Pembibitan Tanaman Hias

Pembibitan Tanaman Hias
  

 




Disusun Oleh :
Ahmad Nur Ahid Faizin         201310200311133







LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Tanaman Hias................................................................................................ 3
2.2 Pembibitan Tanaman Hias............................................................................. 6
2.3 Media Tanam................................................................................................. 6
BAB III. METODE KERJA.................................................................................. 10
3.1 Tempat dan Waktu....................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................ 10
3.3 Langkah Kerja............................................................................................. 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 12
4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................ 12
4.2 Pembahasan................................................................................................. 12
BAB V. PENUTUP............................................................................................... 14
5.1 KESIMPULAN............................................................................................ 14
5.2 SARAN........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
LAMPIRAN.......................................................................................................... 16

 



DAFTAR TABEL

No                                                        Teks                                              Halaman
1.           Tabel Kombinasi Perlakuan...........................................................   11
2.           Tabel Uji banding pembibitan tanaman hias.................................   12
             
             


DAFTAR LAMPIRAN

No                                                        Teks                                              Halaman
1.              Lampiran 1. Data Pengamatan Tanaman Hias............................   14
2.              Lampiran 2. Dokumentasi Pengamatan Tanaman Hias..............   15
                






















BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati khususnya tanaman hias. Pada tahun 1969-2014 Indonesia mengalami peningkatan produktivitas tanaman hias yang sangat pesat. Di era sekarang ini tanaman hias merupakan tanaman yang memberikan jasa dan manfaat bagi kehidupan manusia. Selain dapat dimanfaatkan sebagai penyaman atau pengindah lingkungan hidup serta beberapa jenis tanaman mengeluarkan aroma harum, disamping potensial untuk dijadikan komoditas perdagangan antar negara.
Prospek pengembangan tanaman hias secara komersial amat cerah. Tanaman hias bisa diperjualbelikan dalam bentuk bibit, biji, tanaman pot dan bunga potong, bahkan dipergunakan sebagai materi persewaan untuk perkantoran dan dekorasi dalam ruangan dan luar ruangan. Permintaan akan tanaman hias dan bunga cenderung meningkat   dari waktu ke waktu sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, perluasan pemukiman, meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup yang nyaman.
Untuk meningkatkan kualitas produksi tanaman hias maka budidaya tanaman hias ini tidak bisa sembarang dilakukan. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, salah satunya adalah media tanam. Media tanam merupakan tempat dimana tanaman itu tumbuh. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila ia berada dilingkungan yang cocok. Oleh karena itu media tanam akan memberikan kontribusi yang besar terhadap kesuburan bahan tanam.

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara perbanyakan tanaman hias secara vegetatif menggunakan bagian tanaman?
2.      Perlakuan manakah yang paling baik diantara semua perlakuan yang diberikan?




1.3  Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui cara perbanyakan tanaman hias secara vegetatif menggunakan bagian tanaman.
2.      Mengetahui perlakuan yang paling baik diantara semua perlakuan yang diberikan.



























BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hias

Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat dimasukkan sebagai tanaman hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah, batang, bahkan pepagan dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan. Sebagai contoh, beberapa ranting tumbuhan yang mengeluarkan aroma segar dapat diletakkan di ruangan untuk mengharumkan ruangan dapat menjadikannya sebagai tanaman hias. (Hariyadi,1998)
Tanaman hias adalah tanaman bunga-bungaan atau segala bentuk tanaman yang menghasilkan bunga (organ generatif). Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan keberadaban manusia, tanaman hias diartikan sebagai segala jenis tanaman yangg memiliki nilai hias (bunga, batang, tajuk, cabang, daun, akar, aroma) yang menimbulkan kesan indah (artistik) atau kesan seni. Pada mulanya bunga potong ditujukan untuk kuntum bunga (organ generatif) beserta tangkainya atau sedikit cabang (terlepas dari tanaman induknya) yg dimanfaatkan sebagi bahan hiasan maupun kegunaan yang lebih luas lainnya. Dibutuhkan sedikit keterampilan untuk menghiasi tanaman hias ini supaya cantik dan enak dilihat. (Acquaah. 2002)
Zamia culcas termasuk salah satu jenis tanaman hias yang sangat enak dipandangi, perpaduan bentuk antara batang dan daun yang rimbun membentuk suatu pandangan terhadap nilai seni tanaman hias, berwarna hijau pekat, dengan daun kecil kecil yang seragam. Tidak banyak yang mengoleksitanaman Zamia culcas, dapat digunakan sebagai tanaman indoor, dipasangkan pada beranda rumah, dan kuat untuk didalam ruangan, tetapi juga kuat terhadap terik sinar


matahari, tetapi lebih bagus pertumbuhannya apabila di tempat yang teduh. (Subagyo,2001).
Termasuk jenis tanaman yang bandel, dapat hidup dengan baik walaupun kurang terhadap siraman air atau sebaliknya, ada dua jenis tanaman ini, yang pertama berdaun rapat, dengan ukuran lebih kecil tetapi jarak antar daun lebih rapat, dan yang satu lagi sebaliknya dari ciri fisik diatas, dan yang lebih jarang disebut tanaman Zamia culcas lokal.
Perawatan Zamia culcas tergolong mudah karena tanaman ini tergolong tanaman yang menyukai panas. Zamiacocok dipelihara dalam ruangan. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah memiliki daun yang tebal, hijau dan mengkilat. Selain itu juga memiliki bonggol yang berbentuk kentang atau bulb (tempat penyimpanan makanan).Media tanam tumbuhan ini biasanya terdiri dari pupuk organik (tanah dicampur dengan pupuk kandang), lalu sekam bakar, dan sedikit pasir. Perbanyakan tanaman ini bisa dilakukan melalui stek daun dan batang.(Subagyo,2001).
Violces adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di Afrika. Tanaman ini sering disebut sebagai African Violet.Violces memiliki beraneka macam bunga baik dari jenis bunga maupun warnanya. Bunga ini ada yang memiliki kelopak tunggal dan ada yang bertumpuk. Selain itu ada yang memiliki ukuran kelopak kecil atau pun besar. Warna bunga Violces juga cukup beragam, kebanyakan memang biru atau ungu. (Apriaji,1990).
Bunga Violces sangat sensitif terhadap sinar matahari, sehingga mereka harus berada tetap di tempat yang tidak terlalu mendapat sinar matahari berlebihan atau tempat yang cukup redup. Jika mereka mendapat sinar matahari terlalu berlebihan akan membuat tumbuhan Violces  menjamur dan daunnya juga akan terbakar. Mereka yang menjamur perlu istirahat karena perlahan mengurangi jumlah air dan nutrisi yang mereka punya. Violces akan sering berbunga jika ia mendapatkan sinar matahari yang cukup dan tidak berlebihan. Untuk dapat berbunga Violces harus menapatkan sinar matahari selama 12 jam. Namun yang lebih baik adalah jika tanaman Violces dikeluarkan 2-3 hari sekali dan mendapatkan sinar matahari selama 12 jam jam dengan suhu rata-rata 20°C.Violces sangat menyukai cahaya matahari yang sedang. Jadi tempat yang cocok adalah yang berventilasi di sebelah timur atau barat, sehingga sepanjang waktu akan mendapatkan cahaya  matahari pagi dan sore selama 12 jam. (Apriaji, 1990).
Puring merupakan salah satu kelompok tanaman hias. Tanaman puring memiliki bermacam-macam jenis, dan setiap jenisnya memiliki ciri-ciri yang berbeda. Salah satu yang dapat dilihat perbedaannya yakni pada daunnya. Ada berbagai macam tipe daun puring. Diantaranya ada yang bulat, panjang, oval, lebar, sirip ikan dan ada juga yang berdaun trisula. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah, puring menghendaki intensitas cahaya yang penuh dan temperatur udara berkisar 200 C – 350 C. Kebutuhan air tidak terlalu banyak sehingga tanaman puring dapat tumbuh di daerah-daerah yang agak kering dengan kelembaban udara sekitar 30% – 60%.(Danarti, 1998)
Tanaman puring sering dijuluki tanaman kuburan. Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tidak memerlukan jenis tanah khusus. Puring tumbuh mulai tanah berat, lempung berpasir, hingga tanah ringan. Sebagai tanaman yang dibudidayakan, puring dapat ditanam dalam pot atau langsung di kebun terbuka. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang mengandung bahan organik, subur dan gembur, tata udara dan tata airnya baik, serta pH tanah berkisar 5 – 8 dan pengairan secara teratur.Tanaman puring di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan ketinggia mencapai 1.500 m dpl. (Radi, 1997).
Cordyline termasuk ke dalam famili Agavaceae. Masyarakat Hawai mengenal Cordyline sebagai tanaman yang mendatangkan hoki atau keberuntungan. Cordyline memiliki banyak varietas, ada lebih kurang 20 varietas tanaman dengan aneka macam warna helaian daun yang indah dan menarik, serta mudah dalam pembudidayaan. Di indonesiaCordyline dapat digunakan sebagai tanaman hias di dalam ruangan (indoor), untuk rangkaian bunga dalam bentuk buket, indoor garden dan  pajangan di luar ruangan (outdoor) sebagai material taman dan menawan. (Harjono,2009)
Penggunaan Cordyline sebagai tanaman hias yang beragam telah memposisikan tanaman ini menjadi lebih indah dan memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga disukai konsumen. Perlu diperhatikan syarat tumbuh tanaman Cordyline agar pertumbuhan dapat berlangsung lebih optimal. Cordyline akan tumbuh lebih optimal pada ketinggian 0-1500 m dpl, intensitas cahaya 55-100%, pH 5,5-6,5 dan suhu 18°C -35°C. Di samping itu penggunaan rumah lindung juga diperlukan untuk mendapatkan kondisi mikroklimat yang optimal serta melindungi dari serangan organisme penggangu tumbuhan, sinar matahari dan curah hujan yang tinggi. (Harjono,2009)

2.2 Pembibitan Tanaman Hias

Pembibitan merupakan tindakan kultur teknis dalam upaya mengelola perkecambahan benih agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi bahan tanaman (bibit) sehingga bibit tersebut dapat ditanam di lingkungan terbuka dan dapat tumbuh dengan baik. Pada pembibitan terdapat tiga aspek kegiatan pembibitan agar mendapatkan bibit yang berkualitas yaitu memilih benih unggul, penanaman dan kegiatan perawatan bibit, dan seleksi bibit.
Pada pembibitan tanaman hias memilih benih unggul merupakan upaya strategis yang sangat diperlukan. Untuk meningkatkan kualitas bibit tanaman hias dan nilai ekonomis di pasar. Kegiatan penanaman dan perawatan bibit merupakan upaya penanaman benih yang akan tumbuh menjadi bibit. Sedangkan seleksi memilih dan memilah bibit yang baik dengan yang buruk sehingga mendapatkan bibit yang sehat dan seragam. Dalam melakukan pembibitan ada banyak hal yang harus diperhatikan. Tanaman hias yang  berkualitas berawal dari budidaya yang baik, mulai dari kualitas bibit, media dan juga perawatan. (Duladi,2010).

2.3 Media Tanam

Media tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam atau media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik.  Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman.  Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman. Terdapat banya media tanam yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman hias, tidak sekedar tanah yang diberi pupuk saja. Media tanam yang ideal untuk tanaman hias harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.      Bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan.
2.      Berstruktur gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
3.      Tidak mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah.
4.      Keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 – 7.
5.      Tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit.
6.      Mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalsium. (Harjono, 2009).
Arang sekam merupakan salah satu alat untuk membikin media tanam. Sekam terbuat dari pembakaran kulit padi, di buat menjadi arang sekam sebagai salah satu  media tanam.Sekam mempunyai kerapatan tipe bulk density 125 kg/m3, dengan kualitas kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 k.kalori dan ditinjau dari komposisi kimiawi, sekam mengandung karbon (zat arang) 1,33%, hydrogen 1,54%, oksigen 33,645, dan Silika (SiO2) 16,98%, artinya sekam bisa dikegunaaankan sebagai bahan baku industri kimia dan sebagai sumber energi panas untuk kebutuhan manusia. Komposisi sekam sebagai berikut,  Kadar Air   9,020 %, Protein Kasar  3,027 %,  Lemak 1,180 %, Serat Kasar  35,680 %,  Abu 17,710 %,  Karbohidrat kasar 33,710 %.(Sulianta, 2009).
Arang sekam bisa dipakai sebagai campuran pupuk dan media tanam di persemaian. Faktor ini sebab sekam padi mempunyai performa untuk menyerap dan menyimpan air sebagai cadangan makanan. Dijelaskan lebih lanjut arang sekam bisa berkegunaaan sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah jadi tak mudah tercuci oleh air, dan sangat mudah dilepaskan ketika diperlukan alias diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam berkegunaaan semacam zeolit. Arang sekam mempunyai peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tak kotor dan lumayan bisa menahan air.
Pemakaian arang sekam lumayan meluas dalam budidaya tanaman hias. BBPP Lembang  menyebutkan bahwa keunggulan media arang sekam adalah bisa dipakai berbagai kali untuk dipakai. Tidak hanya tak kotor arang sekam bisa menyimpan air lumayan lama dibandingkan tanah biasa, mudah dalam pembuatan dan mudah dalam penyerapan dalam meperbuat penyiraman. Pemakaian arang sekam lumayan efisien dibandingkan dengan memakai media lain. (Sulianta, 2009).
Cocopeat merupakan limbah pengolahan sabut kelapa yang di ambil serat atau fiber. Cocopeat merupakan butiran halus atau serbuk dari fiber kelapa, apapun istilah yang digunakan untuk menyebutnya itu bukan suatu masalah. yang menjadi pokok bahasan adalah manfaat sabut kelapa yang sangat besar untuk pertanian, Adapun kandungan unsur hara yang dimiliki sabut kelapa baik makro atau mikro ternyata sangat dibutuhkan oleh tanaman.memanfaatkan sabut kelapa sebagai media tanam memiliki peran penting bagi kesuburan tanah pertanian. pada pupuk organik padat, cocopeat berfungsi sebgai bio pori bagi tanah, dengan adanya rongga-ronga pada tanah dapat memperbaiki sirkulasi udara membawa oksigen yang sangat dibutuhkan tanaman hias.(Rahmanto,2001).
Kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat pada sabut kelapa antara lain (K) Kalium, (P) Fosfor, (Ca) Calsium, (Mg) Magnesium, (Na) Natrium dan beberapa mineral lainnya. Namun dari sekian banyak kandungan unsur hara yang dimiliki cocopeat, ternyata jumlah yang paling berlimpah adalah unsur K (kalium). Seperti yang telah kita ketahui bahwa kandungan (P) Fosfor dan (K) Kalium sangat dibutuhkan tanaman saat proses pembentukan buah serta peningkatan rasa untuk segala jenis buah.
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula. Beberapa petani di beberapa daerah memisahkan antara pukan padat dan cair.
Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam
kotoran hewan lebih rendah daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biayaaplikasi pemberian pupuk kandang (pukan) ini lebih besar daripada pupukanorganik.Hara dalam pukan ini tidak mudah tersedia bagi tanaman.Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi atau mineralisasidari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pukan antaralain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuksenyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau ligninyang sulit terdekomposisi. (Hartatik 2002).
Selain mengandung hara bermanfaat, pukan juga mengandung biji-bijian gulma, bakteri saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang dapat membahayakan hewan atau manusia. Contohnya: kotoran ayam mengandung Salmonella sp. Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan pukan harus hati-hati sesuai kebutuhan.
Top soil yaitu lapisan paling atas pada tanah,top soil juga mengandung banyak mikroorganisme,mengandung paling banyak unsur hara dan memiliki kandungan udara paling banyak diantara lapisan tanah yang lain.Tanah sebagai bahan yg lepas & merupakan akumulasi & campuran berbagai bahan terutama unsur Si, Sl, Ca, Mg, Fe & unsur lainnya. (Jacob, 1994).




                                                                                  



















BAB III. METODE KERJA

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum pembibitan tanaman hias dilakukan di halaman sebelah selatan Laboraturium Agronomi pada hari Kamis, 26 Maret 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan adalah polybag ukuran 16 x 16 cm, cangkul, cangkul kecil atau cetok, gembor, handsprayer, timbangan, penggaris, dan tali.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah daun Samia, Violces, batang puring, batang Cordilin, tanah top soil, arang sekam padi, pupuk kandang yang sudah dioven, pupuk kandang tanpa oven, cocopeat, pupuk ZA.

3.3 Langkah Kerja

1. Pelaksaan Praktikum
·         Rancangan yang digunakan dalam praktikum adalah RAK vaktorial dimana faktor 1 adalah media, faktor 2 adalah bahan tanam, meliputi:
Media yang digunakan ada 4 macam:
M1 = Arang sekam : cocopeat : top soil = 1:1:1
M2 = Arang sekam : cocopeat : top soil = 2:1:1
M3 = Arang sekam : cocopeat : pukan halus oven = 1:1:1
M4 = Arang sekam : cocopeat : pukan halus ovn = 2:1:1
Bahan tanam ada 4 macam:
B1 = daun samia
B2 = daun violces
B3 = batang puring
B4 = batang cordyline
·         Mengkobinasikan masing-masing bahan dan media tanam yang telah ditentukan.



Tabel.1 Kombinasi Perlakuan
Kombinasi Perlakuan

M1
M2
M3
M4
B1
M1B1
M2B1
M3B1
M4B1
B2
M1B2
M2B1
M3B2
M4B2
B3
M1B3
M2B3
M3B3
M4B3
B4
M1B4
M2B4
M3B4
M4B4
2. Persiapan Media
Mencampur bahan-bahan media sesuai dengan perlakuan dan memasukkannya dalam polybag ukuran 16 x 16 cm dan menyisakan 2 cm dari permukaan polybag. Masing-masing polybag diberi label sesuai dengan perlakuan.
3. Persiapan Bahan Tanam
·         Memilih tanaman daun samia dan violces yang berukuran sempurna dan sehat.
·         Daun ditanam dalam media dengan bagian pangkal daun dimasukkan ke dalam media tanam.
·         Batang puring dan cordilin dipotong dengan ukuran 20 cm dan ditandai bagian bawahnya.
·         Batang dimasukkan atau ditanamkan pada media dalam polybag.
·         Setelah daun dan batang tertanam, media disiram dan disimpan dalam tempat teduh (tidak terkena sinar matahari langsung).
4. Pemeliharaan
Bibit dipertahankan kelembabannya dengan mengatur penyiraman.
5. Pengamatan
Parameter yang diamatam meliputi:
·         Presentase tanaman hidup: Tanaman yang hidup   X 100%
     Tanaman yang ditanam
·         Saat muncul tunas : diamati kapan mulai muncul tunas
·         Jumlah tunas per bahan tanam: dihitung jumlah tunas yang muncul per bahan tanam.
·         Panjang tunas: diukur panjang tunas yang tumbuh dari bagian batang atau daun.
·         Jumlah akar: dihitung jumlah akar pada 6 minggu.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 2. Uji banding pembibitan tanaman hias
Perlakuan
Saat Muncul Tunas
Persentase Tanaman Hidup
Panjang Tunas
Jumlah Tunas
M1B1
0a
3,5c
0a
0a
M1B2
8,75ab
2,5b
0,19ab
1a
M1B3
12,3b
2ab
1,18ab
2,5bc
M1B4
24cd
2ab
2,15abc
3,75cde
M2B1
0a
3,75c
0a
0a
M2B2
12,3b
2,25b
0,34ab
1,5b
M2B3
17,8bc
2ab
6,07e
2,75bc
M2B4
27,8d
2ab
2,66bcd
2,75bc
M3B1
0a
4cd
0a
0a
M3B2
11,3b
3,75c
0a
0a
M3B3
7a
1,5a
2,61bc
2,25bc
M3B4
25cd
2ab
6,06e
3,5cd
M4B1
0a
4,5d
0a
0a
M4B2
0a
3,5c
0a
0a
M4B3
29,8d
1,5a
4,29cde
4,5de
M4B4
29d
2ab
5,1de
5,25de
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf-huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ α 5%.

4.2 Pembahasan

       Pada praktikum kali ini kita melakukan pembibitan tanaman hias. Tanaman yang kita gunakan dalam praktikum kali ini adalah daun Samia, Violces, batang puring dan batang Cordilin. Adapun bahan atau media tanam yang kita gunakan adalah top soil, arang sekam padi, pupuk kandang yang sudah dioven, pupk kandang tanpa oven, cocopet dan pupuk ZA.
       Hasil pengamatan tanaman pada saat muncul tunas didapatkan hasil tertinggi atau lebih cepat muncul tunasnya pada perlakuan M3B3 yaitu tanaman puring. Hal ini dikarenakan tanaman puring dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinngi. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan sigit (2013) yang mengemukakan bahwa habitat aslinya, tanaman puring tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh. Namun demikian, di tempat teduh pun puring dapat tumbuh dengan subur. Selain


itu tanaman puring di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan ketinggia mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah, puring menghendaki intensitas cahaya yang penuh dan temperatur udara berkisar 200 C – 350 C. Kebutuhan air tidak terlalu banyak sehingga tanaman puring dapat tumbuh di daerah-daerah yang agak kering dengan kelembaban udara sekitar 30% - 60%.(Rosidin, 2012)
       Dan tanaman yang paling lambat tumbuh tunasnya yaitu pada perlakuan M2B4 yaitu tanamna cordilin. Hal ini dikarenakan tanaman cordilin jarang bercabang sehingga dalam muncul tunasnya terlalu lama. Hasil tersebut diperkuat oleh sinubie (2011) dalam tulisannya yang menyebutkan tanaman Cordilin merupakan tanaman perdu tegak yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 4 meter, merupakan jenis tanaman yang jarang bercabang. Andong banyak ditanam sebagai tanaman hias, tanaman dikuburan atau sebagai tanaman pagar, tumbuh dan terdapat di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.900 meter diatas permukaan laut.
       Pada presentase tanaman yang hidup, didapatkan hasil yang tertinggi atau banyak tanaman yang hidup pada perlakuan M4B1 yaitu daun zamia. Hal ini dikarenakan tanaman zamia tidak memerlukan banyak air sehinnga penyiramannya tidak terlalu sering dan dapat tumbuh dengan baik. Karena pohon Zamia mempunyai kelebihan untuk apdatasi terhadap temperatur udara sehingga mampu hidup di wilayah tropis hingga sub tropis.(asri,2014)











BAB V. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

       Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pembibitan tanaman semusim adalah sebagai berikut
1. . Hasil pengamatan tanaman pada saat muncul tunas didapatkan hasil tertinggi atau lebih cepat muncul tunasnya pada perlakuan M3B3 yaitu tanaman puring. Dan tanaman yang paling lambat tumbuh tunasnya yaitu pada perlakuan M2B4 yaitu tanamna cordilin.
2. Pada presentase tanaman yang hidup, didapatkan hasil yang tertinggi atau banyak tanaman yang hidup pada perlakuan M4B1 yaitu daun zamia. Dan hasil terrendah atau tanaman banyak yang mati pada perlakuan M4B3 yaitu tanaman puring.
3. Pada pengamatan panjang tunas didapatkan hasil yang tertinggi yaitu pada perlakuan M3B3 yaitu tanaman puring.Hasil terrendah pengamatan panjang tunas pada perlakuan M1B2 yaitu tanaman violces
4. Pada pengamatan jumlah tunas didapatkan hasil tertinggi pada perlakuan M4B4 yaitu tanaman cordilin. Dan hasil terrendah pengamatan jumlah tunas pada perlakuan M1B2 yaitu pada tanaman violces.

5.2 SARAN

            Saran kami diharapkan pada saat pemilihan bibit tanaman hias praktikan lebih teliti dengan memilih bibit yang baik untuk ditanam dan lebih intensif dalam melakukan pengamatan, sehingga didapatkan hasil yang memuaskan.




DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G., 2002. Horticulture –Principles and Practices. Second Edition. Prentice Hall.
Apriaji, Wied Harry. 2001. Violces. Smart Edition. Bogor.
Danarti, Suel. 1998. Perbanyakan Puring dengan Teknik Stek Batang. CV. Mitra Cahaya. Semarang.
Duladi. 2010. Mengapa Perlu Pembibitan?. Diakses pada Kamis 21 Mei 2015 di
http://duladi-duladi.blogspot.com/2010/12/mengapa-perlu-pembibitan.html
Hariadi, Sutanto. 1998. Budidaya Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hanifa, asri. 2014. Budidaya Tanaman Hias. (online) http://asrihanifaw.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Jacob, Cley. 1994. Top Soil. Clewmask. New York.
Radi, Rahardi, dkk. 1997. Budidaya Tanaman Hias Puring. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmanto, Wahuno. 2001. Cocopeat Sabut Kelapa. Khayana Putra. Bandung.
Rosidin. 2012. Puring Codiaeum variegatum. (online) http://rosidinciamis.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Sigit. 2013. Syarat Tumbuh Bunga Puring. (online) http://sigit01.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Sulianta, Feri. 2009. Arang Sekam Padi. Lily Publisher. Yogyakarta.
Subagyo, Aji. 2001. Budidaya Zamia Culcas. Penebar Swadaya. Jakarta.











LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Pengamatan Praktikum Tanaman Hias
Tabel 3. Presentase tanaman hidup
Perlakuan
Kelompok


Rata-rata
I
II
III
IV
M1B1
4
2
4
4
14
3,5
M1B2
4
2
4
0
10
2,5
M1B3
2
2
2
2
8
2
M1B4
2
2
2
2
8
2
M2B1
3
4
4
4
15
3,75
M2B2
2
3
3
1
9
2,25
M2B3
2
2
2
2
8
2
M2B4
2
2
2
2
8
2
M3B1
4
4
4
4
16
4
M3B2
4
4
5
2
15
3,75
M3B3
2
2
0
2
6
1,5
M3B4
2
2
2
2
8
2
M4B1
4
4
6
4
18
4,5
M4B2
4
4
4
2
14
3,5
M4B3
1
2
1
2
6
1,5
M4B4
2
2
2
2
8
2
44
43
47
37
171
42,75
Rata-rata
2,75
2,688
2,938
2,313
10,69
2,672






Tabel 4. Saat Muncul Tunas
Perlakuan
Kelompok

Rata-rata
I
II
III
IV
M1B1
0
0
0
0
0
0
M1B2
0
0
35
0
35
8,75
M1B3
14
21
0
14
49
12,25
M1B4
14
35
21
26
96
24
M2B1
0
0
0
0
0
0
M2B2
0
0
49
0
49
12,25
M2B3
12
26
21
12
71
17,75
M2B4
14
26
49
22
111
27,75
M3B1
0
0
0
0
0
0
M3B2
0
0
45
0
45
11,25
M3B3
14
0
0
14
28
7
M3B4
42
0
30
28
100
25
M4B1
0
0
0
0
0
0
M4B2
0
0
0
0
0
0
M4B3
35
21
49
14
119
29,75
M4B4
21
39
28
28
116
29
166
168
327
158
819
204,8
Rata-rata
10,38
10,5
20,44
9,875
51,19
12,8






Tabel 5. Jumlah Akar
Perlakuan
Kelompok


Rata-rata
I
II
III
IV
M1B1
8
0
21
17
46
11,5
M1B2
10
0
20
12
42
10,5
M1B3
11
0
0
84
95
23,75
M1B4
0
0
12
76
88
22
M2B1
0
9
25
13
47
11,75
M2B2
0
7
31
6
44
11
M2B3
0
12
7
59
78
19,5
M2B4
0
7
7
9
23
5,75
M3B1
0
0
13
7
20
5
M3B2
0
0
11
17
28
7
M3B3
0
0
0
36
36
9
M3B4
0
0
4
1
5
1,25
M4B1
10
12
5
15
42
10,5
M4B2
17
15
13
15
60
15
M4B3
21
8
5
17
51
12,75
M4B4
5
7
11
0
23
5,75
82
77
185
384
728
182
Rata-rata
5,125
4,813
11,56
24
45,5
11,38





Tabel 6. Jumlah Tunas
Perlakuan
Kelompok
Rata-rata
I
II
III
IV
M1B1
0
0
0
0
0
0
M1B2
0
0
4
0
4
1
M1B3
4
0
0
6
10
2,5
M1B4
5
0
5
5
15
3,75
M2B1
0
0
0
0
0
0
M2B2
0
0
6
0
6
1,5
M2B3
0
5
4
2
11
2,75
M2B4
0
5
4
2
11
2,75
M3B1
0
0
0
0
0
0
M3B2
0
0
0
0
0
0
M3B3
2
0
3
4
9
2,25
M3B4
4
0
5
5
14
3,5
M4B1
0
0
0
0
0
0
M4B2
0
0
0
0
0
0
M4B3
1
9
1
7
18
4,5
M4B4
4
8
5
4
21
5,25
20
27
37
35
119
29,75
Rata-rata
1,25
1,688
2,313
2,188
7,438
1,859






Tabel 7. Panjang Tunas
Perlakuan
Kelompok
Rata-rata
I
II
III
IV
M1B1
0
0
0
0
0
0
M1B2
0
0
0,775
0
0,775
0,194
M1B3
1,88
0
0
2,83
4,71
1,178
M1B4
0,88
0
3,84
3,89
8,61
2,153
M2B1
0
0
0
0
0
0
M2B2
0
0
1,342
0
1,342
0,335
M2B3
0
6,85
8,575
8,87
24,3
6,074
M2B4
0
5,25
2,5
2,87
10,62
2,655
M3B1
0
0
0
0
0
0
M3B2
0
0
0
0
0
0
M3B3
1,75
0
0
8,7
10,45
2,613
M3B4
2,25
0
18
4
24,25
6,063
M4B1
0
0
0
0
0
0
M4B2
0
0
0
0
0
0
M4B3
0
7,95
0,9
8,3
17,15
4,288
M4B4
0
2
12,7
5,7
20,4
5,1
6,76
22,05
48,63
45,16
122,6
30,65
Rata-rata
0,423
1,378
3,039
2,823
7,663
1,916
Tabel 8. Anova saat muncul tunas
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tbl
5%
1%
Kelompok
3
1249
416,3
2,969
*
2,81
4,25
Perlakuan
15
7777
518,5
3,697
**
1,89
2,46
M
3
201,5
67,18
0,479
ns
2,81
4,25
B
3
6198
2066
14,73
**
2,81
4,25
M x B
9
1378
153,1
1,091
ns
2,10
2,83
Galat
45
6310
140,2
KK
92,54%
Total
63
15336

Tabel 9. Anova jumlah akar
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tbl
5%
1%
Kelompok
3
3865
1288
5,684
**
2,81
4,25
Perlakuan
15
2321
154,7
0,683
ns
1,89
2,46
M
3
1044
348
1,536
ns
2,81
4,25
B
3
545,4
181,8
0,802
ns
2,81
4,25
M x B
9
731
81,22
0,358
ns
2,10
2,83
Galat
45
10200
226,7
KK
132,35%
Total
63
16385


Tabel 10. Anova presentase tanaman hidup
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tbl
5%
1%
Kelompok
3
3,297
1,099
1,708
ns
2,81
4,25
Perlakuan
15
57,86
3,857
5,995
**
1,89
2,46
M
3
1,922
0,641
0,996
ns
2,81
4,25
B
3
48,17
16,06
24,96
**
2,81
4,25
M x B
9
7,766
0,863
1,341
ns
2,10
2,83
Galat
45
28,95
0,643
KK
30,02%
Total
63
90,11

Tabel 11. Anova panjang tunas
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tbl
5%
1%
Kelompok
3
73,66
24,55
2,667
ns
2,81
4,25
Perlakuan
15
317,5
21,16
2,299
*
1,89
2,46
M
3
23,09
7,698
0,836
ns
2,81
4,25
B
3
220,7
73,57
7,991
**
2,81
4,25
M x B
9
73,65
8,183
0,889
ns
2,10
2,83
Galat
45
414,3
9,206
KK
158,39%
Total
63
805,4

Tabel 12. Anova jumlah tunas
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tbl
5%
1%
Kelompok
3
11,42
3,807
0,9
ns
2,81
4,25
Perlakuan
15
194
12,93
3,058
**
1,89
2,46
M
3
8,422
2,807
0,664
ns
2,81
4,25
B
3
161,5
53,85
12,73
**
2,81
4,25
M x B
9
24,02
2,668
0,631
ns
2,10
2,83
Galat
45
190,3
4,23
KK
110,61%
Total
63
395,7

Senin, 14 Desember 2015
Posted by Faizin
Tag :

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Faiez Blog's - Powered by Pena Media - Designed by Akhiefaiez -