NH4NO3
|
|
Tanaman
mati
|
3
|
(-)
NaH2PO4
|
|
Tanaman
mati
|
4
|
(-) KCL
|
|
Tanaman
mati
|
5
|
(-)
CaCl2H2O
|
|
Tanaman
mati
|
6
|
(-)
MgSO4, 7H2O
|
|
Tanaman
mati
|
7
|
(-)
ZnSO4, 7H2O
|
|
Tanaman
kerdil, layu dan pucat
|
8
|
(-)
MnSO4H2O
|
|
Tanaman
mati
|
9
|
(-)
FeSO4
|
|
Tanaman
mati
|
10
|
(-)
CuCl2, 5H2O
|
|
Tanaman
mati
|
11
|
(-)
H3BO4
|
|
Tanaman
mati
|
12
|
(-)
CoCl2
|
|
Tanaman
kerdil dan layu
|
13
|
(-)
MoO3
|
|
Tanaman
mati
|