Pembibitan Tanaman Hias
Pembibitan Tanaman Hias
Disusun
Oleh :
Ahmad Nur Ahid Faizin 201310200311133
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Tanaman Hias................................................................................................ 3
2.2 Pembibitan
Tanaman Hias............................................................................. 6
2.3 Media Tanam................................................................................................. 6
BAB III. METODE KERJA.................................................................................. 10
3.1 Tempat dan
Waktu....................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................ 10
3.3 Langkah Kerja............................................................................................. 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 12
4.1 Hasil
Pengamatan........................................................................................ 12
4.2 Pembahasan................................................................................................. 12
BAB V. PENUTUP............................................................................................... 14
5.1 KESIMPULAN............................................................................................ 14
5.2 SARAN........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
LAMPIRAN.......................................................................................................... 16
DAFTAR
TABEL
No Teks
Halaman
1. Tabel Kombinasi Perlakuan........................................................... 11
2. Tabel Uji banding pembibitan tanaman
hias................................. 12
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks
Halaman
1. Lampiran 1. Data Pengamatan Tanaman
Hias............................ 14
2. Lampiran 2. Dokumentasi Pengamatan
Tanaman Hias.............. 15
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati khususnya tanaman hias.
Pada tahun 1969-2014 Indonesia mengalami peningkatan produktivitas tanaman hias
yang sangat pesat. Di era sekarang ini tanaman hias merupakan tanaman yang
memberikan jasa dan manfaat bagi kehidupan manusia. Selain dapat dimanfaatkan
sebagai penyaman atau pengindah lingkungan hidup serta beberapa jenis tanaman
mengeluarkan aroma harum, disamping potensial untuk dijadikan komoditas perdagangan
antar negara.
Prospek
pengembangan tanaman hias secara komersial amat cerah. Tanaman hias bisa
diperjualbelikan dalam bentuk bibit, biji, tanaman pot dan bunga potong, bahkan
dipergunakan sebagai materi persewaan untuk perkantoran dan dekorasi dalam
ruangan dan luar ruangan. Permintaan akan tanaman hias dan bunga cenderung
meningkat dari waktu ke waktu sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk, perluasan pemukiman, meningkatnya
pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup yang
nyaman.
Untuk
meningkatkan kualitas produksi tanaman hias maka budidaya tanaman hias ini
tidak bisa sembarang dilakukan. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, salah
satunya adalah media tanam. Media tanam merupakan tempat dimana tanaman itu
tumbuh. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila ia berada
dilingkungan yang cocok. Oleh karena itu media tanam akan memberikan kontribusi
yang besar terhadap kesuburan bahan tanam.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
cara perbanyakan tanaman hias secara vegetatif menggunakan bagian tanaman?
2. Perlakuan
manakah yang paling baik diantara semua perlakuan yang diberikan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
cara perbanyakan tanaman hias secara vegetatif menggunakan bagian tanaman.
2. Mengetahui
perlakuan yang paling baik diantara semua perlakuan yang diberikan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
Hias
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk terna, merambat,
semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman,
kebun rumah, penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau sebagai
komponen karangan bunga. Bunga potong pun dapat dimasukkan sebagai tanaman
hias. Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah
satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian
yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang
dimunculkan oleh tanaman ini. Selain bunga (warna dan aroma), daun, buah,
batang, bahkan pepagan dapat menjadi komponen yang dimanfaatkan. Sebagai
contoh, beberapa ranting tumbuhan yang mengeluarkan aroma segar dapat
diletakkan di ruangan untuk mengharumkan ruangan dapat menjadikannya sebagai
tanaman hias. (Hariyadi,1998)
Tanaman
hias adalah tanaman bunga-bungaan atau segala bentuk tanaman yang menghasilkan
bunga (organ generatif). Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan
keberadaban manusia, tanaman hias diartikan sebagai segala jenis tanaman yangg
memiliki nilai hias (bunga, batang, tajuk, cabang, daun, akar, aroma) yang
menimbulkan kesan indah (artistik) atau kesan seni. Pada mulanya bunga potong
ditujukan untuk kuntum bunga (organ generatif) beserta tangkainya atau sedikit
cabang (terlepas dari tanaman induknya) yg dimanfaatkan sebagi bahan hiasan
maupun kegunaan yang lebih luas lainnya. Dibutuhkan sedikit keterampilan untuk menghiasi tanaman hias ini supaya cantik dan enak
dilihat.
(Acquaah. 2002)
Zamia culcas termasuk
salah satu jenis tanaman hias yang sangat enak dipandangi, perpaduan bentuk antara
batang dan daun yang rimbun membentuk suatu pandangan terhadap nilai seni
tanaman hias, berwarna hijau pekat, dengan daun kecil kecil yang seragam. Tidak
banyak yang mengoleksitanaman Zamia culcas, dapat digunakan sebagai tanaman indoor, dipasangkan pada beranda rumah,
dan kuat untuk didalam ruangan, tetapi juga kuat terhadap terik sinar
matahari, tetapi lebih bagus
pertumbuhannya apabila di tempat yang teduh. (Subagyo,2001).
Termasuk jenis
tanaman yang bandel, dapat hidup dengan baik walaupun kurang terhadap siraman
air atau sebaliknya, ada dua jenis tanaman ini, yang pertama berdaun rapat,
dengan ukuran lebih kecil tetapi jarak antar daun lebih rapat, dan yang satu
lagi sebaliknya dari ciri fisik diatas, dan yang lebih jarang disebut tanaman Zamia culcas lokal.
Perawatan Zamia culcas tergolong mudah karena
tanaman ini tergolong tanaman yang menyukai panas. Zamiacocok dipelihara dalam ruangan. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah memiliki
daun yang tebal, hijau dan mengkilat. Selain itu juga memiliki bonggol yang
berbentuk kentang atau bulb (tempat
penyimpanan makanan).Media tanam
tumbuhan ini biasanya terdiri dari pupuk organik (tanah dicampur dengan pupuk
kandang), lalu sekam bakar, dan sedikit pasir. Perbanyakan tanaman ini bisa
dilakukan melalui stek daun dan batang.(Subagyo,2001).
Violces
adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di Afrika. Tanaman ini sering disebut
sebagai African Violet.Violces memiliki beraneka macam bunga
baik dari jenis bunga maupun warnanya. Bunga ini ada yang memiliki kelopak
tunggal dan ada yang bertumpuk. Selain itu ada yang memiliki ukuran kelopak
kecil atau pun besar. Warna bunga Violces
juga cukup beragam, kebanyakan memang biru atau ungu. (Apriaji,1990).
Bunga Violces sangat sensitif terhadap sinar
matahari, sehingga mereka harus berada tetap di tempat yang tidak terlalu
mendapat sinar matahari berlebihan atau tempat yang cukup redup. Jika mereka
mendapat sinar matahari terlalu berlebihan akan membuat tumbuhan Violces menjamur dan daunnya juga akan terbakar.
Mereka yang menjamur perlu istirahat karena perlahan mengurangi jumlah air dan
nutrisi yang mereka punya. Violces akan
sering berbunga jika ia mendapatkan sinar matahari yang cukup dan tidak
berlebihan. Untuk dapat berbunga Violces harus
menapatkan sinar matahari selama 12 jam. Namun yang lebih baik adalah jika
tanaman Violces dikeluarkan 2-3 hari
sekali dan mendapatkan sinar matahari selama 12 jam jam dengan suhu rata-rata 20°C.Violces sangat menyukai cahaya matahari
yang sedang. Jadi tempat yang cocok adalah yang berventilasi di sebelah timur
atau barat, sehingga sepanjang waktu akan mendapatkan cahaya matahari pagi dan sore selama 12 jam. (Apriaji,
1990).
Puring merupakan salah satu kelompok
tanaman hias. Tanaman puring memiliki bermacam-macam jenis, dan setiap jenisnya
memiliki ciri-ciri yang berbeda. Salah satu yang dapat dilihat perbedaannya
yakni pada daunnya. Ada berbagai macam tipe daun puring. Diantaranya ada yang
bulat, panjang, oval, lebar, sirip ikan dan ada juga yang berdaun trisula. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah,
puring menghendaki intensitas cahaya yang penuh dan temperatur udara berkisar 200 C
– 350 C. Kebutuhan air tidak terlalu banyak sehingga tanaman puring dapat
tumbuh di daerah-daerah yang agak kering dengan kelembaban udara sekitar 30% –
60%.(Danarti, 1998)
Tanaman
puring sering dijuluki tanaman kuburan. Tanaman dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah, tidak memerlukan jenis tanah khusus. Puring tumbuh mulai tanah
berat, lempung berpasir, hingga tanah ringan. Sebagai tanaman yang
dibudidayakan, puring dapat ditanam dalam pot atau langsung di kebun terbuka.
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang mengandung bahan
organik, subur dan gembur, tata udara dan tata airnya baik, serta pH tanah
berkisar 5 – 8 dan pengairan secara teratur.Tanaman puring di Indonesia dapat
tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan ketinggia mencapai
1.500 m dpl. (Radi, 1997).
Cordyline termasuk ke dalam famili Agavaceae.
Masyarakat Hawai mengenal Cordyline
sebagai tanaman yang mendatangkan hoki atau keberuntungan. Cordyline memiliki banyak varietas, ada lebih kurang 20 varietas
tanaman dengan aneka macam warna helaian daun yang indah dan menarik, serta
mudah dalam pembudidayaan. Di indonesiaCordyline
dapat digunakan sebagai tanaman hias di dalam ruangan (indoor), untuk rangkaian
bunga dalam bentuk buket, indoor garden dan pajangan di luar ruangan (outdoor) sebagai
material taman dan menawan. (Harjono,2009)
Penggunaan Cordyline sebagai tanaman hias yang
beragam telah memposisikan tanaman ini menjadi lebih indah dan memiliki nilai
ekonomi tinggi sehingga disukai konsumen. Perlu diperhatikan syarat tumbuh
tanaman Cordyline agar pertumbuhan
dapat berlangsung lebih optimal. Cordyline
akan tumbuh lebih optimal pada ketinggian 0-1500 m dpl, intensitas cahaya
55-100%, pH 5,5-6,5 dan suhu 18°C -35°C. Di samping itu penggunaan rumah lindung
juga diperlukan untuk mendapatkan kondisi mikroklimat yang optimal serta melindungi
dari serangan organisme penggangu tumbuhan, sinar matahari dan curah hujan yang
tinggi. (Harjono,2009)
2.2 Pembibitan
Tanaman Hias
Pembibitan
merupakan tindakan kultur teknis dalam upaya mengelola perkecambahan benih agar
dapat tumbuh dan berkembang menjadi bahan tanaman (bibit) sehingga bibit
tersebut dapat ditanam di lingkungan terbuka dan dapat tumbuh dengan baik. Pada
pembibitan terdapat tiga aspek kegiatan pembibitan agar mendapatkan bibit yang
berkualitas yaitu memilih benih unggul, penanaman dan kegiatan perawatan bibit,
dan seleksi bibit.
Pada pembibitan tanaman
hias memilih benih unggul merupakan upaya strategis yang sangat diperlukan. Untuk
meningkatkan kualitas bibit tanaman hias dan nilai ekonomis di pasar. Kegiatan
penanaman dan perawatan bibit merupakan upaya penanaman benih yang akan tumbuh
menjadi bibit. Sedangkan seleksi memilih dan memilah bibit yang baik dengan
yang buruk sehingga mendapatkan bibit yang sehat dan seragam. Dalam melakukan
pembibitan ada banyak hal yang harus diperhatikan. Tanaman hias yang berkualitas
berawal dari budidaya yang baik, mulai dari kualitas bibit, media dan juga
perawatan. (Duladi,2010).
2.3 Media
Tanam
Media tanaman adalah
media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam atau media tumbuh merupakan salah satu
unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagian besar
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman.
Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis
tanaman. Terdapat banya media tanam yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman
hias, tidak sekedar tanah yang diberi pupuk saja. Media tanam yang ideal untuk
tanaman hias harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bersifat
poros atau mudah membuang air yang berlebihan.
2. Berstruktur
gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
3. Tidak
mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah.
4. Keasaman
tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 – 7.
5. Tidak
mengandung organisme penyebab hama dan penyakit.
6. Mengandung
bahan kapur atau kaya unsur kalsium. (Harjono, 2009).
Arang sekam
merupakan salah satu alat untuk membikin media tanam. Sekam terbuat dari
pembakaran kulit padi, di buat menjadi arang sekam sebagai salah satu
media tanam.Sekam mempunyai kerapatan tipe bulk density 125 kg/m3, dengan
kualitas kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 k.kalori dan ditinjau dari
komposisi kimiawi, sekam mengandung karbon (zat arang) 1,33%, hydrogen 1,54%,
oksigen 33,645, dan Silika (SiO2) 16,98%, artinya sekam bisa dikegunaaankan
sebagai bahan baku industri kimia dan sebagai sumber energi panas untuk kebutuhan
manusia. Komposisi sekam sebagai berikut, Kadar Air 9,020 %,
Protein Kasar 3,027 %, Lemak 1,180 %, Serat Kasar 35,680
%, Abu 17,710 %, Karbohidrat kasar 33,710 %.(Sulianta, 2009).
Arang sekam
bisa dipakai sebagai campuran pupuk dan media tanam di persemaian. Faktor ini
sebab sekam padi mempunyai performa untuk menyerap dan menyimpan air sebagai
cadangan makanan. Dijelaskan lebih lanjut arang sekam bisa berkegunaaan sebagai
penyimpan sementara unsur hara dalam tanah jadi tak mudah tercuci oleh air, dan
sangat mudah dilepaskan ketika diperlukan alias diambil oleh akar tanaman. Bisa
dikatakan arang sekam berkegunaaan semacam zeolit. Arang sekam mempunyai
peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat
porous, ringan, tak kotor dan lumayan bisa menahan air.
Pemakaian
arang sekam lumayan meluas dalam budidaya tanaman hias. BBPP Lembang
menyebutkan bahwa keunggulan media arang sekam adalah bisa dipakai
berbagai kali untuk dipakai. Tidak hanya tak kotor arang sekam bisa menyimpan
air lumayan lama dibandingkan tanah biasa, mudah dalam pembuatan dan mudah
dalam penyerapan dalam meperbuat penyiraman. Pemakaian arang sekam lumayan
efisien dibandingkan dengan memakai media lain. (Sulianta, 2009).
Cocopeat merupakan limbah pengolahan sabut kelapa yang di
ambil serat atau fiber. Cocopeat merupakan butiran halus atau serbuk dari fiber kelapa, apapun istilah yang digunakan untuk menyebutnya itu bukan suatu masalah.
yang menjadi pokok bahasan adalah manfaat sabut kelapa yang sangat besar untuk
pertanian, Adapun kandungan unsur hara yang dimiliki sabut kelapa baik makro atau
mikro ternyata sangat dibutuhkan oleh tanaman.memanfaatkan sabut kelapa sebagai
media tanam memiliki peran penting bagi kesuburan tanah pertanian. pada pupuk
organik padat, cocopeat berfungsi sebgai bio pori bagi tanah, dengan adanya
rongga-ronga pada tanah dapat memperbaiki sirkulasi udara membawa oksigen yang
sangat dibutuhkan tanaman hias.(Rahmanto,2001).
Kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat pada sabut kelapa antara
lain (K) Kalium,
(P) Fosfor, (Ca) Calsium, (Mg) Magnesium, (Na) Natrium dan beberapa mineral
lainnya. Namun dari sekian banyak kandungan unsur hara yang dimiliki
cocopeat, ternyata jumlah yang paling berlimpah adalah unsur K (kalium).
Seperti yang telah kita ketahui bahwa kandungan (P) Fosfor dan (K) Kalium sangat
dibutuhkan tanaman saat proses pembentukan buah serta peningkatan rasa untuk
segala jenis buah.
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk
buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara,
memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak
tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan
kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut
sebagai pukan pula. Beberapa petani di beberapa daerah memisahkan antara pukan
padat dan cair.
Komposisi hara pada
masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis
makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam
kotoran hewan lebih rendah daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biayaaplikasi pemberian pupuk kandang (pukan) ini lebih besar daripada pupukanorganik.Hara dalam pukan ini tidak mudah tersedia bagi tanaman.Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi atau mineralisasidari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pukan antaralain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuksenyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau ligninyang sulit terdekomposisi. (Hartatik 2002).
kotoran hewan lebih rendah daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biayaaplikasi pemberian pupuk kandang (pukan) ini lebih besar daripada pupukanorganik.Hara dalam pukan ini tidak mudah tersedia bagi tanaman.Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi atau mineralisasidari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pukan antaralain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuksenyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau ligninyang sulit terdekomposisi. (Hartatik 2002).
Selain
mengandung hara bermanfaat, pukan juga mengandung biji-bijian gulma, bakteri
saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang dapat
membahayakan hewan atau manusia. Contohnya: kotoran ayam mengandung Salmonella
sp. Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan pukan harus hati-hati sesuai
kebutuhan.
Top soil yaitu
lapisan paling atas pada tanah,top soil juga mengandung banyak
mikroorganisme,mengandung paling banyak unsur hara dan memiliki kandungan udara
paling banyak diantara lapisan tanah yang lain.Tanah sebagai bahan yg
lepas & merupakan akumulasi & campuran berbagai bahan terutama unsur
Si, Sl, Ca, Mg, Fe & unsur lainnya. (Jacob, 1994).
BAB III. METODE KERJA
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pembibitan
tanaman hias dilakukan di halaman sebelah selatan Laboraturium Agronomi pada
hari Kamis, 26 Maret 2015.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan
adalah polybag ukuran 16 x 16 cm, cangkul, cangkul kecil atau cetok, gembor,
handsprayer, timbangan, penggaris, dan tali.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan
adalah daun Samia, Violces, batang puring, batang Cordilin, tanah top soil,
arang sekam padi, pupuk kandang yang sudah dioven, pupuk kandang tanpa oven,
cocopeat, pupuk ZA.
3.3 Langkah
Kerja
1. Pelaksaan Praktikum
·
Rancangan yang digunakan dalam praktikum
adalah RAK vaktorial dimana faktor 1 adalah media, faktor 2 adalah bahan tanam,
meliputi:
Media
yang digunakan ada 4 macam:
M1
= Arang sekam : cocopeat : top soil = 1:1:1
M2
= Arang sekam : cocopeat : top soil = 2:1:1
M3
= Arang sekam : cocopeat : pukan halus oven = 1:1:1
M4
= Arang sekam : cocopeat : pukan halus ovn = 2:1:1
Bahan
tanam ada 4 macam:
B1
= daun samia
B2
= daun violces
B3
= batang puring
B4
= batang cordyline
·
Mengkobinasikan masing-masing bahan dan
media tanam yang telah ditentukan.
Tabel.1 Kombinasi Perlakuan
Kombinasi Perlakuan
|
||||
|
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
B1
|
M1B1
|
M2B1
|
M3B1
|
M4B1
|
B2
|
M1B2
|
M2B1
|
M3B2
|
M4B2
|
B3
|
M1B3
|
M2B3
|
M3B3
|
M4B3
|
B4
|
M1B4
|
M2B4
|
M3B4
|
M4B4
|
2. Persiapan Media
Mencampur bahan-bahan
media sesuai dengan perlakuan dan memasukkannya dalam polybag ukuran 16 x 16 cm
dan menyisakan 2 cm dari permukaan polybag. Masing-masing polybag diberi label
sesuai dengan perlakuan.
3. Persiapan Bahan Tanam
·
Memilih tanaman daun samia dan violces
yang berukuran sempurna dan sehat.
·
Daun ditanam dalam media dengan bagian
pangkal daun dimasukkan ke dalam media tanam.
·
Batang puring dan cordilin dipotong dengan
ukuran 20 cm dan ditandai bagian bawahnya.
·
Batang dimasukkan atau ditanamkan pada
media dalam polybag.
·
Setelah daun dan batang tertanam, media
disiram dan disimpan dalam tempat teduh (tidak terkena sinar matahari
langsung).
4. Pemeliharaan
Bibit dipertahankan
kelembabannya dengan mengatur penyiraman.
5. Pengamatan
Parameter yang diamatam
meliputi:
·
Presentase tanaman hidup: Tanaman yang
hidup X 100%
Tanaman yang ditanam
·
Saat muncul tunas : diamati kapan mulai
muncul tunas
·
Jumlah tunas per bahan tanam: dihitung
jumlah tunas yang muncul per bahan tanam.
·
Panjang tunas: diukur panjang tunas yang
tumbuh dari bagian batang atau daun.
·
Jumlah akar: dihitung jumlah akar pada 6
minggu.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 2. Uji banding pembibitan tanaman
hias
Perlakuan
|
Saat Muncul Tunas
|
Persentase Tanaman Hidup
|
Panjang Tunas
|
Jumlah Tunas
|
M1B1
|
0a
|
3,5c
|
0a
|
0a
|
M1B2
|
8,75ab
|
2,5b
|
0,19ab
|
1a
|
M1B3
|
12,3b
|
2ab
|
1,18ab
|
2,5bc
|
M1B4
|
24cd
|
2ab
|
2,15abc
|
3,75cde
|
M2B1
|
0a
|
3,75c
|
0a
|
0a
|
M2B2
|
12,3b
|
2,25b
|
0,34ab
|
1,5b
|
M2B3
|
17,8bc
|
2ab
|
6,07e
|
2,75bc
|
M2B4
|
27,8d
|
2ab
|
2,66bcd
|
2,75bc
|
M3B1
|
0a
|
4cd
|
0a
|
0a
|
M3B2
|
11,3b
|
3,75c
|
0a
|
0a
|
M3B3
|
7a
|
1,5a
|
2,61bc
|
2,25bc
|
M3B4
|
25cd
|
2ab
|
6,06e
|
3,5cd
|
M4B1
|
0a
|
4,5d
|
0a
|
0a
|
M4B2
|
0a
|
3,5c
|
0a
|
0a
|
M4B3
|
29,8d
|
1,5a
|
4,29cde
|
4,5de
|
M4B4
|
29d
|
2ab
|
5,1de
|
5,25de
|
Keterangan
: angka-angka yang diikuti dengan huruf-huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ α 5%.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita melakukan pembibitan tanaman
hias. Tanaman yang kita gunakan dalam praktikum kali ini adalah daun Samia,
Violces, batang puring dan batang Cordilin. Adapun bahan atau media tanam yang
kita gunakan adalah top soil, arang sekam padi, pupuk kandang yang sudah
dioven, pupk kandang tanpa oven, cocopet dan pupuk ZA.
Hasil pengamatan tanaman pada saat muncul tunas didapatkan
hasil tertinggi atau lebih cepat muncul tunasnya pada perlakuan M3B3 yaitu
tanaman puring. Hal ini dikarenakan tanaman puring dapat tumbuh di dataran
tinggi maupun dataran rendah dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu
tinngi. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan sigit (2013) yang mengemukakan
bahwa habitat aslinya, tanaman puring tumbuh di tempat terbuka dengan sinar
matahari penuh. Namun demikian, di tempat teduh pun puring dapat tumbuh dengan
subur. Selain
itu tanaman puring di
Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan
ketinggia mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah,
puring menghendaki intensitas cahaya yang penuh dan temperatur udara berkisar
200 C – 350 C. Kebutuhan air tidak terlalu banyak sehingga tanaman puring dapat
tumbuh di daerah-daerah yang agak kering dengan kelembaban udara sekitar 30% -
60%.(Rosidin, 2012)
Dan tanaman yang paling lambat tumbuh tunasnya yaitu pada perlakuan
M2B4 yaitu tanamna cordilin. Hal ini dikarenakan tanaman cordilin jarang
bercabang sehingga dalam muncul tunasnya terlalu lama. Hasil tersebut diperkuat
oleh sinubie (2011) dalam tulisannya yang menyebutkan tanaman Cordilin
merupakan tanaman perdu tegak yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 4 meter,
merupakan jenis tanaman yang jarang bercabang. Andong banyak ditanam sebagai
tanaman hias, tanaman dikuburan atau sebagai tanaman pagar, tumbuh dan terdapat
di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.900 meter diatas permukaan laut.
Pada presentase tanaman yang hidup, didapatkan hasil yang
tertinggi atau banyak tanaman yang hidup pada perlakuan M4B1 yaitu daun zamia.
Hal ini dikarenakan tanaman zamia tidak memerlukan banyak air sehinnga
penyiramannya tidak terlalu sering dan dapat tumbuh dengan baik. Karena pohon
Zamia mempunyai kelebihan untuk apdatasi terhadap temperatur udara sehingga
mampu hidup di wilayah tropis hingga sub tropis.(asri,2014)
BAB V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pembibitan
tanaman semusim adalah sebagai berikut
1. .
Hasil pengamatan tanaman pada saat muncul tunas didapatkan hasil tertinggi atau
lebih cepat muncul tunasnya pada perlakuan M3B3 yaitu tanaman puring. Dan
tanaman yang paling lambat tumbuh tunasnya yaitu pada perlakuan M2B4 yaitu
tanamna cordilin.
2. Pada presentase tanaman yang hidup,
didapatkan hasil yang tertinggi atau banyak tanaman yang hidup pada perlakuan
M4B1 yaitu daun zamia. Dan hasil terrendah atau tanaman banyak yang mati pada
perlakuan M4B3 yaitu tanaman puring.
3. Pada pengamatan panjang tunas
didapatkan hasil yang tertinggi yaitu pada perlakuan M3B3 yaitu tanaman
puring.Hasil terrendah pengamatan panjang tunas pada perlakuan M1B2 yaitu
tanaman violces
4. Pada pengamatan jumlah tunas didapatkan
hasil tertinggi pada perlakuan M4B4 yaitu tanaman cordilin. Dan hasil terrendah
pengamatan jumlah tunas pada perlakuan M1B2 yaitu pada tanaman violces.
5.2 SARAN
Saran
kami diharapkan pada saat pemilihan bibit tanaman hias praktikan lebih teliti
dengan memilih bibit yang baik untuk ditanam dan lebih intensif dalam melakukan
pengamatan, sehingga didapatkan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G., 2002. Horticulture –Principles and Practices.
Second Edition. Prentice Hall.
Apriaji, Wied Harry. 2001. Violces. Smart Edition. Bogor.
Danarti, Suel. 1998. Perbanyakan Puring dengan Teknik Stek
Batang. CV. Mitra Cahaya. Semarang.
Duladi.
2010. Mengapa Perlu Pembibitan?.
Diakses pada Kamis 21 Mei 2015 di
http://duladi-duladi.blogspot.com/2010/12/mengapa-perlu-pembibitan.html
Hariadi, Sutanto. 1998. Budidaya Tanaman Hias. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hanifa, asri. 2014. Budidaya Tanaman Hias. (online) http://asrihanifaw.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Jacob, Cley. 1994. Top Soil. Clewmask. New York.
Radi, Rahardi, dkk. 1997. Budidaya Tanaman Hias Puring. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmanto, Wahuno. 2001. Cocopeat Sabut Kelapa. Khayana Putra.
Bandung.
Rosidin. 2012. Puring Codiaeum variegatum. (online) http://rosidinciamis.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Sigit. 2013. Syarat Tumbuh Bunga Puring. (online) http://sigit01.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Sulianta, Feri. 2009. Arang Sekam Padi. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Subagyo, Aji. 2001. Budidaya Zamia Culcas. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran
1 Data
Pengamatan Praktikum Tanaman Hias
Tabel 3. Presentase
tanaman hidup
Perlakuan
|
Kelompok
|
∑
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1B1
|
4
|
2
|
4
|
4
|
14
|
3,5
|
M1B2
|
4
|
2
|
4
|
0
|
10
|
2,5
|
M1B3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
2
|
M1B4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
2
|
M2B1
|
3
|
4
|
4
|
4
|
15
|
3,75
|
M2B2
|
2
|
3
|
3
|
1
|
9
|
2,25
|
M2B3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
2
|
M2B4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
2
|
M3B1
|
4
|
4
|
4
|
4
|
16
|
4
|
M3B2
|
4
|
4
|
5
|
2
|
15
|
3,75
|
M3B3
|
2
|
2
|
0
|
2
|
6
|
1,5
|
M3B4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
2
|
M4B1
|
4
|
4
|
6
|
4
|
18
|
4,5
|
M4B2
|
4
|
4
|
4
|
2
|
14
|
3,5
|
M4B3
|
1
|
2
|
1
|
2
|
6
|
1,5
|
M4B4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
2
|
∑
|
44
|
43
|
47
|
37
|
171
|
42,75
|
Rata-rata
|
2,75
|
2,688
|
2,938
|
2,313
|
10,69
|
2,672
|
Tabel 4. Saat Muncul Tunas
Perlakuan
|
Kelompok
|
∑
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M1B2
|
0
|
0
|
35
|
0
|
35
|
8,75
|
M1B3
|
14
|
21
|
0
|
14
|
49
|
12,25
|
M1B4
|
14
|
35
|
21
|
26
|
96
|
24
|
M2B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M2B2
|
0
|
0
|
49
|
0
|
49
|
12,25
|
M2B3
|
12
|
26
|
21
|
12
|
71
|
17,75
|
M2B4
|
14
|
26
|
49
|
22
|
111
|
27,75
|
M3B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M3B2
|
0
|
0
|
45
|
0
|
45
|
11,25
|
M3B3
|
14
|
0
|
0
|
14
|
28
|
7
|
M3B4
|
42
|
0
|
30
|
28
|
100
|
25
|
M4B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M4B2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M4B3
|
35
|
21
|
49
|
14
|
119
|
29,75
|
M4B4
|
21
|
39
|
28
|
28
|
116
|
29
|
∑
|
166
|
168
|
327
|
158
|
819
|
204,8
|
Rata-rata
|
10,38
|
10,5
|
20,44
|
9,875
|
51,19
|
12,8
|
Tabel 5. Jumlah Akar
Perlakuan
|
Kelompok
|
∑
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1B1
|
8
|
0
|
21
|
17
|
46
|
11,5
|
M1B2
|
10
|
0
|
20
|
12
|
42
|
10,5
|
M1B3
|
11
|
0
|
0
|
84
|
95
|
23,75
|
M1B4
|
0
|
0
|
12
|
76
|
88
|
22
|
M2B1
|
0
|
9
|
25
|
13
|
47
|
11,75
|
M2B2
|
0
|
7
|
31
|
6
|
44
|
11
|
M2B3
|
0
|
12
|
7
|
59
|
78
|
19,5
|
M2B4
|
0
|
7
|
7
|
9
|
23
|
5,75
|
M3B1
|
0
|
0
|
13
|
7
|
20
|
5
|
M3B2
|
0
|
0
|
11
|
17
|
28
|
7
|
M3B3
|
0
|
0
|
0
|
36
|
36
|
9
|
M3B4
|
0
|
0
|
4
|
1
|
5
|
1,25
|
M4B1
|
10
|
12
|
5
|
15
|
42
|
10,5
|
M4B2
|
17
|
15
|
13
|
15
|
60
|
15
|
M4B3
|
21
|
8
|
5
|
17
|
51
|
12,75
|
M4B4
|
5
|
7
|
11
|
0
|
23
|
5,75
|
∑
|
82
|
77
|
185
|
384
|
728
|
182
|
Rata-rata
|
5,125
|
4,813
|
11,56
|
24
|
45,5
|
11,38
|
Tabel 6. Jumlah Tunas
Perlakuan
|
Kelompok
|
∑
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M1B2
|
0
|
0
|
4
|
0
|
4
|
1
|
M1B3
|
4
|
0
|
0
|
6
|
10
|
2,5
|
M1B4
|
5
|
0
|
5
|
5
|
15
|
3,75
|
M2B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M2B2
|
0
|
0
|
6
|
0
|
6
|
1,5
|
M2B3
|
0
|
5
|
4
|
2
|
11
|
2,75
|
M2B4
|
0
|
5
|
4
|
2
|
11
|
2,75
|
M3B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M3B2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M3B3
|
2
|
0
|
3
|
4
|
9
|
2,25
|
M3B4
|
4
|
0
|
5
|
5
|
14
|
3,5
|
M4B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M4B2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M4B3
|
1
|
9
|
1
|
7
|
18
|
4,5
|
M4B4
|
4
|
8
|
5
|
4
|
21
|
5,25
|
∑
|
20
|
27
|
37
|
35
|
119
|
29,75
|
Rata-rata
|
1,25
|
1,688
|
2,313
|
2,188
|
7,438
|
1,859
|
Tabel 7. Panjang Tunas
Perlakuan
|
Kelompok
|
∑
|
Rata-rata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M1B2
|
0
|
0
|
0,775
|
0
|
0,775
|
0,194
|
M1B3
|
1,88
|
0
|
0
|
2,83
|
4,71
|
1,178
|
M1B4
|
0,88
|
0
|
3,84
|
3,89
|
8,61
|
2,153
|
M2B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M2B2
|
0
|
0
|
1,342
|
0
|
1,342
|
0,335
|
M2B3
|
0
|
6,85
|
8,575
|
8,87
|
24,3
|
6,074
|
M2B4
|
0
|
5,25
|
2,5
|
2,87
|
10,62
|
2,655
|
M3B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M3B2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M3B3
|
1,75
|
0
|
0
|
8,7
|
10,45
|
2,613
|
M3B4
|
2,25
|
0
|
18
|
4
|
24,25
|
6,063
|
M4B1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M4B2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
M4B3
|
0
|
7,95
|
0,9
|
8,3
|
17,15
|
4,288
|
M4B4
|
0
|
2
|
12,7
|
5,7
|
20,4
|
5,1
|
∑
|
6,76
|
22,05
|
48,63
|
45,16
|
122,6
|
30,65
|
Rata-rata
|
0,423
|
1,378
|
3,039
|
2,823
|
7,663
|
1,916
|
Tabel 8. Anova saat muncul tunas
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tbl
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
1249
|
416,3
|
2,969
|
*
|
2,81
|
4,25
|
Perlakuan
|
15
|
7777
|
518,5
|
3,697
|
**
|
1,89
|
2,46
|
M
|
3
|
201,5
|
67,18
|
0,479
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
B
|
3
|
6198
|
2066
|
14,73
|
**
|
2,81
|
4,25
|
M x B
|
9
|
1378
|
153,1
|
1,091
|
ns
|
2,10
|
2,83
|
Galat
|
45
|
6310
|
140,2
|
KK
|
92,54%
|
||
Total
|
63
|
15336
|
|
Tabel 9. Anova jumlah akar
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tbl
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
3865
|
1288
|
5,684
|
**
|
2,81
|
4,25
|
Perlakuan
|
15
|
2321
|
154,7
|
0,683
|
ns
|
1,89
|
2,46
|
M
|
3
|
1044
|
348
|
1,536
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
B
|
3
|
545,4
|
181,8
|
0,802
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
M x B
|
9
|
731
|
81,22
|
0,358
|
ns
|
2,10
|
2,83
|
Galat
|
45
|
10200
|
226,7
|
KK
|
132,35%
|
||
Total
|
63
|
16385
|
|
Tabel 10. Anova presentase tanaman hidup
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tbl
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
3,297
|
1,099
|
1,708
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
Perlakuan
|
15
|
57,86
|
3,857
|
5,995
|
**
|
1,89
|
2,46
|
M
|
3
|
1,922
|
0,641
|
0,996
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
B
|
3
|
48,17
|
16,06
|
24,96
|
**
|
2,81
|
4,25
|
M x B
|
9
|
7,766
|
0,863
|
1,341
|
ns
|
2,10
|
2,83
|
Galat
|
45
|
28,95
|
0,643
|
KK
|
30,02%
|
||
Total
|
63
|
90,11
|
|
Tabel 11. Anova panjang tunas
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tbl
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
73,66
|
24,55
|
2,667
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
Perlakuan
|
15
|
317,5
|
21,16
|
2,299
|
*
|
1,89
|
2,46
|
M
|
3
|
23,09
|
7,698
|
0,836
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
B
|
3
|
220,7
|
73,57
|
7,991
|
**
|
2,81
|
4,25
|
M x B
|
9
|
73,65
|
8,183
|
0,889
|
ns
|
2,10
|
2,83
|
Galat
|
45
|
414,3
|
9,206
|
KK
|
158,39%
|
||
Total
|
63
|
805,4
|
|
Tabel 12. Anova jumlah tunas
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tbl
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
11,42
|
3,807
|
0,9
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
Perlakuan
|
15
|
194
|
12,93
|
3,058
|
**
|
1,89
|
2,46
|
M
|
3
|
8,422
|
2,807
|
0,664
|
ns
|
2,81
|
4,25
|
B
|
3
|
161,5
|
53,85
|
12,73
|
**
|
2,81
|
4,25
|
M x B
|
9
|
24,02
|
2,668
|
0,631
|
ns
|
2,10
|
2,83
|
Galat
|
45
|
190,3
|
4,23
|
KK
|
110,61%
|
||
Total
|
63
|
395,7
|
|