- Back to Home »
- Makalah »
- Budidaya Tanaman Semusim Menggunakan Vertikultur
Posted by : Faizin
Senin, 14 Desember 2015
Budidaya
Tanaman Semusim Menggunakan Vertikultur
Disusun Oleh :
Ahmad Nurahid Faizin (201310200311133)
Moh Abid Nafiul Azmi (201310200311135)
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
No Teks
Halaman
1. Tabel
uji banding tanaman seledri dengan vertikultur....................... 10
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks
Halaman
1. Data
Pengamatan Tanaman Seledri.................................................... 17
2. Dokumentasi Pengamatan Tanaman Seledri...................................... 22
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seledri
adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Seledri (Apium graveolens L.) termasuk salah
satu sayuran komersial yang bisa memberikan tambahan pendapatan. Pemanfaatan
secara umum sebagai sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup.
Daun juga dipakai sebagai lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan diatas
makanan sebagai pelengkap masakan.
Selain
itu seledri (terutama buahnya) bisa digunakan sebagai bahan obat atau sebagai
“penyejuk perut”. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi
lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit
nafsu makan (karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun
tetapi digunakan pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual).
Pertambahan
jumlah penduduk ini telah melahirkan permasalahan baru yang nantinya lebih
kompleks dari keadaan sebelumnya. Seperti halnya peningkatan kebutuhan akan
lahan. Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup manusia. Lahan diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, misalnya dalam
hal pertanian, daerah industri, permukiman, transportasi, rekreasi maupun
daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.
Berkaitan
dengan hal tersebut, sebenarnya secara tidak langsung manusia akan berpikir
untuk memenuhi kebutuhan akan lahan tersebut dengan memanfaatkan apa yang ada
di sekitarnya. Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini
menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. Sehingga seperti
saat ini sudah banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan sebagai lahan nonpertanian.
Apabila keadaan ini terus berlanjut dapat berpotensi menciptakan masalah yang
sangat serius seperti ancaman ketersediaan bahan pangan.
Berhubungan
dengan keadaan tersebut, maka diperlukan suatu cara ataupun tehnologi yang
dapat digunakan sebagai solusi permasalahan. Salah satu inovasi yang telah
diterapkan yaitu dengan mengaplikasikan vertikultur yang merupakan
teknik bertanam vertikal
atau bertingkat. Dalam teknik bertanam ini memungkinkan menanam dengan lahan
sempit, sehingga untuk kedepannya vertikultur dapat digunakan sebagai
alternatif solusi menanam di lahan sempit
Sistem
vertikultur ini sangat cocok digunakan di Indonesia, sebagaimana kita ketahui
bahwasannya lahan pertanian di Indonesia sudah semakin sempit karena dialih
fungsikan menjadi bangunan-bangunan tetap. Bisa kita lihat bahwa data saat ini
menunjukkan luas lahan pertanian di Indonesia sangat kecil yaitu 0,3 sampai 0,4
hektar. (Suhardiyan, 2009).
Perlu adanya suatu upaya untuk
mengatasi masalah berkurangnya lahan pertanian di Indonesia agar jumlah hasil
produksi pertanian tidak berkurang dan bisa mengalami peningkatan sehingga
masyarakat Indonesia tidak mengalami kemiskinan dan kelaparan. Sehingga
dipilihlah sistem budidaya tanaman secara vertikultur yang sanga cocok
digunakan didaerah yang luas lahannya hanya sedikit.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada praktikum budidaya tanaman secara vertikultur adalah secara
berikut :
1.
Bagaimana cara menanam secara vertikultur
?
2. Apakah
berpengaruh pemupukan organik dan anorganik terhadap hasil dari tanaman
seledri?
1.3 Tujuan
Tujuan
pada praktikum buddidaya tanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
budidaya
tanaman dengan menggunakan metode vertikultur
2. Mengetahui
pengaruh
pemupukan organik dan anorganik terhadap berpengaruh terhadap hasil dari
tanaman seledri.
BAB II. TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Vertikultur
Vertikultur
adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat
(BPTP Sumatera Selatan, 2011). Vertikultur berasal dari kata vertical dan
culture, maka vertikultur dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian
yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor (Emiati,
2012).
Sistem
budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok
untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 m mungkin hanya
bisa menanam 5 tanaman, dengan sistem vertical bisa untuk 20 batang tanaman.
Vertikultur tidak hanya kebun vertikal namun ide ini sangat merangsang
seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas dipekarangan yang sempit
sekalipun. Struktur vertical, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya (Lukman,
2011)
Pertanian
vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana
alami yang menyenangkan. Model,bahan,ukuran,wadah vertikultur yang sangat
banyak,tinggal di sesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah
berbentuk segi panjang,atau mirip anak tangga,dengan berapa undak-undakan atau
sejumlah rak. Bahan dapat berupa bamboo atau pipa paralon,kaleng bekas,bahkan
lebaran karung beraspun bisa,karena salah satu filosofinya dari vertikultur
adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. (Lukman, 2011)
Persyaratan
vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam
sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepemilikan nilai ekonomis yang
tinggi, berumur pendek dan berakar pendek. Tanaman yang sering dibudidayakan
secara vertikultur antara lain, selada, kangkung, bayam, kangkung, bayam,
pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, pace, kacang, panjang, mentimun
dan tanaman sayuran daun lainya. Untuk tujuan komersial, pengembangan
vertikulur ini perlu dipertimbangan aspek ekonominya agar biaya produksinya
jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk
hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh
panenan yang sehat dan berkualitas.
(Lukman, 2011).
Perlu
diketahuai bahwa terdapat beberapa jenis vertikultur. Masing-masing memeliki
karekteristik yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis
vertical, biasanya kita temui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbenntuk kolom
yang tegak berdiri dilahan. Jenis yang kedua adalah jenis horizontal, yang
umumnya kita temui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Selain itu ada
pula jenis vertikul yang bergatung. Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau
wadah yang dikat oleh tali atau kawat dan digantung pada atao (Avicenna, 2011)
Untuk
memulai budidaya tanaman vertikultur sebenarnya tidak terlalu repot dengan
menghabiskan peralatan dan menghabiskan biaya yang begitu besar., karena hal
yang terpenting adalah wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang yang baik
bagi tanaman. Namun kita terkadang menginginkan hasil yang tidak hanya berupa
panen, tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan
setruktur bangunan tanaman tahan lama. Untuk alas an-alasan itu maka terdapat
beberapa pilihan bahan yang nantinya bisa dipilh, seperti paralon, bambu,
talang, pot, dll. Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung
pada bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek,
tinggi-rendah, serta besar-kecilnya tergantung pada lahan yang kita miliki
(Banfad, 2008)
2.2 Tanaman Seledri
Seledri
(Apium graveolens L) termasuk
dalam famili Umbelliferae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga
digunakan sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat
sebagai obat. apiin (apigenin 7-apiosilglukosida) adalah glukosa penghasil
aroma daun seledri dan umbi celeriac. Tanaman seledri dapat dibagi menjadi
seledri tangkai, seledri umbi dan seledri daun. (Suhardiyan, 2009).
Seledri
(Apium graveolens L) adalah
tanaman sayuran berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika, Seledri dapat
tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada ketinggian tempat
1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C. Tanaman seledri juga dapat
dikembangkan pada daerah tropis seperti di Indonesia. Sebagai tanaman subtropis
seledri membutuhkan sinar matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Haryoto, 2009)
Persyaratan
tanah yang ideal untuk tanaman seledri (Apium
graveolens L.) adalah harus subur, banyak mengandung bahan
organik (humus), tata udara (aerasi), dan tata air (drainase) tanah baik, serta
reaksi tanah (pH) antara 5,5-6,5 atau optimum pada pH 6,0-6,8. Tanaman seledri
sangat menyukai tanah-tanah yang menyukai garam natrium, kalsium, fosfor, dan
boron. (Anonim, 2011)
2.3 Budidaya Tanaman Seledri
Seledri adalah salah satu jenis tanaman
yang cukup populer di Indonesia. Daun seledri biasa digunakan sebagai bumbu
masakan atau hiasan (garnish) pada hidangan makanan seperti sop atau tumisan.
Seledri dapat ditemukan dengan mudah di pasar-pasar tradisional. Meskipun permintaan
akan seledri tidak setinggi permintaan akan bumbu lain seperti cabai atau
bawang, seledri tetap memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan. Hal inilah
yang menyebabkan banyak orang yang mulai belajar mengenai cara budidaya tanaman
seledri ini.
Menurut Rahmat (2013) dalam budidaya tanaman seledri ada
beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu :
a.
Persemaian
Benih disemai pada bedengan di dalam
alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan jarak antar alur 10-20 cm, sebelum disemai,
benih direndam dalam larutan Previcur N dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2
jam, kemudian dikeringkan. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan
bedengan sampai lembab. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan
alang-alang atau jerami dan ditinggikan tutup tersebut apabila kecambah telah
tumbuh. Setelah bibit tumbuh dapat juga dipindahkan kedalam bumbunan yang
terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama.
b.
Penanaman
Setelah + 40 hari atau telah berdaun
3-4 helai cabut bibit seledri yang sehat dengan akarnya. Potong sebagian akar,
selanjutnya akar direndam kedalam larutan pestisida Benlate atau Derosol pada
konsentrasi 50% sekitar 15 menit. Pindahkan bibit pada bedengan yang telah
dipersiapkan, satu bibit per lobang tanam, dengan jarak tanam: 25 x 30 cm; 20 x
20 cm atau 15 x 20 cm (tergantung varietas) dan padatkan tanah disekitar
batang. Siram bedengan sampai lembab.
c.
Pemeliharaan Tanaman
Jika ada tanaman yang mati lakukan
penyulaman 7-15 hari setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan
penggemburan tanah pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan
berikutnya disesuaikan dengan keadaan gulma. Di awal masa pertumbuhan,
penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, berikutnya dikurangi menjadi 2-3 kali
seminggu tergantung cuaca. Tanah tidak boleh kekeringan atau tergenang air
(becek).
d.
Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum
tanam, yaitu pupuk organik dengan dosis 4 kg/m2, diaduk dengan tanah permukaan
bedengan. Pada umur 2 minggu setelah tanam berikan pupuk N 300 kg, P2O5 75 kg
dan K2O 250 kg/ha secara larikan dibarisan tanaman. Pupuk susulan berikutnya
larutkan 2-3 kg pupuk NPK ke dalam 200 liter air dan berikan secara kocor
diantara barisan tanaman, hal ini dapat dilakukan selama tanaman masih
produktif dengan interval 7 hari satu kali pemberian. Dapat juga diberikan
pupuk cair dengan dosis 0,3 ml/m2 yang dimulai pada umur 3 minggu setelah tanam
dengan interval 10 hari satu kali.
e.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT)
Hama utama seperti: ulat tanah,
keong, kutu daun tungau. Hama dapat dihilangkan secara mekanik yaitu dipungut
dengan tangan. Penyakit yang sering menyerang tanaman bercak cercospora, bercak
septoria, virus aster yellow. Pengendalian dilakukan mulai dari pesemaian
hingga panen. Jika terpaksa harus menggunakan pestisida, gunakan jenis
pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati
atau pestisida piretroid sintetik.
f.
Panen dan Pasca Panen
Seledri dapat dipanen setelah berumur
40 sampai dengan 150 hari setelah tanam (tergantung varietas). Saledri daun
dipanen 4-8 hari sekali. Seledri potong dipanen dengan memotong tanaman pada
pangkal batang secara periodik sampai pertumbuhan anakan berkurang. Seledri
umbi dipanen dengan memetik daun-daunnya dan dilakukan secara periodik sampai
tanaman kurang produktif. Hasil panen diseleksi dengan cara membuang tangkai
daun yang cacat atau terserang hama. Untuk membersihkan dari kotoran/tanah dan
residu pestisida, seledri dicuci dengan air mengalir atau disemprot kemudian
tiriskan di rak-rak. Sortasi perlu dilakukan terutama jika seledri akan
dipasarkan di swalayan atau untuk eksport. Sortasi dilakukan berdasarkan ukuran
dan jenis yang seragam dan sesuai dengan permintaan pasar. Seledri diikat
dengan ikatan plastik pada berat tertentu yang disesuaikan dengan permintaan
pasar.
2.4 Syarat Tumbuh
Seledri merupakan tanaman yang sangat
tergantung pada lingkungan. Untuk dapat memperoleh kualitas dan hasil yang
tinggi, seledri membutuhkan temperatur berkisar antara 16-21 0C. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan seledri adalah tanah yang mampu menahan air, berdrainase
baik dan pH tanah berkisar antara 5,8-6,7. Karena memiliki sistem perakaran
dangkal, seledri menghendaki air yang selalu tersedia. Irigasi tetes merupakan
cara penggunaan air yang efisien dan hemat, serta dapat meningkatkan efisiensi
nitrogen. (Suhardiyanto,
2009)
Selain itu menurut BPTP Jambi (2009)
menyebutkan bahwasannya tanaman seledri dapat tumbuh optimal jika ditanam pada
dataran tinggi yaitu sekita 1000-1200 M dpl, namun tanaman seledri juga dapat
ditanam pada dataran rendah, tapi harus memberi naungan berupa atap alang-alang
atau jerami, yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari dan menjaga
kelembapan. seledri kurang tahan hujan oleh karena itu curah hujan optimum
berkisar antara 60-100 mm/bulan. tanaman seledri dapat
tumbuh optimal jika ditanam pada dataran tinggi yaitu sekita 1000-1200 M dpl,
namun tanaman seledri juga dapat ditanam pada dataran rendah, tapi harus
memberi naungan berupa atap alang-alang atau jerami, yang berfungsi sebagai
penahan sinar matahari dan menjaga kelembapan. seledri kurang tahan hujan oleh
karena itu curah hujan optimum berkisar antara 60-100 mm/bulan.
Agromumpung
(2014) menambahkan Untuk dapat tumbuh dengan baik, suhu udara yang ideal adalah
15 0C - 24 0C, kelembaban berkisar antara 80-90%, Curah
hujan berkisar antara 60-100 mm/bulan, dan lahan harus mendapat penyinaran
matahari yang cukup. Lahan yang ideal untuk tanaman seledri adalah tanah yang
gembur, subur, mengandung bahan organik, serta tata udara dan air yang baik.
2.5 Pupuk Organik
Kompos
adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan tanaman atau
limbah organik. Bahan dasar yang biasa digunakan seperti jerami, sekam, rumput
rumputan, sampah kota atau limbah pabrik (Musnamar, 2003). Dilihat dari
bentuknya, ada dua macam pupuk organik yaitu pupuk organik padat dan pupuk
organik cair. Pupuk organik padat berbentuk padat yang mengaplikasikannya
melalui akar dan pupuk cair berbentuk cairan yang pengaplikasiannya melalui
daun (Andoko, 2002).
Proses
pengomposan adalah suatu proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh
aktifitas mikroorganisme sehinggga dihasilkan energi dan sebagai pembangun sel
sel tumbuh. Sumber energi diperoleh dari unsur N pada bahan organik mentah
(Musnamar, 2003).
Pupuk
kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair
(urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk organik
(pupuk kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur hara makro seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur
mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam
pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan
kalium bersal dari kotoran cair (Santoso, 2002). Pupuk organik padat
(konvensional) yang biasa dipakai petani adalah pupuk organik dari kompos atau
pupuk kandang yang terdekomposisi secara alami berbentuk serbuk kasar atau
gumpalan. Pupuk organik padat tersebut masih tercampur dengan bahan-bahan lain
seperti sekam, jerami, serbuk gergaji, dan lain-lain dengan bau yang masih
menyengat dan dalam kondisi relatif basah.
Dengan
demikian, pupuk tersebut terkesan kotor. Bentuk pupuk organik padat saat ini
semakin beragam disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Saat ini bentuk pupuk
organik padat yang ditawarkan antara lain serbuk, butiran, pelet, dan tablet.
Pupuk organik bentuk butiran, pelet, dan tablet merupakan bentuk pupuk organik
konsentrat yang dibentuk dengan mesin pencetak bertekanan tinggi (Musnamar,
2005).
2.6 Pupuk Anorganik
Pupuk
anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung
satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Fungsi
utama pupuk anorganik adalah sebagai
penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai
beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anor-ganik. Beberapamanfaat dan
keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan haradalam waktu
relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman,
kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan
mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga
relatif mahal dan mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah
apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai
dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K. Sebagian besar N tanah berada
dalam bentuk N-organik. Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila
lingkungan baik ammonium dioksidakan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi
1983).
BAB III. METODE KERJA
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan
praktikum dilakukan
pada hari sabtu tanggal 11 April 2015 - 20 Mei 2015 di lahan Kreativitas
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum
budidaya
tanaman semusin ini adalah Talang plastik, botol air mineral,
karung, cangkul, gembor, dan spidol.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit tanaman
semusim seledri, tanah, pupuk kandang, pupuk POC dan Npk (urea, TSP, dank KCL).
3.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Menyiapkan rak vertikultur dan susun talang
3. Memberi media tanam:
a) Anorganik Tanah : Pupuk kandang 2 : 1
b) Organik Tanah : Pupuk kandang 2 : 1
a) Anorganik Tanah : Pupuk kandang 2 : 1
b) Organik Tanah : Pupuk kandang 2 : 1
4. Memberi pupuk dasar berupa
a) Anorganik N 100 kg/ (1/3 dosis),P 100 kg/ (1/3 dosis), K 100 kg/ (1/3 dosis).
b) POC (Pupuk Organik Cair)
a) Anorganik N 100 kg/ (1/3 dosis),P 100 kg/ (1/3 dosis), K 100 kg/ (1/3 dosis).
b) POC (Pupuk Organik Cair)
5. Memasukan semua bahan yang telah dicampur kedalam
talang palstik.
6. Meletakkan di rak media tanam vertikultura.
7. Menyiram bahan tanam dengan dengan pupuk cair.
8. Memenanam tanaman seledri di media tanam.
9. Menyiram dengan pupuk NPK dan POC yang telah dicampur
dengan air.
10. Melakukan pemupukan lanjutan di hari ke 4 dan 7 HST pada
media anorganik.
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Tabel
1. Tabel uji banding tanaman seledri dengan vertikultur
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Berat Basah
|
Berat Kering
|
Organik
|
17,04 a
|
49 a
|
22,13 a
|
1,61 a
|
Anorganik
|
13,20 a
|
33 a
|
14,15 a
|
1,16 a
|
Keterangan : angka-angka
yang diikuti dengan huruf-huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
menurut uji BNJ 5%
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwasannya perlakuan organik memiliki hasil lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perlakuan an-organik, yaitu dengan perbandingan tinggi
tanaman organik 17,04 dan tinggi tanaman an-organik 13,20, jumlah daun organik
49,46 dan jumlah daun an-organik 32,39, berat basah organik 22,13 dan berat
basah an-organik 14,15, serta berat kering organik1,61, berat kering an-organik
1,16.
4.2 Pembahasan
Pada
praktikum yang kami lakukan adalah menanam dengan menggunakan vetikultur.
Adapun tanaman yang digunakan adalah tanman semusim berupa tanaman seledri. Dari praktikum yang sudah dilakukan
bawasannya perlakuan organik maupun an-organik tidak berpengaruh terhadap
jumlah daun, berat basah dan berat kering. Namun, meski demikian kedua
perlakuan tersebut masih berpengaruh terhadap tinggi tanaman seledri, hal itu
bisa kita lihat pada tabel anova diatas.
Tetapi
hal tersebut sangat berseberangan dengan teori yang kemukakan oleh yusuf (2010)
yang menyebutkan bahwasannya pupuk organik dapat mengembalikan sifat fisik
tanah yaitu merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah dan terhadap sifat
kimia tanah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempegaruhi serapan
hara oleh tanaman serta terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan
aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara
tertentu seperti N, P, dan S. Selain itu manfaat lain juga dipaparkan oleh
yusuf (2013) yaitu dapat meningkatkan permeabilitas membrane sehingga
mempermudah pengangkutan nutrien melalui membran.
Hal
itu terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengamatan yang sudah dilakukan, faktor tesebut
diantaranya adalah tinggi tanaman yang tidak seragam, umur tanaman yang tidak
seragam, penyiraman yang tidak teratur sehingga menyebabkan kurangnya
efektifnya pupuk yang diberikan pada dua perlakuan yang digunakan untuk
praktikum.
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari
praktikum budidaya tanaman semusim menggunakan metode vertikultur ini adalah
sebagai berikut :
1.
Cara budidaya tanaman semusim dengan
sistem vertikultur adalah dengan cara bertingkat atau vertikal dan tidak
menggukan lahan yang luas untuk mengaolikasikannya
2.
Vertikultur adalah sebuah alternatif atau
solusi yang cocok untuk masyarakat perkotaan yang pada umumnya tidak memiliki
lahan yang luas
3.
Pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap
hasil dari budidaya tanaman seledri, namun penggunaan pupuk organik lebih bagus hasilnya di banding
anorganik.
5.2 Saran
Dalam
melaksanakan praktikum dan pengamatan hendaknya lebih serius dan memperhatikan
petunjuk/arahan dari asisten agar meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan
dan praktikan diharapkan mampu mengaplikasikan hasil dari praktikum ini agar
dapat mengolah limbah pertanian menjadi sesuatu yang lebih berguna. Selain itu hendaknya praktikan
membaca dahulu materi praktikum sebelum melaksanakan praktikum agar pada saat
praktikum tidak terlalu banyak tanya tentang proses praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agromumpung. 2014.
Cara Menanam Seledri Yang Baik dan Benar.
(online) http://agromumpung.blogspot.com.
Diakses Pada 14 Mei 2015
Andoko, A ., 2002.
Budidaya Padi Secara Organik.
Cetakan-I. Penebar Swadaya, Jakarta. BALITPANG, 1989. Padi. Edisi ke-2. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Anonim, I.
dkk. 2013. Taman Sayur.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Avicenna. 2011. Mengenal Vertikultur. (online) http://
thegreenstall.blogspot.com. Diakses Pada 15 Mei 2015
Badan Pusat
Statistik Nasional. 2014. Pengunaa Lahan.(online) http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php.
Diakses 15 Mei 2015
Bangfad. 2008. Budidaya Secara Vertikultur. (online)
http:// cerianet-agricultur.blogspot.com. Diakses pada 15 Mei 2015
BPTP Jambi. 2009. Teknologi Budidaya Seledri Dataran Rendah.
badan penelitian dan pengembangan pertanian jambi.
departemen pertanian
Emiati, Essy.
2012. Vertikultur Pertanian Masa Depan. (Online)
https://essymia.wordpress.com.
Diakses pada 15 Mei 2015
Haryoto. 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik.
Kanius, Yogyakarta.
Leiwakabessy, F.M
dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan
(Diktat Kuliah). Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Lukman, Liferdi.
2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran
Secara Vertikultur. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Musnamar, E.I.
2003. Pupuk Organik Cair dan Padat,
Pembuatan, Aplikasi. Jakarta, Penebar Swadaya.
Musnamar, E. I.,
2005. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan
Aplikasi. Jakarta, Penebar Swadaya.
Prima
tani. 2011. petunjuk teknis budidaya
seledri.balai penelitian tanaman sayuran. pusat penelitian dan pengembangan
hortikultura. badan penelitian dan pengembangan pertanian.
Rahmat Rukmana,
Ir. 2013. Bertanam
Seledri. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sastro,Yudi &
Indarti Puji Lestari.2011.Vertikultur
andalan pertanian di perkotaan.BPTP Sumatera Selatan Edisi Khusus Penas
XIII.
Soepardi, G. 1983.
Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu
Tanah. Bogor, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sugianto, yusuf.
2010. Manfaat Pupuk Pada Tanaman.
(online) http://yusufsugianto.blogspot.com.
Diakses pada 24 Mei 2015
Sugianto, yusuf.
2013. Manfaat Pupuk Pada Tanaman.
(online) http://yusufsugianto88.blogspot.com.
Diakses pada 24 Mei 2015
Suhardiyanto, H.
2009. Teknologi Vertikultur untuk Budidaya
Tanaman. Departemen
Teknik Pertanian. Bogor, Institut Pertanian
Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran
1.
Data Pengamatan Tinggi Tanaman Seledri Tiap Minggu
Tabel 2. Data Pengamatan
Tinggi Tanaman Seledri
Perlakuan
|
Kelompok I (HST)
|
Kelompok II (HST)
|
Kelompok III (HST)
|
Kelompok IV (HST)
|
||||||||||||||||
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
|
O1
|
3
|
4
|
6
|
6
|
7,5
|
13,6
|
19,9
|
22,4
|
29,8
|
11
|
14,7
|
19
|
20
|
21
|
11
|
15
|
18
|
|||
O2
|
7,5
|
10,5
|
7,7
|
8
|
18,4
|
20,6
|
25
|
9
|
10,5
|
12,5
|
18,3
|
25
|
8
|
8
|
12
|
|||||
O3
|
12
|
12
|
9
|
12,8
|
11,1
|
13,2
|
12
|
10,5
|
14,8
|
18,7
|
23
|
26
|
9
|
11
|
14,5
|
|||||
O4
|
5
|
5,5
|
11,2
|
14
|
11
|
15,2
|
19,8
|
9
|
12
|
14,5
|
18
|
23
|
7
|
7
|
12
|
|||||
O5
|
4
|
5
|
12,8
|
16,5
|
19
|
22,1
|
24,9
|
9,5
|
11,4
|
13,4
|
17,5
|
21
|
8,7
|
12,3
|
15
|
|||||
O6
|
8
|
9,5
|
5,8
|
7,5
|
13,3
|
14,8
|
14,4
|
10,2
|
12
|
15
|
19
|
23
|
6,5
|
8,5
|
17
|
|||||
O7
|
9
|
11,5
|
8,5
|
12
|
16,5
|
19,8
|
25,4
|
11,5
|
13,3
|
16,5
|
19,6
|
23
|
8,7
|
12,8
|
15
|
|||||
O8
|
10,4
|
12,2
|
14
|
16,3
|
19
|
15,5
|
15
|
15
|
||||||||||||
rata-rata o
|
7,36
|
8,57
|
8,93
|
12,06
|
15,6
|
18,3
|
21,61
|
10,14
|
12,61
|
15,45
|
18,96
|
22,63
|
9,3
|
11,2
|
14,81
|
|||||
A1
|
15
|
16
|
9
|
12
|
17,5
|
21,6
|
23,5
|
10,5
|
13,6
|
15,5
|
16,3
|
18
|
5,5
|
9
|
11
|
|||||
A2
|
16
|
16
|
8
|
9
|
14,7
|
19,8
|
20,2
|
11
|
14,2
|
16
|
18
|
21
|
7
|
7,8
|
10
|
|||||
A3
|
9
|
10
|
8,9
|
9
|
14,9
|
17,5
|
18,5
|
9,5
|
11
|
12,5
|
16,4
|
20
|
8,5
|
8,5
|
10
|
|||||
A4
|
9
|
10
|
6,5
|
8,8
|
8,9
|
0
|
0
|
11,5
|
11,8
|
12,5
|
15
|
17,5
|
9
|
10
|
11,5
|
|||||
A5
|
8
|
9
|
1,5
|
2,5
|
5,8
|
7,1
|
12,3
|
10,5
|
11
|
12
|
14,2
|
17
|
4,5
|
4,5
|
6,5
|
|||||
A6
|
14
|
15
|
7,5
|
8
|
9,6
|
10,1
|
17,5
|
12,5
|
15,4
|
19,5
|
21,6
|
24
|
12
|
10,3
|
12
|
|||||
A7
|
10
|
11
|
7,5
|
8,3
|
14,2
|
15,8
|
23
|
9,5
|
15
|
19,5
|
22
|
25
|
11,3
|
11,5
|
12,3
|
|||||
A8
|
10
|
13,3
|
16,5
|
18,5
|
21
|
5,7
|
7,5
|
12
|
||||||||||||
rata-rata
|
11,57
|
12,43
|
6,99
|
8,23
|
12,23
|
13,13
|
16,43
|
10,63
|
13,16
|
15,50
|
17,75
|
20,44
|
7,94
|
8,64
|
10,66
|
Tabel 3. Data Pengamatan
Jumlah Daun Seledri
perlakuan
|
Kelompok I (HST)
|
Kelompok II (HST)
|
Kelompok III (HST)
|
Kelompok IV (HST)
|
||||||||||||||||
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
7
|
14
|
21
|
28
|
35
|
|
O1
|
|
|
4
|
5
|
|
13
|
18
|
25
|
32
|
35
|
32
|
63
|
65
|
69
|
|
6
|
10
|
23
|
|
|
O2
|
|
|
6
|
8
|
|
18
|
23
|
24
|
55
|
67
|
36
|
60
|
63
|
68
|
|
5
|
7
|
20
|
|
|
O3
|
|
|
16
|
5
|
|
24
|
27
|
39
|
47
|
64
|
27
|
54
|
61
|
73
|
|
6
|
15
|
40
|
|
|
O4
|
|
|
2
|
8
|
|
3
|
10
|
9
|
0
|
0
|
40
|
57
|
63
|
74
|
|
4
|
8
|
17
|
|
|
O5
|
|
|
4
|
8
|
|
3
|
3
|
6
|
9
|
13
|
33
|
51
|
60
|
74
|
|
5
|
18
|
27
|
|
|
O6
|
|
|
4
|
8
|
|
3
|
5
|
9
|
10
|
18
|
29
|
39
|
45
|
56
|
|
4
|
14
|
17
|
|
|
O7
|
|
|
6
|
6
|
|
15
|
27
|
50
|
28
|
87
|
30
|
33
|
48
|
62
|
|
6
|
13
|
19
|
|
|
O8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
30
|
45
|
53
|
64
|
|
7
|
19
|
21
|
|
|
rata-rata
o
|
|
|
6
|
7
|
|
11
|
16
|
23
|
26
|
41
|
32
|
50
|
57
|
68
|
|
5
|
13
|
23
|
0
|
0
|
A1
|
|
|
5
|
6
|
|
35
|
37
|
50
|
96
|
77
|
23
|
30
|
38
|
47
|
|
5
|
10
|
18
|
|
|
A2
|
|
|
6
|
8
|
|
16
|
20
|
28
|
52
|
44
|
26
|
39
|
58
|
73
|
|
8
|
15
|
18
|
|
|
A3
|
|
|
2
|
17
|
|
14
|
18
|
25
|
30
|
12
|
18
|
33
|
47
|
58
|
|
5
|
11
|
17
|
|
|
A4
|
|
|
8
|
4
|
|
14
|
24
|
23
|
38
|
49
|
19
|
33
|
43
|
51
|
|
5
|
11
|
19
|
|
|
A5
|
|
|
8
|
5
|
|
8
|
8
|
15
|
12
|
17
|
27
|
39
|
45
|
55
|
|
3
|
4
|
6
|
|
|
A6
|
|
|
8
|
4
|
|
10
|
12
|
22
|
30
|
36
|
27
|
39
|
46
|
63
|
|
5
|
15
|
13
|
|
|
A7
|
|
|
3
|
7
|
|
20
|
30
|
20
|
55
|
52
|
32
|
39
|
75
|
86
|
|
6
|
13
|
22
|
|
|
A8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
26
|
39
|
46
|
58
|
|
3
|
12
|
20
|
|
|
rata-rata
|
|
|
6
|
7
|
|
17
|
21
|
26
|
45
|
41
|
25
|
36
|
50
|
61
|
|
5
|
11
|
17
|
0
|
0
|
Tabel 4. Data Pengamatan
berat basah tanaman seledri
perlakuan
|
kelompok I
|
kelompok II
|
kelompok III
|
kelompok IV
|
O1
|
23
|
12,24
|
10
|
40
|
O2
|
27
|
16,00
|
14,8
|
20
|
O3
|
15,5
|
17,17
|
12,4
|
15
|
O4
|
15
|
-
|
10,5
|
20
|
O5
|
11
|
4,96
|
8
|
10
|
O6
|
8
|
4,73
|
7
|
10
|
O7
|
12,5
|
6,92
|
6
|
15
|
O8
|
|
|
8,3
|
25
|
rata-rata
|
16
|
10,34
|
9,63
|
19,38
|
A1
|
5,5
|
41,03
|
53
|
15
|
A2
|
14
|
10,03
|
10,6
|
20
|
A3
|
11
|
1,09
|
7,2
|
20
|
A4
|
10,5
|
7,78
|
10
|
20
|
A5
|
4,5
|
4,78
|
5,8
|
10
|
A6
|
6
|
15,64
|
13,3
|
30
|
A7
|
5
|
19,08
|
13,4
|
30
|
A8
|
|
|
6,2
|
10
|
rata-rata
|
8,07
|
14,20
|
14,94
|
19,38
|
Tabel 5. Data pengamatan
berat kering tanaman seledri
perlakuan
|
kelompok I
|
kelompok II
|
kelompok III
|
kelompok IV
|
O1
|
3,00
|
5,66
|
1,3
|
0,35
|
O2
|
5,00
|
1,34
|
1,93
|
0,34
|
O3
|
4,00
|
0,19
|
1,49
|
0,19
|
O4
|
3,00
|
1,32
|
1,3
|
0,17
|
O5
|
2,00
|
2,21
|
1,03
|
0,07
|
O6
|
0,70
|
0,71
|
0,92
|
0,25
|
O7
|
2,00
|
2,76
|
0,92
|
0,28
|
O8
|
|
|
1,31
|
0,89
|
rata-rata
|
2,81
|
2,03
|
1,28
|
0,32
|
A1
|
0,50
|
2,05
|
1,04
|
0,91
|
A2
|
2,00
|
2,87
|
1,71
|
0,26
|
A3
|
1,00
|
2,29
|
1,2
|
0,59
|
A4
|
1,00
|
|
1,38
|
0,44
|
A5
|
0,30
|
0,80
|
1,05
|
0,31
|
A6
|
0,60
|
0,81
|
2,27
|
0,42
|
A7
|
0,4
|
1,03
|
2,02
|
0,45
|
A8
|
|
1,47
|
1,97
|
|
rata-rata
|
0,83
|
1,64
|
1,52
|
0,67
|
Tabel 6. Anova tinggi
tanaman seledri
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hitung
|
F.Tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
136,96
|
45,65
|
59,55 **
|
9,28
|
29,46
|
Perlakuan
|
1
|
29,51
|
29,51
|
38,50 **
|
10,13
|
34,12
|
Galat
|
3
|
2,30
|
0,77
|
|||
Total
|
7
|
168,77
|
KK=
|
0,23
|
Tabel 7. Anova jumlah
daun tanaman seledri
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hitung
|
F.Tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Kelompok
|
3
|
3664,94
|
1221,65
|
17,35 *
|
9,28
|
29,46
|
Perlakuan
|
1
|
5,76
|
5,76
|
0,08 ns
|
10,13
|
34,12
|
Galat
|
3
|
211,21
|
70,40
|
|||
Total
|
7
|
3881,91
|
KK=
|
1,31
|
Tabel 7. Anova berat
basah tanaman seledri
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
kelompok
|
3
|
77,39
|
25,80
|
1,47 ns
|
9,28
|
29,46
|
perlakuan
|
1
|
0,20
|
0,07
|
0,00 ns
|
10,13
|
34,12
|
Galat
|
3
|
52,82
|
17,61
|
|||
Total
|
7
|
130,40
|
KK=
|
23,13 %
|
Tabel 9. Tabel anova
berat kering tanaman seledri
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F.Hit
|
F.Tabel
|
||
0,05
|
0,01
|
||||||
kelompok
|
3
|
2,38
|
0,79
|
1,37
|
ns
|
9,28
|
29,46
|
perlakuan
|
1
|
0,39
|
0,13
|
0,23
|
ns
|
10,13
|
34,12
|
galat
|
3
|
1,74
|
0,58
|
||||
total
|
7
|
4,52
|
KK=
|
0,77
|