Posted by : Faizin Senin, 14 Desember 2015

Aklimatisasi Anggrek





 






Disusun oleh:
Ahmad Nur Ahid Faizin    201310200311133










2015

DAFTAR ISI





DAFTAR TABEL


No.                                                         Teks                                                           Hal.
1.        Hasil uji banding dengan parameter panjang tanaman selama 6 minggu...... 9
2.        Hasil uji banding dengan parameter jumlah daun selama 6 minggu.............. 9
3.        Rata-rata persentase tanaman hidup selama 6 minggu................................... 9

4.         

DAFTAR LAMPIRAN

 

No.                                                         Teks                                                           Hal.
1.        Data Rerata Pengamatan dan Analisis Ragam............................................. 16
2.        Dokumentasi Praktikum............................................................................... 22



BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik.  .
Seringkali tanaman yang berada dalam tahap aklimatisasi sebagian besar tidak tumbuh. Hal ini dikarenakan tanaman hasil kultur relative lebih rentan terhadap lingkungan yang suhunya tidak tetap, selain itu faktor keeterampilan atau skill dari sumber daya manusia menjadi salah satu penentu keberhasilan tahap ini. Disamping itu, kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik (Koeswianti, 2013).
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan praktikum aklimatisasi bibit anggrek. Diharapkan praktikum ini dapat memberikan pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mengenai cara melakukan aklimatisasi yang baik dengan membandingkan hasil pertumbuhan bibit pada media tanam yang berbeda.

1.2    Rumusan Masalah

1)      Media apakah yang paling baik digunakan dalam proses aklimatisasi bibit anggrek?
2)      Apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan bibit anggrek selama masa aklimatisasi?

1.3    Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan praktikum yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1.      Mengetahui jenis media yang baik digunakan dalam proses aklimatisasi bibit angrek
2.      Memahami hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan bibit anggrek selama masa aklimatisasi


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Aklimatisasi

Tahap aklimatisasi penting dilakukan mengingat tujuan kita mengkulturkan bagian tanaman adalah semata-mata untuk mengembangbiakkan tanaman agar diperoleh anakan baru agar nantinya dapat berproduksi. Tanaman yang tidak diaklimatisasi nantinya akan mengalami kekurangan nutrisi karena kandungan hara dalam media lama kelamaan akan habis mengingat jumlahnya juga terbatas (Santoso dan Nursandi, 2003).

2.2    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aklimatisasi Anggrek

Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi yang kurang baik dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat bibit dikeluarkan dari kondisi steril ke semisteril antara lain sebagai berikut:

1)    Lingkungan sekitar tempat penanaman harus dijaga, kelembapan harus tinggi (±85%), suhu relatif rendah (27-29oC).
2)    Naungan diperlukan agar intensitas cahaya matahari dan butiran-butiran air hujan yang deras berkurang.
3)    Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan perakaran yang baik.
4)    Saat dikeluarkan dari dalam botol kultur ke media semisteril, bibit harus dalam keadaan bersih dari media agar, terutama akarnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian bibit saat penanganan aklimatisasi antara lain sebagai berikut:
1)    Terjadinya proses transpirasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman
2)    Bibit belum atau kurang mampu melakukan proses fotosintesis
3)    Terjadinya busuk atau kontaminasi oleh mikroorganisme
(Darmono, 2003).

2.3    Media Aklimatisasi Anggrek

Tanaman anggrek dialam hidup menempel pada tanaman inang yaitu pohon-pohon besar dihutan sebagai epifit. Sedangkan anggrek yang dibudidayakan pada nursery atau sebagai koleksi, dibutuhkan media tanam. Karena tanaman anggrek tersebut ditempatkan pada pot tanam. Media tanam diperlukan sebagai penyerap air, penyimpan cadangan makanan, dan pengikat akar supaya dapat kuat berdiri di pot (Sanda, 2001).
Media tanam untuk tanaman anggrek harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi udara yang baik, mampu mengikat air dan zat hara secara baik, mudah didapatkan, dan harga relatif murah. Penanaman anggrek supaya tumbuh dengan baik dibutuhkan media tanam dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5 – 6. Pemilihan media tanam ini penting dan harus disesuaikan dengan jenis tanaman anggrek yang akan ditanam. Karena setiap jenis tanaman anggrek mempunyai kesesuaian yang berbeda terhadap media tanam. Disamping itu, media tanam juga merupakan sarana agar pertumbuhan dan bunga tanaman anggrek dapat optimal (Sanda, 2001).

2.3.1        Moss

2.3.2        Batang Pakis

2.3.3        Serabut Kelapa

2.3.4        Arang Kayu

Arang kayu biasa dipakai sebagai bahan bakar, untuk membakar sate atau yang lainnya, juga bisa dipakai sebagai media tanam untuk anggrek yang cukup baik. Melihat cara pembuatannya yang dibakar, arang kayu merupakan media tanam yang steril, tidak mudah ditumbuhi oleh jamur dan bakteri. Arang kayu juga tidak mudah lapuk, dan mudah didapatkan. Namun arang kayu sukar mengikat air dan miskin zat hara. Arang kayu dapat digunakan untuk media tanam semua jenis tanaman anggrek. Jenis anggrek yang paling baik ditanam dengan arang kayu antara lain anggrek Dendrobium dan Cattleya (Grinting, 2001).

BAB III. METODE PELAKSANAAN

3.1    Tempat dan Waktu

Praktikum aklimatisasi bibit anggrek dilakukan di Laboratorium Agronomi pada hari kamis tanggal 19 Maret 2015 sampai 30 April 2015.

3.2    Alat dan Bahan

3.2.1   Alat

3.2.2  Bahan

1.        Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.        Memasukkan air secukupnya ke dalam botol berisi bibit anggrek (hasil kultur in vitro)
3.        Mengocok botol secara perlahan supaya media agar larut
4.        Mengeluarkan bibit anggrek menggunakan kawat pengait dengan hati-hati supaya bibit tidak rusak
5.        Menampung semua bibit anggrek berisi fungisida dan merendamnya selama ±10 menit
6.        Merendam kembali bibit anggrek dalam air bersih untuk menghilangkan fungisida lalu meniriskanya sejenak di atas kertas
7.        Memasukkan media tanam dalam pot lalu menata bibit anggrek di atasnya (2 pot tiap jenis media tanam, masing-masing diisi 10 bibit), kode untuk masing-masing media tanam sebagai berikut:
M1 : media Moss Hitam
M2 : media batang pakis
M3 : media serabut kelapa
M4 : media arang kayu

8.        Melakukan perawatan bibit anggrek
9.        Melakukan pengamatan terhadap panjang tanaman, jumlah daun, serta persentase tanaman hidup tiap minggu selama 6 minggu
10.    Membandingkan hasil pertumbuhan anggrek dalam berbagai media tanam yang digunakan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan

4.1.1   Hasil Uji Banding Media Tanam dengan parameterPanjang Tanaman

Tabel 1. Hasil uji banding dengan parameter panjang tanaman selama 6 minggu
Media
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
M1
3,09
a
3,35
a
1,78
ab
1,59
ab
1,63
bc
1,66
cd
M2
3,45
a
4,58
a
1,58
a
1,71
b
1,32
a
0,98
a
M3
2,92
a
3,69
a
2,12
b
1,64
ab
1,65
c
1,68
d
M4
1,86
a
2,40
a
1,42
a
1,45
a
1,47
abc
1,47
bcd
Keterangan   :  Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut BNTα 5%.
Tabel 2. Hasil uji banding dengan parameter jumlah daun selama 6 minggu
Media
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
M1
2,10
a
2,28
c
1,86
ab
1,68
abc
1,70
ab
1,71
a
M2
2,01
a
2,27
bc
1,81
ab
1,81
c
1,35
a
1,02
a
M3
1,91
a
2,11
abc
2,17
b
1,79
bc
1,81
b
1,84
c
M4
1,72
a
1,86
a
1,40
a
1,48
a
1,44
a
1,49
abc
Keterangan   :  Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut BNTα 5%.

4.1.3   Tabel Persentase Tanaman Hidup

Perlakuan
Ulangan
Rerata
I
II
III
IV
M1
100
100
89,59
36,67
81,565
M2
62
78
78,89
27,78
61,677
M3
62,59
77,78
91,34
46,94
69,663
M4
33,71
95,3
63
32,94
56,235

4.2    Pembahasan      

Praktikum aklimatisasi bibit anggrek dilakukan dengan menggunakan empat jenis bahan media tanam yang berbeda untuk mengetahui adanya pengaruh dari penggunaan media tanam yang berbeda tersebut terhadap panjang tanaman, jumlah daun, dan persentase tanaman hidup di tiap percobaan media. Hasil pengamatan praktikum aklimatisasi bibit anggrek selama 6 MST menunjukkan bahwa media tanam yang berbeda memberikan pengaruh secara nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini ditunjukkan oleh tabel

anova yang menghasilkan ** pada F hitung perlakuan di tiap minggunya baik pada anova panjang tanaman maupun jumlah daun.Data yang diperoleh tersebut ternyata masih memiliki kelemahan karena sebaran data sampel yang digunakan tidak normal, terlihat dari nilai KK di beberapa tabel anova (lihat lampiran) yang lebih dari 20% meskipun data telah ditransformasi, di antaraya yaitu 66% pada anova panjang tanaman minggu pertama, 74% pada anova panjang tanaman minggu kedua, dan 31% pada anova jumlah daun di minggu keenam. Hal ini mungkin disebabkan tidak seragamnya bibit anggrek yang digunakan.
Sedangkan pada tabel hasil uji banding dapat dilihat bahwa masing-masing media tanam memiliki perbedaan pengaruh yang tidak terlalu nyata antara satu sama lain. Hampir semua jenis media tanam belum menunjukkan pengaruhnya di minggu pertama. Pada minggu-minggu berikutnya hingga minggu keenam, media tanam yang dianggap memiliki pengaruh yang paling berbeda yaitu media sabut kelapa. Hasil uji banding Beda Nyata Terkecil (BNT) hingga α 5% menunjukkan perbedaan pengaruh yang ditunjukkan oleh media sabut kelapa di minggu ketiga, kelima, dan keenam pada tabel uji banding media tanam terhadap panjang tanaman (tabel 1) serta di minggu kedua, ketiga, kelima, dan keenam pada tabel uji banding media tanam terhadap jumlah daun (tabel 2).
       Tabel persentase tanaman hidup (tabel 3) menyatakan rerata dari jumlah bibit anggrek yang tetap hidup hingga minggu keenam pada masing-masing media tanam yang merupakan rerata dari tiap ulangan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa media tanam moss memiliki persentase tanaman hidup terbanyak diikuti oleh media sabut kelapa, batang pakis, dan media arang kayu sebagai media yang memiliki persentase tanaman hidup yang paling sedikit.
       Perbedaan pertumbuhan tanaman pada masing-masing media tanam sebagaimana diperoleh di atas dipengaruhi oleh faktor dalam (intern) maupun faktor luar (ekstern). Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan plantlet salah satunya yaitu kondisi plantlet itu sendiri yang masih sangat rentan. Menurut Limarni et al. (2008) Tanaman hasil kutur in vitro memiliki stomata yang lebih terbuka dan respon stomata yang lebih lambat terhadap kehilangan air serta lapisan lilin kutikula yang kurang berkembang. Lapisan kutikula yang tipis mengakibatkan tanaman akan kehilangan air dalam jumlah cukup besar melalui evaporasi kutikula pada saat tanaman dipindahkan pada kondisi in vivo. Stomata tidak berfungsi dengan sempurna sehingga menyebabkan terjadinya cekaman air. Defisit air dapat mempengaruhi laju fotosintesis, pada keadaan laju transpirasi yang tinggi, daun akan mengalami layu sementara dan stomata menutup. Dalam keadaan tersebut penyerapan CO2 ke dalam daun akan menurun dan laju fotosintesis menurun (Zulkarnain, 2009).
       Faktor dalam lainya yaitu sifat dari masing-masing bahan media tanam itu sendiri. Menurut Gunawan (2007), serabut kelapa merupakan media yang mampu mengikat air dan banyak mengandung unsur kalium yang dapat mempengaruhi sistem enzim pada proses fotosintesis dan translokasi karbohidrat serta mengatur membuka dan menutupnya stomata sehingga dapat mendukung pertumbuhan bibit anggrek lebih baik dari yang media lainya. Pemeliharaan yang kurang diperhatikan oleh praktikan dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada bibit anggrek, namun persentase tanaman hidup pada media moss tetap tinggi karena media moss memiliki daya simpan air yang tinggi sehingga mampu mencegah bibit mengalami kecaman kekeringan (Suradinata et al., 2012). Berbeda dengan media arang kayu yang memiliki kemampuan mengikat air lebih rendah dibandingkan ketiga jenis media lainya sehingga hara yang terkandung tidak dapat terserap oleh akar tanaman, dan akar tanaman sulit untuk menempel pada media karena ukuran potongan yang besar. Arang kayu dengan potongan yang besar - besar akan dengan mudah meloloskan air. Sedangkan bila arang diremahkan menjadi potongan yang lebih kecil - kecil maka air akan lebih lama tersimpan di dalam media. Hal itulah yang mungkin menyebabkan persentase tanaman hidup pada arang kayu paling sedikit dibandingkan media tanam yang lain. Sedangkan pakis merupakan media yang remah dan memiliki aerasi dan drainase yang baik sehingga mampu menjaga keadaan tanaman dengan baik pula karena strukturnya yang tidak terlalu besar dan mudah ditembus oleh akar (Grinting, 2001).
       Faktor luar yang juga mempengaruhi pertumbuhan anggrek di antaranya intensitas cahaya, air, dan adanya patogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa apabila cahaya yang diberikan pada tanaman dalam jumlah yang optimum maka akan menyebabkan terbukanya stomata dan ini memungkinkan unsur hara bagi tanaman terpenuhi. Diketahui bahwa intensitas cahaya yang diperlukan untuk aklimatisasi berkisar antara 40 – 50%, oleh sebab itulah aklimatisasi dilakukan di dalam greenhouse. Akan tetapi, pemeliharaan bibit yang dilakukan oleh praktikan dirasa agak kurang dalam hal penyiraman dan perawatan bibit yang terserang penyakit sehingga tingginya angka kematian bibit tidak dapat dicegah sebelumnya.

BAB V. PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini antara lain:
1.      Media yang paling baik dilihat dari parameter tinggi tanaman dan jumlah adalah serabut kelapa dengan nilai uji banding paling tinggi, sedangkan media yang paling baik dilihat dari tingginya persentase tanaman hidup adalah media moss.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aklimatisasi terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi kondisi plantlet itu sendiri dan sifat dari media tanam sedangkan faktro luar meliputi intensitas cahaya, air, dan adanya patogen.

5.2  Saran

Pelaksanaan praktikum hendaknya dilakukan dengan lebih teliti oleh para praktikan sehingga kondisi bibit anggrek dapat lebih terjaga hingga data yang diperoleh bisa lebih valid dan hasil yang didapat juga lebih optimal lagi, sebab aklimatisasi memerlukan perawatan yang lebih mendalam karena plantlet masih sangat rentan.










DAFTAR PUSTAKA

Darmono, W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar Swadaya.Jakarta.
Gunardi, T. 1985.Anggrek untuk Pemula. Penerbit Angkasa.Bandung.
Gunawan, L. W. 2007. Budidaya Anggrek. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ginting, B., W. Prasetio, dan T. Sutater. 2001. Pengaruh Pemberian Media, dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Anggrek. Balai penelitian Tanaman Hias. Jakarta.
Koeswianti, T. 2013. Biologi Kultur Jaringan, Bahan Ajar Kuliah Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Limarni, L., N. Akhir., I. Suliansyah., dan A. Riyadi. 2008. Laporan Penelitian “Pertumbuhan Bibit Anggrek (Dendrobium sp.) dalam Kompot Pada Beberapa Jenis Median dan Konsentrasi Vitamin B1”. Jurnal Penelitian Jerami 1: 87-89.
Sanda, E. 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agro Media Pestaka. Jakarta.
Santoso, U., dan Fatimah Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiya Malang Press.Malang.
Suradinata, Y. R., A. Nuraini., dan A. Setiadi. 2012. Pengaruh Kombinasi Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek Dendrodium sp. pada Tahap Aklimatisasi. J. Agrivigor 11(2):104-116. Bandung
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Bumi Aksara. Jakarta.



LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Rerata Pengamatan dan Analisis Ragam

Tabel 1. Rerata Panjang Tanaman Minggu Pertama
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
2,14
3,44
1,28
5,5
12,36
3,09
M2
2,12
0,56
1,78
9,35
13,81
3,45
M3
2,6
2,88
1,46
4,75
11,69
2,92
M4
2,08
2,16
1,77
1,425
7,435
1,86
Total
8,94
9,04
6,29
21,025
45,295


Tabel 2. Rerata  Panjang Tanaman Minggu Kedua
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
2,14
3,72
1,77
5,78
13,41
3,35
M2
2,86
1,36
2,36
11,75
18,33
4,58
M3
2,6
3,84
1,77
6,55
14,76
3,69
M4
2,49
2,6
2,02
2,48
9,59
2,40
Total
10,09
11,52
7,92
26,56
56,09


Tabel 3. Rerata  Panjang Tanaman Minggu Ketiga
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
2,2
4,14
2,5
2,04
10,88
2,72
M2
4,04
2,48
2,6
0
9,12
2,28
M3
2,64
4,24
2,64
7,05
16,57
4,14
M4
1,44
3,3
2,19
0
6,93
1,73
Total
10,32
14,16
9,93
9,09
43,5


Tabel 4. Rerata Panjang Tanaman Minggu Keempat
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
2,22
4,34
2,82
0
9,38
2,35
M2
5,06
3,6
2,61
0
11,27
2,82
M3
2,74
4,48
2,8175
0
10,0375
2,51
M4
1,5
3,46
2,3
0
7,26
1,82
Total
11,52
15,88
10,5475
0
37,9475




Tabel 5. Rerata Panjang Tanaman Minggu Kelima
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
2,24
4,66
3,09
0
9,99
2,50
M2
0
3,84
2,61
0
6,45
1,61
M3
2,74
4,7
2,84
0
10,28
2,57
M4
1,62
3,88
2,19
0
7,69
1,92
Total
6,6
17,08
10,73
0
34,41


Tabel 6. Rerata Panjang Tanaman Minggu Keenam
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
2,28
4,8
3,35
0
10,43
2,61
M2
0
0
2,72
0
2,72
0,68
M3
2,76
4,98
3,01
0
10,75
2,69
M4
1,68
4,3
1,71
0
7,69
1,92
Total
6,72
14,08
10,79
0
31,59


Tabel 7. Anova Panjang Tanaman Minggu Pertama
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
32,59
10,86
3,14
**
3,86
6,99
Perlakuan
3
5,63
1,88
0,54
**
3,86
6,99
Galat
9
31,16
3,46
Total
15
69,38
KK =
66%




Tabel 8. Anova Panjang Tanaman Minggu Kedua
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
32,59
10,86
1,62
*
3,86
6,99
Perlakuan
3
9,78
3,26
0,49
**
3,86
6,99
Galat
9
60,35
6,71
Total
15
102,72
KK =
74%




Tabel 9. Anova Panjang Tanaman Minggu Ketiga
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
0,63
0,21
0,88
**
3,86
6,99
Perlakuan
3
1,08
0,36
1,50
**
3,86
6,99
Galat
9
2,16
0,24
Total
15
3,87
KK =
28%






Tabel 10. Anova  Panjang Tanaman Minggu Keempat
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
4,52
1,51
6,28
**
3,86
6,99
Perlakuan
3
0,15
0,05
0,21
**
3,86
6,99
Galat
9
0,39
0,04
Total
15
5,06
KK =
13%




Tabel 11. Anova  Panjang Tanaman Minggu Kelima
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
4,72
1,57
29,46
ns
3,86
6,99
Perlakuan
3
0,30
0,10
1,86
**
3,86
6,99
Galat
9
0,48
0,05
Total
15
5,50
KK =
15%




Tabel 12. Anova Panjang Tanaman Minggu Keenam
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
3,40
1,13
7,13
ns
3,86
6,99
Perlakuan
3
1,28
0,43
2,68
**
3,86
6,99
Galat
9
1,43
0,16
Total
15
6,12
KK =
28%




Tabel 13. Rerata Jumlah Daun Minggu Pertama
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
3
1,8
3,9
8
16,7
4,18
M2
2,4
1,4
5,4
6
15,2
3,80
M3
2,8
3
2,8
4
12,6
3,15
M4
2,4
3
2,5
2
9,9
2,48
Total
10,6
9,2
14,6
20
54,4


Tabel 14. Rerata Jumlah Daun Minggu Kedua
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
3
3,2
3,9
9,8
19,9
4,98
M2
3,2
3,2
6,4
6,3
19,1
4,78
M3
2,8
4,2
3,3
5,8
16,1
4,03
M4
2,2
3,8
2,9
3,1
12
3
Total
11,2
14,4
16,5
25
67,1




Tabel 15. Rerata Jumlah Daun Minggu Ketiga
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
3
3,6
3,9
1,6
12,1
3,03
M2
3,8
3
6,3
0
13,1
3,28
M3
3
5
3,5
5,5
17
4,25
M4
0,7
3,6
2,7
0
7
1,75
Total
10,5
15,2
16,4
7,1
49,2


Tabel 16. Rerata Jumlah Daun Minggu Keempat
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
3
3,6
3,9
0
10,5
2,63
M2
4,75
3,2
4,8
0
12,75
3,19
M3
3,4
5,8
3,3
0
12,5
3,13
M4
1,1
4,2
2,7
0
8
2
Total
12,25
16,8
14,7
0
43,75


Tabel 17. Rerata Jumlah Daun Minggu Kelima
Perlakuan
Kelompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
3
3,6
4,4
0
11
2,75
M2
0
3,2
3,7
0
6,9
1,73
M3
3,6
6,2
3,2
0
13
3,25
M4
0,7
4,4
2,6
0
7,7
1,93
Total
7,3
17,4
13,9
0
38,6


Tabel 18. Rerata Jumlah Daun Minggu Keenam
Perlakuan
Keompok
Total
Rerata
I
II
III
IV
M1
3
3,6
4,5
0
11,1
2,78
M2
0
0
3,4
0
3,4
0,85
M3
3,6
6,8
3,2
0
13,6
3,4
M4
1,3
5
1,9
0
8,2
2,05
Total
7,9
15,4
13
0
36,3




Tabel 19. Anova Jumlah Daun Minggu Pertama
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
0,95
0,32
2,41
**
3,86
6,99
Perlakuan
3
0,32
0,11
0,82
**
3,86
6,99
Galat
9
1,18
0,13
Total
15
2,44
KK =
19%




Tabel 20. Anova Jumlah Daun Minggu Kedua
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
1,17
0,39
4,05
**
3,86
6,99
Perlakuan
3
0,45
0,15
1,54
**
3,86
6,99
Galat
9
0,87
0,10
Total
15
2,49
KK =
15%




Tabel 21. Anova Jumlah Daun Minggu Ketiga
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
1,61
0,54
2,53
**
3,86
6,99
Perlakuan
3
1,18
0,39
1,85
**
3,86
6,99
Galat
9
1,91
0,21
Total
15
4,70
KK =
25%




Tabel 22. Anova Jumlah Daun Minggu Keempat
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
5,31
1,77
25,33
ns
3,86
6,99
Perlakuan
3
0,26
0,09
1,26
**
3,86
6,99
Galat
9
0,63
0,07
Total
15
6,21
KK =
16%




Tabel 23. Anova Jumlah Daun Minggu Kelima
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
5,28
1,76
16,10
ns
3,86
6,99
Perlakuan
3
0,57
0,19
1,73
**
3,86
6,99
Galat
9
0,98
0,11
Total
15
6,83
KK =
21%






Tabel 24. Anova Jumlah Daun Minggu Keenam
SK
dB
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Kelompok
3
4,01
1,34
5,91
*
3,86
6,99
Perlakuan
3
1,54
0,51
2,27
**
3,86
6,99
Galat
9
2,04
0,23
Total
15
7,59
KK =
31%



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Faiez Blog's - Powered by Pena Media - Designed by Akhiefaiez -