Posted by : Faizin Senin, 14 Desember 2015

Budidaya Tanaman Semusim Menggunakan Vertikultur





 








Disusun Oleh :
Ahmad Nurahid Faizin        (201310200311133)
Moh Abid Nafiul Azmi         (201310200311135)









LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015


DAFTAR ISI




DAFTAR TABEL

No                                                        Teks                                              Halaman
1.       Tabel uji banding tanaman seledri dengan vertikultur.......................   10





























DAFTAR LAMPIRAN

No                                                        Teks                                              Halaman
1.       Data Pengamatan Tanaman Seledri....................................................   17
2.       Dokumentasi Pengamatan Tanaman Seledri......................................   22



























BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Seledri (Apium graveolens L.) termasuk salah satu sayuran komersial yang bisa memberikan tambahan pendapatan. Pemanfaatan secara umum sebagai sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan diatas makanan sebagai pelengkap masakan.
Selain itu seledri (terutama buahnya) bisa digunakan sebagai bahan obat atau sebagai “penyejuk perut”. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan (karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual).
Pertambahan jumlah penduduk ini telah melahirkan permasalahan baru yang nantinya lebih kompleks dari keadaan sebelumnya. Seperti halnya peningkatan kebutuhan akan lahan. Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Lahan diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, misalnya dalam hal pertanian, daerah industri, permukiman, transportasi, rekreasi maupun daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. 
Berkaitan dengan hal tersebut, sebenarnya secara tidak langsung manusia akan berpikir untuk memenuhi kebutuhan akan lahan tersebut dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. Sehingga seperti saat ini sudah banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan sebagai lahan nonpertanian. Apabila keadaan ini terus berlanjut dapat berpotensi menciptakan masalah yang sangat serius seperti ancaman ketersediaan bahan pangan.
Berhubungan dengan keadaan tersebut, maka diperlukan suatu cara ataupun tehnologi yang dapat digunakan sebagai solusi permasalahan. Salah satu inovasi yang telah diterapkan yaitu dengan mengaplikasikan vertikultur yang merupakan


teknik bertanam vertikal atau bertingkat. Dalam teknik bertanam ini memungkinkan menanam dengan lahan sempit, sehingga untuk kedepannya vertikultur dapat digunakan sebagai alternatif solusi menanam di lahan sempit
Sistem vertikultur ini sangat cocok digunakan di Indonesia, sebagaimana kita ketahui bahwasannya lahan pertanian di Indonesia sudah semakin sempit karena dialih fungsikan menjadi bangunan-bangunan tetap. Bisa kita lihat bahwa data saat ini menunjukkan luas lahan pertanian di Indonesia sangat kecil yaitu 0,3 sampai 0,4 hektar. (Suhardiyan, 2009).
Perlu adanya suatu upaya untuk mengatasi masalah berkurangnya lahan pertanian di Indonesia agar jumlah hasil produksi pertanian tidak berkurang dan bisa mengalami peningkatan sehingga masyarakat Indonesia tidak mengalami kemiskinan dan kelaparan. Sehingga dipilihlah sistem budidaya tanaman secara vertikultur yang sanga cocok digunakan didaerah yang luas lahannya hanya sedikit.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum budidaya tanaman secara vertikultur adalah secara berikut :
1.      Bagaimana cara menanam secara vertikultur ?
2.      Apakah berpengaruh pemupukan organik dan anorganik terhadap hasil dari tanaman seledri?

1.3 Tujuan

Tujuan pada praktikum buddidaya tanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui budidaya tanaman dengan menggunakan metode vertikultur
2.      Mengetahui pengaruh pemupukan organik dan anorganik terhadap berpengaruh terhadap hasil dari tanaman seledri.





BAB II. TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Vertikultur

Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat (BPTP Sumatera Selatan, 2011). Vertikultur berasal dari kata vertical dan culture, maka vertikultur dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor (Emiati, 2012).
Sistem budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 m mungkin hanya bisa menanam 5 tanaman, dengan sistem vertical bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya kebun vertikal namun ide ini sangat merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas dipekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertical, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya (Lukman, 2011)
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model,bahan,ukuran,wadah vertikultur yang sangat banyak,tinggal di sesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk segi panjang,atau mirip anak tangga,dengan berapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bamboo atau pipa paralon,kaleng bekas,bahkan lebaran karung beraspun bisa,karena salah satu filosofinya dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. (Lukman, 2011)
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepemilikan nilai ekonomis yang tinggi, berumur pendek dan berakar pendek. Tanaman yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain, selada, kangkung, bayam, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, pace, kacang, panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikulur ini perlu dipertimbangan aspek ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas. (Lukman, 2011).


Perlu diketahuai bahwa terdapat beberapa jenis vertikultur. Masing-masing memeliki karekteristik yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis vertical, biasanya kita temui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbenntuk kolom yang tegak berdiri dilahan. Jenis yang kedua adalah jenis horizontal, yang umumnya kita temui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat. Selain itu ada pula jenis vertikul yang bergatung. Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau wadah yang dikat oleh tali atau kawat dan digantung pada atao (Avicenna, 2011)
Untuk memulai budidaya tanaman vertikultur sebenarnya tidak terlalu repot dengan menghabiskan peralatan dan menghabiskan biaya yang begitu besar., karena hal yang terpenting adalah wadah yang dipakai dapat menyediakan ruang yang baik bagi tanaman. Namun kita terkadang menginginkan hasil yang tidak hanya berupa panen, tetapi juga keindahan tanaman yang ditanam secara vertikultur dan setruktur bangunan tanaman tahan lama. Untuk alas an-alasan itu maka terdapat beberapa pilihan bahan yang nantinya bisa dipilh, seperti paralon, bambu, talang, pot, dll. Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung pada bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah, serta besar-kecilnya tergantung pada lahan yang kita miliki (Banfad, 2008)

2.2 Tanaman Seledri

Seledri (Apium graveolens L) termasuk dalam famili Umbelliferae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat. apiin (apigenin 7-apiosilglukosida) adalah glukosa penghasil aroma daun seledri dan umbi celeriac. Tanaman seledri dapat dibagi menjadi seledri tangkai, seledri umbi dan seledri daun. (Suhardiyan, 2009).
Seledri (Apium graveolens L) adalah tanaman sayuran berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika, Seledri dapat tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada ketinggian tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C.  Tanaman seledri juga dapat dikembangkan pada daerah tropis seperti di Indonesia. Sebagai tanaman subtropis seledri membutuhkan sinar matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Haryoto, 2009)
Persyaratan tanah yang ideal untuk tanaman seledri (Apium graveolens L.)  adalah harus subur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara (aerasi), dan tata air (drainase) tanah baik, serta reaksi tanah (pH) antara 5,5-6,5 atau optimum pada pH 6,0-6,8. Tanaman seledri sangat menyukai tanah-tanah yang menyukai garam natrium, kalsium, fosfor, dan boron. (Anonim, 2011)

2.3 Budidaya Tanaman Seledri

       Seledri adalah salah satu jenis tanaman yang cukup populer di Indonesia. Daun seledri biasa digunakan sebagai bumbu masakan atau hiasan (garnish) pada hidangan makanan seperti sop atau tumisan. Seledri dapat ditemukan dengan mudah di pasar-pasar tradisional. Meskipun permintaan akan seledri tidak setinggi permintaan akan bumbu lain seperti cabai atau bawang, seledri tetap memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang yang mulai belajar mengenai cara budidaya tanaman seledri ini.
Menurut Rahmat (2013) dalam budidaya tanaman seledri ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu :
a.    Persemaian
Benih disemai pada bedengan di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan jarak antar alur 10-20 cm, sebelum disemai, benih direndam dalam larutan Previcur N dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2 jam, kemudian dikeringkan. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan bedengan sampai lembab. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan alang-alang atau jerami dan ditinggikan tutup tersebut apabila kecambah telah tumbuh. Setelah bibit tumbuh dapat juga dipindahkan kedalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama.
b.    Penanaman
Setelah + 40 hari atau telah berdaun 3-4 helai cabut bibit seledri yang sehat dengan akarnya. Potong sebagian akar, selanjutnya akar direndam kedalam larutan pestisida Benlate atau Derosol pada konsentrasi 50% sekitar 15 menit. Pindahkan bibit pada bedengan yang telah dipersiapkan, satu bibit per lobang tanam, dengan jarak tanam: 25 x 30 cm; 20 x 20 cm atau 15 x 20 cm (tergantung varietas) dan padatkan tanah disekitar batang. Siram bedengan sampai lembab.
c.    Pemeliharaan Tanaman
Jika ada tanaman yang mati lakukan penyulaman 7-15 hari setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan berikutnya disesuaikan dengan keadaan gulma. Di awal masa pertumbuhan, penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, berikutnya dikurangi menjadi 2-3 kali seminggu tergantung cuaca. Tanah tidak boleh kekeringan atau tergenang air (becek).
d.    Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, yaitu pupuk organik dengan dosis 4 kg/m2, diaduk dengan tanah permukaan bedengan. Pada umur 2 minggu setelah tanam berikan pupuk N 300 kg, P2O5 75 kg dan K2O 250 kg/ha secara larikan dibarisan tanaman. Pupuk susulan berikutnya larutkan 2-3 kg pupuk NPK ke dalam 200 liter air dan berikan secara kocor diantara barisan tanaman, hal ini dapat dilakukan selama tanaman masih produktif dengan interval 7 hari satu kali pemberian. Dapat juga diberikan pupuk cair dengan dosis 0,3 ml/m2 yang dimulai pada umur 3 minggu setelah tanam dengan interval 10 hari satu kali.
e.    Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama utama seperti: ulat tanah, keong, kutu daun tungau. Hama dapat dihilangkan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan. Penyakit yang sering menyerang tanaman bercak cercospora, bercak septoria, virus aster yellow. Pengendalian dilakukan mulai dari pesemaian hingga panen. Jika terpaksa harus menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
f.     Panen dan Pasca Panen
Seledri dapat dipanen setelah berumur 40 sampai dengan 150 hari setelah tanam (tergantung varietas). Saledri daun dipanen 4-8 hari sekali. Seledri potong dipanen dengan memotong tanaman pada pangkal batang secara periodik sampai pertumbuhan anakan berkurang. Seledri umbi dipanen dengan memetik daun-daunnya dan dilakukan secara periodik sampai tanaman kurang produktif. Hasil panen diseleksi dengan cara membuang tangkai daun yang cacat atau terserang hama. Untuk membersihkan dari kotoran/tanah dan residu pestisida, seledri dicuci dengan air mengalir atau disemprot kemudian tiriskan di rak-rak. Sortasi perlu dilakukan terutama jika seledri akan dipasarkan di swalayan atau untuk eksport. Sortasi dilakukan berdasarkan ukuran dan jenis yang seragam dan sesuai dengan permintaan pasar. Seledri diikat dengan ikatan plastik pada berat tertentu yang disesuaikan dengan permintaan pasar.

2.4 Syarat Tumbuh

Seledri merupakan tanaman yang sangat tergantung pada lingkungan. Untuk dapat memperoleh kualitas dan hasil yang tinggi, seledri membutuhkan temperatur berkisar antara 16-21 0C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan seledri adalah tanah yang mampu menahan air, berdrainase baik dan pH tanah berkisar antara 5,8-6,7. Karena memiliki sistem perakaran dangkal, seledri menghendaki air yang selalu tersedia. Irigasi tetes merupakan cara penggunaan air yang efisien dan hemat, serta dapat meningkatkan efisiensi nitrogen. (Suhardiyanto, 2009)
Selain itu menurut BPTP Jambi (2009) menyebutkan bahwasannya tanaman seledri dapat tumbuh optimal jika ditanam pada dataran tinggi yaitu sekita 1000-1200 M dpl, namun tanaman seledri juga dapat ditanam pada dataran rendah, tapi harus memberi naungan berupa atap alang-alang atau jerami, yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari dan menjaga kelembapan. seledri kurang tahan hujan oleh karena itu curah hujan optimum berkisar antara 60-100 mm/bulan. tanaman seledri dapat tumbuh optimal jika ditanam pada dataran tinggi yaitu sekita 1000-1200 M dpl, namun tanaman seledri juga dapat ditanam pada dataran rendah, tapi harus memberi naungan berupa atap alang-alang atau jerami, yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari dan menjaga kelembapan. seledri kurang tahan hujan oleh karena itu curah hujan optimum berkisar antara 60-100 mm/bulan.
Agromumpung (2014) menambahkan Untuk dapat tumbuh dengan baik, suhu udara yang ideal adalah 15 0C - 24 0C, kelembaban berkisar antara 80-90%, Curah hujan berkisar antara 60-100 mm/bulan, dan lahan harus mendapat penyinaran matahari yang cukup. Lahan yang ideal untuk tanaman seledri adalah tanah yang gembur, subur, mengandung bahan organik, serta tata udara dan air yang baik.

2.5 Pupuk Organik

Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Bahan dasar yang biasa digunakan seperti jerami, sekam, rumput rumputan, sampah kota atau limbah pabrik (Musnamar, 2003). Dilihat dari bentuknya, ada dua macam pupuk organik yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat berbentuk padat yang mengaplikasikannya melalui akar dan pupuk cair berbentuk cairan yang pengaplikasiannya melalui daun (Andoko, 2002).
Proses pengomposan adalah suatu proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh aktifitas mikroorganisme sehinggga dihasilkan energi dan sebagai pembangun sel sel tumbuh. Sumber energi diperoleh dari unsur N pada bahan organik mentah (Musnamar, 2003).
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk organik (pupuk  kandang)  mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan kalium bersal dari kotoran cair (Santoso, 2002). Pupuk organik padat (konvensional) yang biasa dipakai petani adalah pupuk organik dari kompos atau pupuk kandang yang terdekomposisi secara alami berbentuk serbuk kasar atau gumpalan. Pupuk organik padat tersebut masih tercampur dengan bahan-bahan lain seperti sekam, jerami, serbuk gergaji, dan lain-lain dengan bau yang masih menyengat dan dalam kondisi relatif basah.
Dengan demikian, pupuk tersebut terkesan kotor. Bentuk pupuk organik padat saat ini semakin beragam disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Saat ini bentuk pupuk organik padat yang ditawarkan antara lain serbuk, butiran, pelet, dan tablet. Pupuk organik bentuk butiran, pelet, dan tablet merupakan bentuk pupuk organik konsentrat yang dibentuk dengan mesin pencetak bertekanan tinggi (Musnamar, 2005).

2.6 Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Fungsi utama  pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anor-ganik. Beberapamanfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan haradalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K. Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N-organik. Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila lingkungan baik ammonium dioksidakan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi 1983).


BAB III. METODE KERJA

3.1 Tempat dan Waktu

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum budidaya tanaman semusin  ini adalah Talang plastik, botol air mineral, karung, cangkul, gembor, dan spidol.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit tanaman semusim seledri, tanah, pupuk kandang, pupuk POC  dan Npk (urea, TSP, dank  KCL).

3.3 Langkah Kerja

1.      Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
2.      Menyiapkan rak vertikultur dan susun talang
3.      Memberi media tanam:
a) Anorganik               Tanah : Pupuk kandang 2 : 1
b) Organik                   Tanah : Pupuk kandang 2 : 1
4.      Memberi pupuk dasar berupa
a) Anorganik   N 100 kg/
 (1/3 dosis),P 100 kg/ (1/3 dosis), K 100 kg/ (1/3 dosis).
b) POC (Pupuk Organik Cair)
5.      Memasukan semua bahan yang telah dicampur kedalam talang palstik.
6.      Meletakkan di rak media tanam vertikultura.
7.      Menyiram bahan tanam dengan dengan pupuk cair.
8.      Memenanam tanaman seledri di media tanam.
9.      Menyiram dengan pupuk NPK dan POC yang telah dicampur dengan air.
10.  Melakukan pemupukan lanjutan di hari ke 4 dan 7 HST pada media anorganik.



BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Tabel uji banding tanaman seledri dengan vertikultur
Perlakuan
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Berat Basah
Berat Kering
Organik
17,04 a
49 a
22,13 a
1,61 a
Anorganik
13,20 a
33 a
14,15 a
1,16 a
Keterangan : angka-angka yang diikuti dengan huruf-huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ 5%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwasannya perlakuan organik memiliki hasil lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan an-organik, yaitu dengan perbandingan tinggi tanaman organik 17,04 dan tinggi tanaman an-organik 13,20, jumlah daun organik 49,46 dan jumlah daun an-organik 32,39, berat basah organik 22,13 dan berat basah an-organik 14,15, serta berat kering organik1,61, berat kering an-organik 1,16.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum yang kami lakukan adalah menanam dengan menggunakan vetikultur. Adapun tanaman yang digunakan adalah tanman semusim berupa tanaman seledri. Dari praktikum yang sudah dilakukan bawasannya perlakuan organik maupun an-organik tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, berat basah dan berat kering. Namun, meski demikian kedua perlakuan tersebut masih berpengaruh terhadap tinggi tanaman seledri, hal itu bisa kita lihat pada tabel anova diatas.
Tetapi hal tersebut sangat berseberangan dengan teori yang kemukakan oleh yusuf (2010) yang menyebutkan bahwasannya pupuk organik dapat mengembalikan sifat fisik tanah yaitu merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah dan terhadap sifat kimia tanah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempegaruhi serapan hara oleh tanaman serta terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Selain itu manfaat lain juga dipaparkan oleh yusuf (2013) yaitu dapat meningkatkan permeabilitas membrane sehingga mempermudah pengangkutan nutrien melalui membran.
Hal itu terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengamatan yang sudah dilakukan, faktor tesebut diantaranya adalah tinggi tanaman yang tidak seragam, umur tanaman yang tidak seragam, penyiraman yang tidak teratur sehingga menyebabkan kurangnya efektifnya pupuk yang diberikan pada dua perlakuan yang digunakan untuk praktikum.




BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

       Kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum budidaya tanaman semusim menggunakan metode vertikultur ini adalah sebagai berikut :
1.      Cara budidaya tanaman semusim dengan sistem vertikultur adalah dengan cara bertingkat atau vertikal dan tidak menggukan lahan yang luas untuk mengaolikasikannya
2.      Vertikultur adalah sebuah alternatif atau solusi yang cocok untuk masyarakat perkotaan yang pada umumnya tidak memiliki lahan yang luas
3.      Pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap hasil dari budidaya tanaman seledri, namun penggunaan pupuk organik lebih bagus hasilnya di banding anorganik.

5.2 Saran

Dalam melaksanakan praktikum dan pengamatan hendaknya lebih serius dan memperhatikan petunjuk/arahan dari asisten agar meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dan praktikan diharapkan mampu mengaplikasikan hasil dari praktikum ini agar dapat mengolah limbah pertanian menjadi sesuatu yang lebih berguna. Selain itu hendaknya praktikan membaca dahulu materi praktikum sebelum melaksanakan praktikum agar pada saat praktikum tidak terlalu banyak tanya tentang proses praktikumnya.












DAFTAR PUSTAKA

Agromumpung. 2014. Cara Menanam Seledri Yang Baik dan Benar. (online) http://agromumpung.blogspot.com. Diakses Pada 14 Mei 2015
Andoko, A ., 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Cetakan-I. Penebar Swadaya, Jakarta. BALITPANG, 1989. Padi. Edisi ke-2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Anonim, I. dkk. 2013. Taman Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.
Avicenna. 2011. Mengenal Vertikultur. (online) http:// thegreenstall.blogspot.com. Diakses Pada 15 Mei 2015
Badan Pusat Statistik Nasional. 2014. Pengunaa Lahan.(online) http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php. Diakses 15 Mei 2015
Bangfad. 2008. Budidaya Secara Vertikultur. (online) http:// cerianet-agricultur.blogspot.com. Diakses pada 15 Mei 2015
BPTP Jambi. 2009. Teknologi Budidaya Seledri Dataran Rendah. badan penelitian dan pengembangan pertanian jambi. departemen pertanian
Emiati, Essy. 2012. Vertikultur Pertanian Masa Depan. (Online) https://essymia.wordpress.com. Diakses pada 15 Mei 2015
Haryoto. 2009. Bertanam Seledri secara Hidroponik. Kanius, Yogyakarta.
Leiwakabessy, F.M dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan (Diktat Kuliah). Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Lukman, Liferdi. 2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Jakarta, Penebar Swadaya.
Musnamar, E. I., 2005. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi. Jakarta, Penebar Swadaya.
Prima tani. 2011. petunjuk teknis budidaya seledri.balai penelitian tanaman sayuran. pusat penelitian dan pengembangan hortikultura. badan penelitian dan pengembangan pertanian.
Rahmat Rukmana, Ir. 2013. Bertanam Seledri. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sastro,Yudi & Indarti Puji Lestari.2011.Vertikultur andalan pertanian di perkotaan.BPTP Sumatera Selatan Edisi Khusus Penas XIII.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Bogor, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sugianto, yusuf. 2010. Manfaat Pupuk Pada Tanaman. (online) http://yusufsugianto.blogspot.com. Diakses pada 24 Mei 2015
Sugianto, yusuf. 2013. Manfaat Pupuk Pada Tanaman. (online) http://yusufsugianto88.blogspot.com. Diakses pada 24 Mei 2015
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Vertikultur untuk Budidaya Tanaman. Departemen Teknik Pertanian. Bogor, Institut Pertanian Bogor.











LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Seledri Tiap Minggu
Tabel 2. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Seledri
Perlakuan
Kelompok I (HST)
Kelompok II (HST)
Kelompok III (HST)
Kelompok IV (HST)
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
O1
3
4
6
6
7,5
13,6
19,9
22,4
29,8
11
14,7
19
20
21
11
15
18
O2
7,5
10,5
7,7
8
18,4
20,6
25
9
10,5
12,5
18,3
25
8
8
12
O3
12
12
9
12,8
11,1
13,2
12
10,5
14,8
18,7
23
26
9
11
14,5
O4
5
5,5
11,2
14
11
15,2
19,8
9
12
14,5
18
23
7
7
12
O5
4
5
12,8
16,5
19
22,1
24,9
9,5
11,4
13,4
17,5
21
8,7
12,3
15
O6
8
9,5
5,8
7,5
13,3
14,8
14,4
10,2
12
15
19
23
6,5
8,5
17
O7
9
11,5
8,5
12
16,5
19,8
25,4
11,5
13,3
16,5
19,6
23
8,7
12,8
15
O8
10,4
12,2
14
16,3
19
15,5
15
15
rata-rata o
7,36
8,57
8,93
12,06
15,6
18,3
21,61
10,14
12,61
15,45
18,96
22,63
9,3
11,2
14,81
A1
15
16
9
12
17,5
21,6
23,5
10,5
13,6
15,5
16,3
18
5,5
9
11
A2
16
16
8
9
14,7
19,8
20,2
11
14,2
16
18
21
7
7,8
10
A3
9
10
8,9
9
14,9
17,5
18,5
9,5
11
12,5
16,4
20
8,5
8,5
10
A4
9
10
6,5
8,8
8,9
0
0
11,5
11,8
12,5
15
17,5
9
10
11,5
A5
8
9
1,5
2,5
5,8
7,1
12,3
10,5
11
12
14,2
17
4,5
4,5
6,5
A6
14
15
7,5
8
9,6
10,1
17,5
12,5
15,4
19,5
21,6
24
12
10,3
12
A7
10
11
7,5
8,3
14,2
15,8
23
9,5
15
19,5
22
25
11,3
11,5
12,3
A8
10
13,3
16,5
18,5
21
5,7
7,5
12
rata-rata
11,57
12,43
6,99
8,23
12,23
13,13
16,43
10,63
13,16
15,50
17,75
20,44
7,94
8,64
10,66



Tabel 3. Data Pengamatan Jumlah Daun Seledri
perlakuan
Kelompok I (HST)
Kelompok II (HST)
Kelompok III (HST)
Kelompok IV (HST)
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
7
14
21
28
35
O1


4
5

13
18
25
32
35
32
63
65
69

6
10
23


O2


6
8

18
23
24
55
67
36
60
63
68

5
7
20


O3


16
5

24
27
39
47
64
27
54
61
73

6
15
40


O4


2
8

3
10
9
0
0
40
57
63
74

4
8
17


O5


4
8

3
3
6
9
13
33
51
60
74

5
18
27


O6


4
8

3
5
9
10
18
29
39
45
56

4
14
17


O7


6
6

15
27
50
28
87
30
33
48
62

6
13
19


O8










30
45
53
64

7
19
21


rata-rata o


6
7

11
16
23
26
41
32
50
57
68

5
13
23
0
0
A1


5
6

35
37
50
96
77
23
30
38
47

5
10
18


A2


6
8

16
20
28
52
44
26
39
58
73

8
15
18


A3


2
17

14
18
25
30
12
18
33
47
58

5
11
17


A4


8
4

14
24
23
38
49
19
33
43
51

5
11
19


A5


8
5

8
8
15
12
17
27
39
45
55

3
4
6


A6


8
4

10
12
22
30
36
27
39
46
63

5
15
13


A7


3
7

20
30
20
55
52
32
39
75
86

6
13
22


A8










26
39
46
58

3
12
20


rata-rata


6
7

17
21
26
45
41
25
36
50
61

5
11
17
0
0



Tabel 4. Data Pengamatan berat basah tanaman seledri
perlakuan
kelompok I
kelompok II
kelompok III
kelompok IV
O1
23
12,24
10
40
O2
27
16,00
14,8
20
O3
15,5
17,17
12,4
15
O4
15
-
10,5
20
O5
11
4,96
8
10
O6
8
4,73
7
10
O7
12,5
6,92
6
15
O8


8,3
25
rata-rata
16
10,34
9,63
19,38
A1
5,5
41,03
53
15
A2
14
10,03
10,6
20
A3
11
1,09
7,2
20
A4
10,5
7,78
10
20
A5
4,5
4,78
5,8
10
A6
6
15,64
13,3
30
A7
5
19,08
13,4
30
A8


6,2
10
rata-rata
8,07
14,20
14,94
19,38

Tabel 5. Data pengamatan berat kering tanaman seledri
perlakuan
kelompok I
kelompok II
kelompok III
kelompok IV
O1
3,00
5,66
1,3
0,35
O2
5,00
1,34
1,93
0,34
O3
4,00
0,19
1,49
0,19
O4
3,00
1,32
1,3
0,17
O5
2,00
2,21
1,03
0,07
O6
0,70
0,71
0,92
0,25
O7
2,00
2,76
0,92
0,28
O8


1,31
0,89
rata-rata
2,81
2,03
1,28
0,32
A1
0,50
2,05
1,04
0,91
A2
2,00
2,87
1,71
0,26
A3
1,00
2,29
1,2
0,59
A4
1,00

1,38
0,44
A5
0,30
0,80
1,05
0,31
A6
0,60
0,81
2,27
0,42
A7
0,4
1,03
2,02
0,45
A8

1,47
1,97
rata-rata
0,83
1,64
1,52
0,67
Tabel 6. Anova tinggi tanaman seledri
SK
dB
JK
KT
F.Hitung
F.Tabel
0,05
0,01
Kelompok
3
136,96
45,65
59,55 **
9,28
29,46
Perlakuan
1
29,51
29,51
38,50 **
10,13
34,12
Galat
3
2,30
0,77
Total
7
168,77
KK=
0,23

Tabel 7. Anova jumlah daun tanaman seledri
SK
dB
JK
KT
F.Hitung
F.Tabel
0,05
0,01
Kelompok
3
3664,94
1221,65
17,35 *
9,28
29,46
Perlakuan
1
5,76
5,76
0,08 ns
10,13
34,12
Galat
3
211,21
70,40
Total
7
3881,91
KK=
1,31

Tabel 7. Anova berat basah tanaman seledri
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tabel
0,05
0,01
kelompok
3
77,39
25,80
1,47 ns
9,28
29,46
perlakuan
1
0,20
0,07
0,00 ns
10,13
34,12
Galat
3
52,82
17,61
Total
7
130,40
KK=
23,13 %

Tabel 9. Tabel anova berat kering tanaman seledri
SK
dB
JK
KT
F.Hit
F.Tabel
0,05
0,01
kelompok
3
2,38
0,79
1,37
ns
9,28
29,46
perlakuan
1
0,39
0,13
0,23
ns
10,13
34,12
galat
3
1,74
0,58
total
7
4,52
KK=
0,77

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Faiez Blog's - Powered by Pena Media - Designed by Akhiefaiez -