- Back to Home »
- Makalah »
- Integrated Pest Manajemen
Posted by : Faizin
Senin, 14 Desember 2015
MAKALAH
“INTEGRATED
PEST MANAJEMEN”
Kelompok 4
Ahmad Nur Ahid Faizin 201310200311133
Ahmad Nur Ahid Faizin 201310200311133
M.Ainul Rifqi 201310200311145
Rubiati 201310200311146
FAKULTAS
PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
proses budidaya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37%,
penyakit 35%, gulma 29%, dan bahkan akibat yang di timbulkan oleh serangan hama
tikus bisa menyebabkan gagal panen (puso). Pengendalian OPT bertujuan untuk
mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian
hama adalah usaha-usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang
batas yang merugikan secara ekonomi.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu
memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga
tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran
yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian yang berkelanjutan
diperlukan cara pengendalian yang tepat.Hama adalah binatang yang dianggap
dapat mengganggu atau merusak tanaman dengan memakan bagian tanaman yang
disukainya.Misalnya : Serangga (insekta), cacing (nematode), binatang menyusui,
dan lain-lain. Penyakit yang menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang,
melainkan oleh makhluk mikrokospis, misalnya bakteri, virus, cendawan (jamur),
dan lain-lain.
Dilihat
dari segi operasional pengendalian hama dengan PHT dapat kita artikan sebagai
pengendalian hama yang memadukan semua teknik atau metode pengendalian hama
sedemikian rupa, sehingga populasi hama dapat tetap berada di bawah aras
kerusakan.
Pengendalian
hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini,
konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT
muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama
secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida
dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif
yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat
penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan. Pelaksanaan program pengendalian
hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat
strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk
yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan
sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan
antar generasi.
Menurut Marmaini (2008) Langkah-langkah operasional yang ditempuh dalam
pengendalian hama terpadu yang meliputi analisa masalah OPT, pemilihan taktik
pengendalian OPT, pelaksanaan pengendalian dan evaluasi, serta program
pengendalian jangka panjang dan sasaran kegiatan progam pengendalian OPT.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Integrated Pest Management
2. Apa yang menjadi Konsep Dasar Pengendalian Hama Terpadu?
3. Unsur-Unsur Dasar
Pengendalian Hama Terpadu
4. Bagaimana cara-cara pengendalian yang
digunakan dalam pengendalian hama terpadu?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Integrated Pest Management
2. Mengetahui konsep
dasar perlindungan hama terpadu
2. Mengetahui Unsur-unsur dasar pengendalan
hama terpadu
3. Mengetahui cara pengendalian hama yang
digunakan dalam pengendalian hama terpadu.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian
Integrated Pest Management
Banyak ahli memberikan batasan tentang
PHT secara beragam, tetapi pada dasarnya mengandung prinsip yang sama. Smith (1978) menyatakan PHT adalah
pendekatan ekologi yang bersifat multidisplin untuk pengelolaan populasi hama
dengan memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam
suatu kesatuan kordinasi pengelolaan.
Bottrell (1979) menekankan bahwa PHT adalah pemilihan secara cerdik dari
penggunaan tindakan pengendalian hama, yang dapat menjamin hasil yang
menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi dan sosiologi. Sedangkan
Kenmore (1989) memberikan definisi singkat PHT sebagai perpaduan yang terbaik.
Yang dimaksud perpaduan terbaik ialah menggunakan berbagai metode pengendalian
hama secara kompatibel. Sehingga melalui penerapan PHT, diharapkan kerusakan
yang ditimbulkan hama tidak merugikan secara ekonomi, sekaligus menghindari
kerugian bagi manusia, binatang, tanaman dan lingkungan.
Dilihat dari segi operasional
pengendalian hama dengan PHT dapat kita artikan sebagai pengendalian hama yang
memadukan semua teknik atau metode pengendalian hama sedemikian rupa, sehingga
populasi hama dapat tetap berada di bawah aras kerusakan.
2.2 Konsep Dasar Pengendalian Hama Terpadu
Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) muncul
dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara
konvensional, yang sangat utama dalam manggunakan pestisida. Kebijakan ini mengakibatkan
penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan, dengan cara
ini dapat meningkatkan biaya produksi dan dampak samping yang merugikan
terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun masyarakat secara
luas. Dampak yang terjadi menyebabkan pengendalian dengan cara konvensyonal ini
diganti agar nantinya dalam pengendalian hama dan penyakit dapat menguntungkan
bagi petani, misalnya dalam penghematan biaya operasional pengunaan pestisida.
Dengan banyaknya hama, penggunaan musuh alami
menjadi tidak dapat diandalkan lagi. Selanjutnya konsep pengendalian hama
terpadu mulai dikembangkan dengan penekanan bahwa insektisida masih tetap
digunakan, tetapi secara efektif, dengan demikian musuh alami masih dapat
dipertahankan keberadaannya di ekosistem. Integrasi teknik ini kemudian
dikembangkan lebih lanjut, termasuk di sini adalah penggunaan teknik lain
seperti tumbuhan resisten dan pelestarian musuh-musuh alami yang sudah
merupakan suatu keharusan dalam pengendalian terpadu ini.
Pada
prinsipnya, konsep pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang
dilakukan dengan mengggunakan kekuatan unsur-unsur alami yang mampu
mengendalikan hama agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang
merugikan. Pengendalian hama terpadu berpegang pada prinsi-prinsip berikut ini :
1.
Pemanfaatan
pengandalian alami (secara biologis dan mekanis) seoptimal mungkin, dengan
mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mematikan musuh alami atau organism
yang bukan sasaran.
2.
Pengolahan
ekosistem dengan mengubah microhabitat sehingga tidak menguntungkan bagi
kehidupan organism pengganggu (hama dan pathogen), melalui teknik budidaya yang
intensif : penanaman bibit dari varietas yang tahan hama dan penyakit,
pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama dan pathogen, sanitasi
(kebersihan) lingkungan pengolahan tanah secara intensif, pemberian air
pengairan yang sehat, pemupukan yang berimbang menurut kebutuhan, dan
pengaturan jarak tanam.
3.
Penggunaan
pestisida secara bijaksana, yaitu dengan memperhatikan waktu, dosis, dan
efektivitas. Pestisida harus digunakan pada saat yang tepat, yakni pengendalian
dengan cara lain sudah tidak memungkinkan lagi. Dosis juga harus tepat, menurut
kondisi setetmpat dan luas areal yang terserang. Dengan demikian, efek letal
pestisida tidak mempengruhi areal pertanaman yang lain. Penggunaan pestisida
juga harus efektif, yaitu memilih jenis pestisida yang mempunyai daya racun
tinggi dan hanya mematikan hama atau pathogen sasaran.
2.3 Pelaksanaan pengendalian hama dan evaluasinya
Pelaksanaan atau operasional pengendalian ini akan memerlukan
alat/logistic, baik persiapan maupun waktu yang baik dan tepat. Pengalaman dan
pengamatan yang pernah dilakukan sangat penting artinya dalam membantu
persiapan pelaksaannya. Hasil monitoring hama diikuti dengan analisa dan
evaluasi dari seluruh pelaksanaannya, yang meliputi analisa ungtung rugi, dan
dampak lingkungan yang harus dikaji serta dikerjakan secara berkala atau periodik,
masing-masing harus dikaji dan dibahas.
Jika diperlukan untuk menggantikan taktik pengendalian, segera saja
dilakukan agar tidak terlambat. Karena masalah yang dikerjakan secara
terburu-buru akan menjadi masalah yang besar dan sulit diatasi, serta akan berakibat
jauh dalam program pengendalian jangka panjang. Evaluasi dan monitoring
merupakan suatu umpan balik (feed back) kepada langkah 1, untuk dapat
menganalisa masalahnya kembali secara lebih detail.
III. PEMBAHASAN
3.1 Unsur-Unsur
Dasar Pengendalian Hama Terpadu
Terdapat empat unsur dasar setiap program PHT adalah pengendalian alamiah,
pengambilan (sampling), tingkat ekonomik dan pengetahuan yang lebih mendalam
tentang biologi dan ekologi dari semua jenis serangga yang penting dalam sistem
itu. Setiap unsur adalah penting dan memberikan bantuan peran yang lebih besar
kepada semua komponen yang dapat diterapkan dan disesuaikan dalam setiap
pengelolaan serangga hama.
A. Pengendalian Alamiah (Natural
Control)
Pengendalian secara
alamiah, yaitu pengendalian dengan menggunakan predator dan parasit atau
pengendalian secara hayati (biologis) yang terjadi di alam. Dalam hal ini
apabila populasi serangga hama rendah maka serangga tersebut bukan merupakan
hama yang mengganggu.
B. Tingkat Ekonomik (Ambang Ekonomi)
Tingkat ekonomik atau
ambang ekonomi adalah sampai berapa tinggi tingkat populasi serangga hama,
sehingga pengendalian perlu dimulai untuk mencegah kerusakan ekonomis lebih
lanjut dari tanaman yang dibudidayakan tersebut.
Apabila serangga hama
telah merugikan bagi petani, serta telah menurunkan kualitas dan hasil produksi
tanaman yang dibudidayakan oleh petani tersebut maka hal tersebut yang disebut
telah mencapai ambang ekonomi. Maka tindakan menggunakan pestisida baru akan
diambil oleh petani untuk memusnahkan hama dan penyakit tersebut.
C. Biologi dan Ekologi Serangga
Pengetahuan tentang
biologi dan ekologi serangga hama dan serangga-serangga yang berguna adalah
sangat penting dalam menyusun strategi pengendalian terutama dalam pengendalian
hama dan penyakit.
Informasi baru
tentang hama dapat memeberikan kunci atau bahkan cara yang lebih baik dalam
memecahkan masalah hama tersebut. Hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari
agar hama tidak resisten terhadap pestisida, dikarenakan hal tersebut dampak
mengakibatkan meledaknya penggunaan pestisida itu sendiri. Pestisida pun tidak
baik untuk manusia dan lingkungan, sebaiknya penggunaan pestisida disesuaikan
dengan biologi dan ekologi serangga tersebut.
2.2
Cara Pengendalian Hama Terpadu
2.2.1 Pengendalian Kultur Teknik atau Budidaya
Pengendalian
kultur teknik atau budidaya adalah penggunaan tindakan-tindakan kultur teknik
yang ada hubungannya dengan produksi tanaman dan yang menyebabkan lingkungan
itu kurang sesuai dengan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan atau reproduksi
dari jenis serangga hama itu.Pengendalian kultur teknik ini jarang digunakan,
dikarenakan memerlukan perencanaan jangka panjang untuk mencapai efektifitas
yang tinggi, namun seringkali dapat ekonomis.Cara ini dilakukan dengan melakukan
kegiatan seperti mengubah cara menanam,pemeliaharaan, tanggal panen, mengolah
tanah dan pola pergiliran tanaman. Kegiatan-kegiatan kultur teknik yang dapat
nerugikan spesies hama, dengan kata lain dapat mengurangi serangga hama, yaitu
:
·
Pengelolaan
tanah
Pengelolaan tanah yang
baik menyebabkan pengurangan populasi serangga hama yang hidup dalam tanah.
Contoh : Membajak tanah
menghasilkan kematian yang tinggi pada pupa yang tinggal dalam tanah dan oleh
karena itu mengurangi banyaknya yang dewasa keluar dalam musim berikutnya.
·
Pembuangan
sisa-sisa tanaman
Pemusnahan sisa-sisa
tanaman seringkali merupakan bagian penting dari seluruh program untuk menekan
seranga hama. Pemusnahan sisa-sisa tanaman berarti menghilangkan makanan dari
serangga hama tersebut.
· Saat tanam dan panen
Pengunduran saat tanam
berarti mengganti periode tanam dari tanaman tersebut.Sehingga dapat mengubah
daur hidup dari serangga tersebut.
Contoh : Ketela rambat
harus segera dipanen setelah masak untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan
hama kumbang ketela rambat dan penggerek umbi
·
Irigasi
Pengelolaan air dapat
menguntungkan atau menghalangi perkembangan serangga.
Contoh : Penggenangan air
dapat mencegah keluarnya serangga dewasa dari pupa yang terdapat di dalam
tanah.
2.2.2 Pengendalian Hayati (Biologi)
Pengendalian
biologis atau pengendalian hayati merupakan pengendalian yang menggunakan
musuh-musuh alami yang dapat menekan hama. Pengendalian hayati mempunyai
kelebihan tertentu dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain. Kelebihan
ini adalah:
· Aman bagi manusia
dan hewan
· Ekonomis
2.2.3 Pengendalian Kimiawi
Pengendalian
kimiawi merupakan pengendalian hama terpadu yang mengguna pestisida. Pestisida
adalah senyawa kimia yang digunakan untuk memberantas organisme yang
merugikan yang dikenal sebagai gangguan dan mempunya peran sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari.
2.2.4 Varietas tahan
Salah
satu cara untuk menanggulangi kerugian tanaman yang disebabkan oleh penyakit
adalah teknik pengendalian dengan menggunakan varietas tahan, yang memiliki
ketahanan genetik. Sampai pada akhir abad kesembilanbelas, sebagian besar
tanaman-tanaman yang tahan penyakit didapatkan melalui proses seleksi. Dimana
prosesnya hanyalah merupakan kelanjutan daripada seleksi alam. Sebagai contoh:
pada saat terjadinya suatu epidemik penyakit maka secara alamiah hanya
tanaman-tanaman yang paling kuat dan tahan sajalah yang berhasil hidup, dan
kemudian biji-biji dari tanaman-tanaman tersebut yang akan dijadikan sebagai
benih untuk musim tanam berikutnya. Proses seleksi seperti ini pada prinsipnya
sampai kini masih dilakukan yaitu untuk mendapatkan tanaman-tanaman yang tahan
penyakit yang nantinya untuk dipakai sebagai bahan tetua di dalam program
pemuliaan tanaman.
Pengendalian
dengan varietas tahan, merupakan usaha mengendalikan hama dan penyakit dengan
cara menanam tanaman dengan varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama
dan penyakit.
2.2.5 Pengendalian Fisik dan Mekanik
Pengendalian
fisik dan mekanik adalah tindakan langsung dan tidak langsung yang membinasakan
serangga dengan cara-cara lain, tetapi tidak menggunakan insektisida atau
mengubah lingkungan sehingga bisa menekan populasi serangga.
Bentuk-bentuk
pengendalian fisik dan mekanik adalah penggunaan suhu tinggi dan rendah,
mengurangi kelembaban, menggunakan alat perangkap cahaya dengan suara, membuat
penghalang dan batas penolak, memeungut dengan tangan, menggoyang-goyang dan
membasmi, mengumpulkan dan menangkap.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Unsur-Unsur Dasar
Pengendalian Hama Terpadu
Empat
unsur dasar setiap program PHT adalah pengendalian alamiah, pengambilan
(sampling), tingkat ekonomik dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang
biologi dan ekologi dari semua jenis serangga yang penting dalam sistem itu.
Setiap unsur adalah penting dan memberikan bantuan peran yang lebih besar
kepada semua komponen yang dapat diterapkan dan disesuaikan dalam setiap
pengelolaan serangga hama.
2. Cara Pengendalian Hama
Terpadu
Pengedalian
hama secara terpadu dapat dilakukan dengan beberapa yaitu dengan pengendalian
kultur teknik atau budidaya, pengendalian hayati, pengendalian kimia, varietas
tahan hama, pengendalian fisik dan mekanik.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. 2010. Konsep pengendalian hama terpadu.
(online) http://sobatbaru.blogspot.com. Diakses pada 26 Mei 2015
Warlinson. 2009. Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu pengembangan
Pengendalian Hama Terpadu. (online) http://usitani.wordpress.com. Diakses pada 26 Mei 2015
Yurika. 2010. Pengendalian Hama Terpadu. (online) http://hamaterpadu.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015
Agus. 2012. Kajian Dan Konsep Dasar Pengendalian.
(online) http://agussupriana.blogspot.com. Diakses pada 25 Mei 2015