Posted by : Faizin Senin, 14 Desember 2015

Mengenal Defisiensi Unsur Hara Dengan Metode Senyawa Campuran (Missing Element) Dengan Sistem Hidroponik




 










Endang Susilowati                 (201310200311120)
Ari Bagus Prakoswa             (201310200311129)










FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1   Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2   Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3   Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
1.2   Unsur Hara................................................................................................... 2
2.2   Tanaman Sawi (Brassica juncea L)............................................................. 8
BAB III METODE KERJA..................................................................................... 9
3.1   Alat dan Bahan............................................................................................. 9
3.2   Cara Kerja.................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 10
4.1   Hasil........................................................................................................... 10
4.2   Pembahasan................................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 17
5.1   Kesimpulan................................................................................................ 17
5.2   Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
LAMPIRAN.......................................................................................................... 19




DAFTAR TABEL
No                                                        Teks                                              Halaman
1.         Gejala defisiensi Unsur minggu 2.................................................... 11
2.         Data potensial redoks, suhu dan pH pada 3 minggu setelah tanam 14


DAFTAR GAMBAR
No                                                        Teks                                              Halaman
1          Grafik tinggi tanaman...................................................................... 10
2.         Grafik jumlah daun.......................................................................... 10
3.         Grafik pH......................................................................................... 11






PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pada dasarnya, segala jenis tumbuhan memerlukan nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terdiri dari unsur hara makro dan unsur mikro. Unsur hara makro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang relatif banyak, sedangkan unsur hara mikro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur-unsur hara esensial tersebut diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan sangat penting dalam melengkapi siklus hidupnya. Oleh karena itu, keberadaan unsur-unsur esensial ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang lainnya.
Unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dibutuhkan pada setiap tanaman berbeda-beda. Struktur dan fungsi tanaman berpengaruh terhadap kebutuhan unsur. Pada beberapa jenis tanaman dapat tubuh dengan baik pada suatu habitat, namun pada tanaman lain tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini menunjukkan kebutuhan unsur pada masing-masing tumbuhan berbeda-beda.
Tanaman dapat kekurangan salah satu unsur hara yang diperlukan pada kondisi tertentu yang berakibat pada timbulnya gejala-gejala defisiensi yang kadang sangat khas untuk unsur tertentu, meskipun kadang gejala tersebut dapat terjadi akibat kekurangan beberapa unsur tertentu secara bersamaan. Melalui medium kultur ini, gejala kekurangn hara tertentu akan dengan mudah diamati.
Berdasarkan ulasan di atas maka dilakukan percobaan tentang pengaruh perbedaan nutrisi pada medium sediaan terhadap pertumbuhan tanaman Sawi untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur hara tertentu

1.2    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana gejala defisiensi unsur hara dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.

1.3    Tujuan

Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui gejala defisiensi unsur hara dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2  Unsur Hara

A.  Unsur Hara Makro
Menurut Semangun (2006), unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dan unsur-unsur ini sudah biasa diberikan dalam bentuk pupuk-pupuk buatan. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1.         Nitrogen
Nitrogen terbentuk sebagai ion yang turut serta memelihara keadaan turgor. Unsur ini dapat menggantikan Kalium dalam hal tertentu, sering terjadi ketika kadar Natrium naik bila unsur Kalium sangat kurang. Keadaan tersedia unsur Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+ , dan pada tumbuhan tertentu dalam bentuk N2 bebas. Protoplasma yang hidup terdiri sekitar 25% bahan kering dengan 50-50% zat-zat putih telur dan 5-10% lipoiden dan persenyawaan lainnya yang mengandung N. kadar zat lemas dari protoplasma antara 2-2,5%.
Unsur Nitrogen diperlukan dalam jumlah banyak untuk pembentukan protein, sehingga berpengaruh terhadap pembentukan enzim, nukleotida, lignin,  dan bagian-bagian sel lainnya, namun keberadaannya sering dalam kondisi kurang. Kahat Nitrogen menyebabkan tumbuhan kurang cabang, klorotik, daun jarang, dan berwarna hijau pucat. Dalam hal ini tidak berarti bahwa pemberian zat N harus sebanyak-banyaknya, karena pemberian zat N yang berlebih dapat mengakibatkan keracunan (kelebihan) pada tumbuhan. Pemberian N yang banyak mempengaruhi perkembangan susunan akar, selain itu menyebabkan pertumbuhan sekulentik, perpanjangan masa vegetative dan penundaan masa kematangan.
2.       Kalium
Kalium berfungsi dalam keadaan ion dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Jika kekurangan Kalium maka asimilasi akan terhenti. Pada tanaman yang banyak menghasilkan hasil asimilasi seperti kentang, ubi kayu, tebu, nanas, akan banyak memerlukan Kalium (K2O) didalam tanah. Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel, pembentukan jaringan penguat, penyeimbang ion, hidratasi, permeabilitas membran, dan sintesa putih telur. Pada saat terjadi pembentukan bunga atau buah Kalium cepat ditarik oleh sebab itu Kalium merupakan unsur mudah bergerak (mobil).
Kekurangan Kalium menyebabkan fotosintesis, sintesa protein, dan translokasi terganggu. Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah. Kekurangan Kalium menimbulkan klorosis pada ujung dan tepi daun, dan dimulai dari daun-daun tua, kemudian berkembang menjadi nekrosis berbentuk V. Pada daun-daun sering terjadi bercak nekrotik tersebar.
3.      Kalsium
Kalsium diserap dalam bentuk  Ca2+  berupa ion bebas yang berperan dalam keseimbangan ion dan permeabilitas membran. Unsur ini terdapat sebagai kalsium pektat pada lamela-lamela tengah dari dinding sel, endapan-endapan dari kalsium oksalat dan kalsium karbonat dan sebagai ion didalam air-sel. Kebanyakan dari zat kapur ini (CaO) terdapat didalam daun dan batang. Unsur ini diperlukan dalam jumlah sedikit.
Kalsium berfungsi untuk mengatur pembelahan dan pemanjangan sel. Ion-ion Kalium dapat mempertinggi permeabilitas dinding sel  dan sebaliknya, sehingga dapat dicegah. Peranan yang penting dari kapur terdapat pada pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu akar. Bila kapur ditiadakan maka pertumbuhan keduanya akan terhenti dan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat kemerah-merahan.
Kahat kalsium menyebabkan kurang berkembangnya dan matinya jaringan meristem dan diikuti matinya tumbuhan, pada helaian dan tepi daun terjadi nekrosis dan klorosis, daun menggulung ke bawah, tumbuhan kurang membentuk umbi, biji, dan buah. Kahat kalsium dapat terjadi jika pemberian N yang berlebih, pertumbuhan yang cepat atau meningkatnya kelembaban tanah secara mendadak.
4.      Magnesium
      Magnesium adalah unsur esensial pembentuk klorofil, saat berada dalam bnetuk ion bebas Mg merupakan aktivator  dengan banyak enzim respirasi. Magnesium tersedia (diserap tanaman) dalam bentuk Mg2+ , merupakan komponen dalam cincin phirol klorofil, yang membentuk warna hijau daun dan tidak dapat digantikan oleh unsur lain, kecuali didalam hijau daun Mg terdapat pula sebagai ion didalam air-sel. Unsur ini  diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan unsur makro lain, Mg dalam bentuk Mg2+ namun mempunyai peranan penting dalam penyusunan klorofil. Kadar Mg dari klorofil tanaman adalah 2,7 persen.
      Kahat magnesium menyebabkan klorosis terlebih dahulu pada daun-daun tua, warna hijau tertinggal pada tulang daun, daun-daun cepat mati dan rontok. Pada monokotil menyebabkan daun bergaris-garis.
5.      Phospor
      Fosfor merupakan unsur penting dalam persenyawaan yang terkait fotosintesis seperti ATP, NADP, PGA, dan merupakan bagian dari fosfolipid dan protein dalam membrane sel (Semangun, 2006). Fosfor diserap oleh tanaman dalam keadaan tersedia berbentuk H2PO4- dan HPO4= sebagian besar fosfor didalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion phosphat.
      Beberapa bagian tanaman sangat banyak mengandung fosfor, yaitu bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor. Selain itu fosfor berperan juga pada sintesa hijau daun. Fosfor mendorong pertumbuhan akar-akar muda yang berguna bagi resistensi terhadap kekeringan.
      Gejala kekurangan fosfor kurang dikenali, daun-daun kecil, agak tegak, warnanya lebih tua (hiperklorofilase), terjadi nekrosis dan klorosis, pembentukan tunas lateral kurang, daun berwarna ungu karena terbentuk antosianin. Selain itu mengakibatkan tumbuhan kurang membentuk bunga, buah, dan akar sehingga tidak tahan kekeringan.


B.  Unsur Hara Mikro
Menurut Semangun (2006), unsur hara mikro adalah unsur-unsur yang diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil, cukup beberapa ppm dalam larutan tanah. Unsur-unsur yang termasuk dalam unsur hara mikro antara lain sebagai berikut:
1.      Besi
Besi merupakan komponen penting dalam banyak enzim, protein-logam, sitokrom, dan leghemoglobin dalam bintil akar tanaman kacang, berperan dalam proses pembentukan klorofil. Kekurangan besi menyebabkan terjadinya klorosis pada daun muda bahkan daun berwarna putih berkerut. Bagian yang klorosis cepat mati, ranting-ranting mati ujungnya. Kekurangan besi sering terjadi pada tanah yang mengandung kapur, sehingga besi kurang tersedia bagi tanaman. Besi diserap tanaman dalam bentuk Fe2+.
2.      Boron
Boron diserap oleh tanaman dalam bentuk BO8=. Kekurangan unsur ini  dapat menyebabkan kuncup-kuncup dan pucuk daun jadi mati. Pertumbuhan didalam meristema akan terganggu, yang menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam pembentukan bekas pembuluh, Sehingga pengangkutan makanan akan terganggu.
3.      Mangan
Berbagai bentuk Mangan dijumpai dalam tanah, tetapi yang paling banyak diserap dalam bentuk ion mangan Unsur Mangan (Mn) merupakan activator enzim-enzim respirasi berperan dalam sintesis klorofil dan reaksi fotokimia pada fotosintesis. Kekurangan Mangan (Mn) menyebabkan bercak-bercak klorosis dan nekrosis yang tersebar pada daun-daun muda. Tumbuhan yang kekurangan Mangan (Mn) terhambat pertumbuhannya dan cepat mati.
Mangan terlibat luas dalam proses katalitik pada tumbuhan, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase, sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan Mn, memerlukan sumber N dalam bentuk NH4+.

4.      Seng
Seng merupakan komponen pembentuk enzim yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein. Seng diserap dalam bentuk Zn2+. Seng dalam kadar rendah memberikan dorongan terhadap pertumbuhan. Sedangkan bila kadar berlebih walau sedikit akan menjadi racun bagi tanaman. Persenyawaan-persenyawaan Zn mempunyai fungsi pada pembentukan hormon tumbuh (auxin) dan penting bagi keseimbangan psikologis. Gejala kekurangan Zn ialah daun antara tulang-tulang daun berwarna merah coklat.
Kekurangan seng menyebabkan klorosis, nekrosis, terbentuknya daun-0daun kecil, dan defoliasi. Pada beberapa tumbuhan daun menebal dan mengeriting. Ranting-ranting mati ujungnya, ruas-ruas kurang memanjang sehingga terjadi gejala pusar.
5.      Tembaga
      Unsur tembaga diserap oleh tanaman dalam bentuk Cu++. Cu diperlukan pada pembentukan beberapa macam enzym, oleh karena itu sangat diperlukan walaupun dalam jumlah yang kecil. Enzim-enzim yang mengandung tembaga memegang peran penting dalam oksidasi sel, tembaga juga bagian dari nitrat reduktase berperan pada proses fotokimiawi fotosintesis. Kekurangan tembaga menyebabkan matinya daun yang tampak layu mulai dari ujungnya. Bagian tertentu mengalami distorsi.
6.      Molibdenum
      Molibdenum merupakan kofaktor dalam reduksi nitrat, komponen berbagai enzim-logam, berperan dalam fiksasi nitrogen dalam bintil akar kacang.  Molibdenum diserap akar dalam bentuk ion Molibdat (MoO4). Peranannya penting dalam pengikatan Nitrogen yang bermanfaat pada tanaman Leguminose. Mo juga penting bagi tanaman jeruk dan sayur-sayuran. Kekurangan Mo menyebabkan kurang berkembangnya helaian daun, sehingga daun terbentuk hanya tulang-tulang daun saja.
7.      Cobalt (Co)
      Untuk Fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur N (Nitrogen), Cobalt dapat digantikan perannya dengan Natrium (Na), dan Molibdenum (Mo). Kelebihannya, kobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi. Kekurangannya, mengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen.

2.1  Hidroponik
      Hidroponik (soilless culture) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam yang umumnya juga disebut “berkebun tanpa tanah”, termasuk bercocok tanam dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan lainnya seperti kerikil, pasir kali, pecahan genting, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 2004). Menurut Karsono (2013), hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan airnya, bukan melalui tanah yang juga sering disebut “Dirtless gardening / Berkebun tanpa kotoran”.
      Larutan nutrisi mengandung semua unsur makro dan unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur makro yang terdiri dari unsur Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S), serta unsur mikro yang terdiri dari unsur Mangan (Mn), Cuprum (Cu), Molibdenum (Mo), Zincum (Zn) dan Ferrum (Fe) (Lingga, 2004).
      Selanjutnya menurut (Lingga, 2004) keuntungan bertanam secara hidroponik yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, keuntungan lainnya yaitu:
a.    Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol.
b.    Pemakaian pupuk lebih efisien.
c.    Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman baru.
d.    Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan yang bersih.
e.    Tidak membutuhkan banyak tenaga.
f.     Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding penanaman di tanah.
g.    Harga jual produk hidroponik lebih tinggi.
h.    Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan atau ketergantungan pada kondisi alam.

2.2    Tanaman Sawi (Brassica juncea L)

Tanaman sawi (Brassica juncea) berada satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) sehingga memiliki sifat morfologis tanaman hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat (Fahrudin, 2010).
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar ini berfungsi untuk mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Fahrudin, 2010). Batang tanaman sawi sangat pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. dan berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2002 dalam Fahrudin 2010).
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop Tanaman sawi mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002 dalam Fahrudin 2010).




BAB III

METODE KERJA

3.1  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah seed box, gelas ukur 500 ml, timbangan elektrik, spidol, beaker glass 1000 ml, meteran-soil tester, jurigen (25l), talang, aerator.
Bahan yang digunakan adalah aquadest, pupuk khemikalia 12 unsur, bibit sawi.

3.2  Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah:
1.    Mempersiapkan peralatan hidroponik dan merangkainya di dalam green house.
2.    Mempersiapkan larutan pupuk sesuai dengan kepekatannya dan mengukurnya dalam unit ppm. 1 ppm = 1 mg unsur nutrien dilarutkan dalam 1 liter air. Sehingga dapat diketahui masing-masing kebutuhan pupuk 12 unsur.
3.    Memberikan larutan tersebut pada media yang sudah disiapkan, sesuai perlakuan, yaitu:
1.         Talang 1        : menambahkan semua unsur hara.
2.         Talang 2        : menambahkan semua unsur hara kecuali N.
3.         Talang 3        : menambahkan semua unsur hara kecuali P.
4.         Talang 4        : menambahkan semua unsur hara kecuali K.
5.         Talang 5        : menambahkan semua unsur hara kecuali Ca
6.         Talang 6        : menambahkan semua unsur hara kecuali Mg.
7.         Talang 7        : menambahkan semua unsur hara kecuali Zn.
8.         Talang 8        : menambahkan semua unsur hara kecuali Mn.
9.         Talang 9        : menambahkan semua unsur hara kecuali Fe.
10.     Talang 10      : menambahkan semua unsur hara kecuali Cu.
11.     Talang 11      : menambahkan semua unsur hara kecuali B.
12.     Talang 12      : menambahkan semua unsur hara kecuali Co.
13.     Talang 13      : menambahkan semua unsur hara kecuali Mo.
4.    Menanam bibit sawi yang sudah disiapkan.



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil

















Tabel 1. Gejala defisiensi Unsur minggu 2
No
Unsur
Gambar
Keterangan
1
Kontrol


Daun mulai menguning
2
(-) NH4NO3

Daun mulai menguning dan kecoklatan
3
(-) NaH2PO4

Daun mulai menguning dan kering di tepi daun
4
(-) KCL


Daun menguning dan kerdil
5
(-) CaCl2H2O


Daun hijau tua dan kerdil
6
(-) MgSO4, 7H2O


Daun kecoklatan bagian tepi ke tengah dan kerdil
7
(-) ZnSO4, 7H2O


Tanaman segar belum ada gejala
8
(-) MnSO4H2O


Tanaman segar belum ada gejala
9
(-) FeSO4

Daun tepi menguning
10
(-) CuCl2, 5H2O

Daun mulai menguning
11
(-) H3BO4

Daun mulai kecoklatan bagian tepi
12
(-) CoCl2

Daun menguning dan pucat
13
(-) MoO3

Tanaman kerdil dan daun hijau tua




Tabel 2. Data potensial redoks, suhu dan pH pada 3 minggu setelah tanam
No
Unsur
Potensial Redoks
Suhu (oC)
pH
Atas
Tengah
Bawah
1
Kontrol
44
50
50
31,6
7,07
2
(-) NH4NO3
-75
-82
-88
31,1
8,46
3
(-) NaH2PO4
36
39
45
38
6,30
4
(-) KCL
55
58
61
32,2
6,09
5
(-) CaCl2H2O
15
10
4
33,4
6,8
6
(-) MgSO4, 7H2O
38
31
45
34
6,42
7
(-) ZnSO4, 7H2O
-13
-11
-6
33,3
7,12
8
(-) MnSO4H2O
11
13
13
35
6,8
9
(-) FeSO4
66
65
53
33,5
6,2
10
(-) CuCl2, 5H2O
-39
-54
-53
34,5
7,8
11
(-) H3BO4
60
65
64
33,2
6,1
12
(-) CoCl2
56
52
51
33,5
6,09
13
(-) MoO3
74
70
72
35,1
6

4.2    Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada tinggi tanaman sawi pada minggu ke 1 dan minggu ke 2 setelah perlakuan normal tidak jauh berbeda dengan pertama kali tanam, kenaikkannya pun rata-rata relatif sama, yaitu paling rendah 0,1 cm pada perlakuan kontrol, (-) ZnSO4, 7H2O dan (-) CoCl2 dan paling tinggi 0,6 cm pada perlakuan (-) MoO3. Pada minggu ke 3 dan minggu ke 4 tinggi tanaman sawi mulai terhambat dan sedikit nilai kenaikannya. Bahkan pada perlakuan kontrol, (-) NH4NO3, (-) MgSO4, 7H2O dan (-) MnSO4H2O tidak mengalami kenaikan tinggi tanaman. Selain itu pada perlakuan (-) H3BO4 dan (-) MoO3 sudah mati. Selanjutnya untuk pengamatan minggu ke 5 ada lima tanaman sawi sudah mati pada perlakuan (-) NH4NO3, (-) MgSO4, 7H2O, (-) MnSO4H2O, (-) H3BO4 dan (-) MoO3 serta yang lainnya rata-rata naik 0,1 cm. Bahkan pada minggu ke 6 hanya ada dua perlakuan yang masih hidup yaitu perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O naik 0,5 cm dan (-) CoCl2 naik 0,3 cm, dimana kenaikan tinggi sawi pada perlakuan (-) CoCl2 naik pesat dari minggu ke minggu. Hal ini dikarenakan umur bibit sawi yang tidak seragam dan cara penanaman yang salah ketika membalutkan spons pada pangkal sawi dimana terlalu ke atas sehingga terjadi pembusukan pada batang. Menurut Semangun (2006), cobalt untuk fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur N (Nitrogen) yang mana mempengaruhi keberlangsungan pertumbuhan tanaman.
Jumlah daun tanaman sawi pada minggu ke I dan minggu ke II semua mengalami kenaikan. Pada pengamatan 4 minggu terakhir terlihat paling banyak jumlah daun pada perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O .Sedangkan jumlah daun paling sedikit pada perlakuan (-) MoO3. Hal ini dikarenakan umur tanaman yang berbeda mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Menurut Semangun (2006), Kekurangan Mo menyebabkan kurang berkembangnya helaian daun, sehingga daun terbentuk hanya tulang-tulang daun saja.
Pada pengamatan pH media, selama 6 minggu tidak ada perubahan masing-masing perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan pH paling tinggi pada perlakuan kontrol, (-) NH4NO3, dan (-) MoO3 sebesar 7,9. Sebaliknya, untuk pH terendah pada perlakuan (-) KCL sebesar 7,5. Hal ini menunjukkan pH basa yang bukan sifat dari kalium sendiri, dimana KCL bersifat netral.
Gejala yang ditimbulkan pada semua perlakuan di minggu ke I semua masih keadaan segar dan daun hijau. Pada minggu ke II daun tanaman sudah menampakkan gejalanya yaitu mulai menguningnya daun juga berwarna coklat. Namun, pada minggu ke III dan minggu ke IV semua perlakuan tanaman menunjukkan gejala kerdil dan daun pucat, kecuali dua perlakuan (-) H3BO4 dan (-) MoO3 sudah mati. Pada minggu ke V daun pucat dan tanaman mengecil, lalu minggu ke VI semua tanaman mati dengan keadaan busuk kecuali perlakuan (-) CoCl2 dan ZnSO4, 7H2O masih hidup namun layu dan kerdil. Hal ini dikarenakan kurangnya aerasi di dalam talang hidroponik dan kesalahan dalam memasang spons pada batang tanaman sawi.
Potensial redoks tanaman dari bagian atas, tengah dan bawah tanaman mengalami kenaikkan kecuali pada perlakuan (-) NH4NO3, (-) CaCl2H2O, (-) FeSO4, (-) CuCl2, 5H2O dan (-) CoCl2 yang mengalami penurunan. Pada pengamatan suhu masing-masing perlakuan terendah pada (-) NH4NO3 yaitu 31,1 oC dan tertinggi pada (-) NaH2PO4 sebesar 38 oC. Pada pengamatan pH dengan alat EC-meter menunjukkan nilai yang berbeda pada alat pH-meter, pengamatan lebih akurat dengan EC-meter. Dimana pH terendah pada perlakuan (-) MoO3 dengan pH 6 dan pH tertinggi 8,46 pada perlakuan (-) NH4NO3. Bahwa perlakuan (-) NH4NO3 bersifat sangat basa. Pada saat menunjukkan pH tertinggi dengan EC-meter sama halnya dengan menggunakan alat pH-meter.
















BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:
1.      Perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O dan (-) CoCl2 mengalami kenaikan tinggi tanaman dari minggu ke minggu, sedangkan tanaman lain sudah mati.
2.      Jumlah daun paling banyak jumlah daun pada perlakuan (-) ZnSO4, 7H2O dan paling sedikit pada perlakuan (-) MoO3 karena sudah mati dari minggu ke II.
3.      Pada perlakuan (-) MoO3 menunjukkan pH terendah dengan pH 6 dan pH tertinggi 8,46 pada perlakuan (-) NH4NO3.
4.      Semua perlakuan menunjukkan gejala yang sama pada minggu ke II yaitu layu dan daun menguning, pada minggu ke IV kerdil dan pucat serta  pada minggu ke VI semua tanaman mati dengan keadaan busuk kecuali perlakuan (-) CoCl2 dan ZnSO4, 7H2O masih hidup namun layu dan kerdil.

5.2    Saran

Adapun saran untuk praktikum ini harus ada kesetaraan paham untuk semua asisten agar terjadi kerjasama yang baik. Selain itu, persiapan dan kesepakatan seluruh praktikan harus ditingkatkan. Sehingga tidak terjadi hal-hal bahwa kekurangan bibit, talang rusak, aliran air mampat dan tidak terjadi aerasi di dalam media.

DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin. 2010. Budidaya Caisim (Brassica juncea.L). Dari eprints.uns.ac.id/273/1/160992508201012411.pdf diakses pada 18 Mei 2015.
Lingga, Pinus. 2004. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta. Penebar Swadaya.
Karsono, S. 2013. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Semangun, Haryono. 2006. Hama Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta. UGM Press.




LAMPIRAN

Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman (cm) selama 6 minggu
No
Unsur
Minggu ke-
I
II
III
IV
V
VI
1
Kontrol
0,8
0,9
1
1
1
-
2
(-) NH4NO3
1,3
1,4
1,5
1,5
-
-
3
(-) NaH2PO4
0,8
1
1,3
1,4
1,5
-
4
(-) KCL
1,2
1,4
1,5
1,6
1,7
-
5
(-) CaCl2H2O
0,3
0,5
0,5
1,6
0,7
-
6
(-) MgSO4, 7H2O
2,5
2,7
3
3
-
-
7
(-) ZnSO4, 7H2O
1
1,1
1,2
1,3
1,5
2
8
(-) MnSO4H2O
1,3
1,7
2
2
-
-
9
(-) FeSO4
0,8
1,1
1,2
1,3
1,3
-
10
(-) CuCl2, 5H2O
2
2,2
2,5
2,7
3
-
11
(-) H3BO4
2,1
2,3
-
-
-
-
12
(-) CoCl2
0,9
1
1,2
1,5
2
2,3
13
(-) MoO3
1,7
2,3
-
-
-
-

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap parameter jumlah daun selama 6 minggu
No
Unsur
Minggu ke-
I
II
III
IV
V
VI
1
Kontrol
2
3
4
5
6
-
2
(-) NH4NO3
3
5
6
7
-
-
3
(-) NaH2PO4
4
6
7
8
9
-
4
(-) KCL
3
4
6
7
8
-
5
(-) CaCl2H2O
2
3
5
6
7
-
6
(-) MgSO4, 7H2O
3
5
6
7
-
-
7
(-) ZnSO4, 7H2O
4
7
8
9
9
10
8
(-) MnSO4H2O
4
5
6
7
-
-
9
(-) FeSO4
3
6
7
8
9
-
10
(-) CuCl2, 5H2O
3
6
8
9
10
-
11
(-) H3BO4
3
5
-
-
-
-
12
(-) CoCl2
4
5
6
7
8
8
13
(-) MoO3
3
4
-
-
-
-

No
Unsur
Minggu ke-
I
II
III
IV
V
VI
1
Kontrol
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
2
(-) NH4NO3
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
3
(-) NaH2PO4
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
4
(-) KCL
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
5
(-) CaCl2H2O
7,6
7,6
7,6
7,6
7,6
7,6
6
(-) MgSO4, 7H2O
7,6
7,6
7,6
7,6
7,6
7,6
7
(-) ZnSO4, 7H2O
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
8
(-) MnSO4H2O
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
9
(-) FeSO4
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
10
(-) CuCl2, 5H2O
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
11
(-) H3BO4
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
12
(-) CoCl2
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
13
(-) MoO3
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9

Tabel 4. Gejala defisiensi Unsur minggu 1
No
Unsur
Gambar
Gejala
1
Kontrol
Daun segar belum ada gejala
2
(-) NH4NO3
Daun segar belum ada gejala
3
(-) NaH2PO4
Daun segar belum ada gejala
4
(-) KCL
Daun segar belum ada gejala
5
(-) CaCl2H2O
Daun segar belum ada gejala
6
(-) MgSO4, 7H2O
Daun segar belum ada gejala
7
(-) ZnSO4, 7H2O
Daun segar belum ada gejala
8
(-) MnSO4H2O
Daun segar belum ada gejala
9
(-) FeSO4
Daun segar belum ada gejala
10
(-) CuCl2, 5H2O
Daun segar belum ada gejala
11
(-) H3BO4
Daun segar belum ada gejala
12
(-) CoCl2
Daun segar belum ada gejala
13
(-) MoO3
Daun segar belum ada gejala

Tabel 5. Gejala defisiensi Unsur minggu 3
No
Unsur
Gambar
Keterangan
1
Kontrol

Tanaman kerdil, pucat dan kecoklatan
2
(-) NH4NO3

Tanaman kerdil, daun melengkung, pucat dan layu
3
(-) NaH2PO4

Tanaman kerdil dan daun pucat
4
(-) KCL

Tanaman kerdil dan daun melengkung
5
(-) CaCl2H2O

Tanaman kerdil dan daun pucat
6
(-) MgSO4, 7H2O

Tanaman kerdil, daun layu dan kecoklatan
7
(-) ZnSO4, 7H2O

Daun melengkung, tanaman pucat
8
(-) MnSO4H2O

Tanaman layu dan pucat
9
(-) FeSO4

Tanaman berdaun pucatdan melengkung
10
(-) CuCl2, 5H2O

Tanaman menguning dan kerdil
11
(-) H3BO4

Tanaman mati
12
(-) CoCl2

Tanaman mulai pucat pada daun
13
(-) MoO3

Tanaman mati

Tabel 6. Gejala defisiensi Unsur minggu 4
No
Unsur
Gambar
Keterangan
1
Kontrol

Tanaman kerdil, daun menguning dari tepi
2
(-) NH4NO3

Tanaman kerdil dan daun hijau tua
3
(-) NaH2PO4

Tanaman kerdil, daun menguning
4
(-) KCL

Tanaman kerdil, daun menguning
5
(-) CaCl2H2O

Tanaman kerdil, daun menguning
6
(-) MgSO4, 7H2O

Tanaman kerdil, daun menguning
7
(-) ZnSO4, 7H2O

Tanaman kerdil, daun menguning, pucat
8
(-) MnSO4H2O

Tanaman kerdil, daun menguning
9
(-) FeSO4

Tanaman kerdil dan daun menguning
10
(-) CuCl2, 5H2O

Tanaman kerdil, daun kecoklatan dan layu
11
(-) H3BO4

Tanaman mati
12
(-) CoCl2

Tanaman pucat
13
(-) MoO3

Tanaman mati

Tabel 7. Gejala defisiensi Unsur minggu 5
No
Unsur
Gambar
Keterangan
1
Kontrol

Tanaman mati
2
(-) NH4NO3

Tanaman mati
3
(-) NaH2PO4

Tanaman kerdil dan layu
4
(-) KCL

Tanaman kerdil dan layu
5
(-) CaCl2H2O

Tanaman kerdil dan layu
6
(-) MgSO4, 7H2O

Tanaman mati
7
(-) ZnSO4, 7H2O

Tanaman kerdil dan menguning
8
(-) MnSO4H2O

Tanaman mati
9
(-) FeSO4

Tanaman kerdil dan layu
10
(-) CuCl2, 5H2O

Tanaman kerdil dan layu
11
(-) H3BO4

Tanaman mati
12
(-) CoCl2

Tanaman kerdil dan daun menguning
13
(-) MoO3

Tanaman mati

Tabel 8. Gejala defisiensi Unsur minggu 6
No
Unsur
Gambar
Keterangan
1
Kontrol

Tanaman mati
2
(-) NH4NO3

Tanaman mati
3
(-) NaH2PO4

Tanaman mati
4
(-) KCL

Tanaman mati
5
(-) CaCl2H2O

Tanaman mati
6
(-) MgSO4, 7H2O

Tanaman mati
7
(-) ZnSO4, 7H2O

Tanaman kerdil, layu dan pucat
8
(-) MnSO4H2O

Tanaman mati
9
(-) FeSO4

Tanaman mati
10
(-) CuCl2, 5H2O

Tanaman mati
11
(-) H3BO4

Tanaman mati
12
(-) CoCl2

Tanaman kerdil dan layu
13
(-) MoO3

Tanaman mati






Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Faiez Blog's - Powered by Pena Media - Designed by Akhiefaiez -