- Back to Home »
- Makalah »
- Aklimatisasi Anggrek
Posted by : Faizin
Senin, 14 Desember 2015
DAFTAR
ISI
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal.
1.
Hasil uji
banding dengan parameter panjang tanaman selama 6 minggu...... 9
2.
Hasil uji
banding dengan parameter jumlah daun selama 6 minggu.............. 9
3.
Rata-rata
persentase tanaman hidup selama 6 minggu................................... 9
4.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Hal.
1.
Data Rerata
Pengamatan dan Analisis Ragam............................................. 16
2.
Dokumentasi
Praktikum............................................................................... 22
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah
banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini
menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase
aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke
lingkungan non aseptik. .
Seringkali tanaman yang berada dalam tahap aklimatisasi sebagian besar
tidak tumbuh. Hal ini dikarenakan tanaman hasil kultur relative lebih rentan
terhadap lingkungan yang suhunya tidak tetap, selain itu faktor keeterampilan
atau skill dari sumber daya manusia menjadi salah satu penentu keberhasilan
tahap ini. Disamping itu, kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan
hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih
rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik (Koeswianti,
2013).
Berdasarkan hal yang
telah dipaparkan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan praktikum
aklimatisasi bibit anggrek. Diharapkan praktikum ini dapat memberikan
pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mengenai cara melakukan aklimatisasi yang
baik dengan membandingkan hasil pertumbuhan bibit pada media tanam yang
berbeda.
1.2
Rumusan
Masalah
1)
Media apakah
yang paling baik digunakan dalam proses aklimatisasi bibit anggrek?
2)
Apa saja yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit anggrek selama masa aklimatisasi?
1.3
Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan praktikum
yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui jenis media yang baik
digunakan dalam proses aklimatisasi bibit angrek
2.
Memahami hal-hal yang mempengaruhi
pertumbuhan bibit anggrek selama masa aklimatisasi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro
(jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di
luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan
terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Dalam
kata lain, aklimatisasi
merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari
ruangan aseptik ke lahan budidaya (Koeswianti, 2013).
Tahap aklimatisasi
penting dilakukan mengingat tujuan kita mengkulturkan bagian tanaman adalah
semata-mata untuk mengembangbiakkan tanaman agar diperoleh anakan baru agar
nantinya dapat berproduksi. Tanaman yang tidak diaklimatisasi nantinya akan
mengalami kekurangan nutrisi karena kandungan hara dalam media lama kelamaan
akan habis mengingat jumlahnya juga terbatas (Santoso dan Nursandi, 2003).
2.2
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Aklimatisasi Anggrek
Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
saat bibit dikeluarkan dari kondisi steril ke semisteril antara lain sebagai
berikut:
1) Lingkungan sekitar tempat penanaman harus
dijaga, kelembapan harus tinggi (±85%), suhu relatif rendah (27-29oC).
2) Naungan diperlukan agar intensitas cahaya
matahari dan butiran-butiran air hujan yang deras berkurang.
3) Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan
perakaran yang baik.
4) Saat dikeluarkan dari dalam botol kultur ke
media semisteril, bibit harus dalam keadaan bersih dari media agar, terutama
akarnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian bibit saat penanganan aklimatisasi
antara lain sebagai berikut:
1) Terjadinya proses transpirasi yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman
2) Bibit belum atau kurang mampu melakukan
proses fotosintesis
3) Terjadinya busuk atau kontaminasi oleh
mikroorganisme
(Darmono, 2003).
2.3
Media Aklimatisasi
Anggrek
Tanaman anggrek dialam hidup menempel pada tanaman
inang yaitu pohon-pohon besar dihutan sebagai epifit. Sedangkan anggrek yang
dibudidayakan pada nursery atau sebagai
koleksi, dibutuhkan media tanam. Karena tanaman anggrek tersebut ditempatkan
pada pot tanam. Media tanam diperlukan sebagai penyerap air, penyimpan cadangan
makanan, dan pengikat akar supaya dapat kuat berdiri di pot (Sanda, 2001).
Media tanam untuk tanaman anggrek harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit,
mempunyai aerasi udara yang baik, mampu mengikat air dan zat hara secara baik,
mudah didapatkan, dan harga relatif murah. Penanaman anggrek supaya tumbuh
dengan baik dibutuhkan media tanam dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5 – 6.
Pemilihan media tanam ini penting dan harus disesuaikan dengan jenis tanaman
anggrek yang akan ditanam. Karena setiap jenis tanaman anggrek mempunyai
kesesuaian yang berbeda terhadap media tanam. Disamping itu, media tanam juga merupakan
sarana agar pertumbuhan dan bunga tanaman anggrek dapat optimal (Sanda, 2001).
2.3.1
Moss
Sphagnum moss mempunyai daya pengikat air yang
sangat baik. Sebagai media tanam, sphagnum moss juga mempunyai aerasi dan drainase
yang cukup baik. Sphagnum moss mengandung unsur N (Nitrogen) 2 – 3%.
Ketersediaan moss dialam sudah mulai berkurang dan harga juga mulai naik. Media
tanam sphagnum moss cukup baik untuk menanam anggrek Phalaenopsis (Grinting,
2001).
2.3.2
Batang Pakis
Pakis sebagai media tanam cukup baik, mempunyai
daya ikat air, aerasi dan drainase yang baik. Selain itu, pakis memiliki daya
lapuk secara perlahan-lahan dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman anggrek. Sayangnya pemakaian pakis sebagai media tanam mempunyai
saingan dengan tanaman hias lainnya. Semakin hari ketersediaan pakis juga
semakin berkurang karena tergantung dari tanaman pakis dialam dan belum
dibudidayakan. Pakis cacahan biasa digunakan sebagai media pembibitan tanaman
anggrek, yaitu pada saat kompot. Akibat sifatnya tersebut pakis sebagai media
tanam cocok untuk tanaman anggrek Phalaenopsis (Grinting, 2001).
2.3.3
Serabut
Kelapa
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam cukup
baik, karena sabut kelapa mempunyai daya simpan air yang baik. Sabut kelapa
mudah didapatkan dan harganya murah. Sayangnya sabut kelapa mudah lapuk dan
busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit. Jadi bila ingin memakai sabut
kelapa sebagai media tanam angrek, hendaknya digunakan sabut kelapa yang sudah
tua. Dan segera diganti jika sudah lapuk. Media ini baik untuk media tanam
anggrek phalaenopsis (Grinting, 2001).
2.3.4
Arang Kayu
Arang kayu biasa dipakai sebagai bahan bakar,
untuk membakar sate atau yang lainnya, juga bisa dipakai sebagai media tanam untuk
anggrek yang cukup baik. Melihat cara pembuatannya yang dibakar, arang kayu
merupakan media tanam yang steril, tidak mudah ditumbuhi oleh jamur dan
bakteri. Arang kayu juga tidak mudah lapuk, dan mudah didapatkan. Namun arang
kayu sukar mengikat air dan miskin zat hara. Arang kayu dapat digunakan untuk
media tanam semua jenis tanaman anggrek. Jenis anggrek yang paling
baik ditanam
dengan arang kayu antara lain anggrek Dendrobium dan
Cattleya
(Grinting, 2001).
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1
Tempat dan
Waktu
Praktikum aklimatisasi bibit anggrek
dilakukan di Laboratorium Agronomi pada hari kamis tanggal 19 Maret 2015 sampai
30 April 2015.
3.2
Alat dan
Bahan
3.2.1
Alat
3.2.2 Bahan
1.
Mempersiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan
2.
Memasukkan
air secukupnya ke dalam botol berisi bibit anggrek (hasil kultur in vitro)
3.
Mengocok
botol secara perlahan supaya media agar larut
4.
Mengeluarkan
bibit anggrek menggunakan kawat pengait dengan hati-hati supaya bibit tidak
rusak
5.
Menampung
semua bibit anggrek berisi fungisida dan merendamnya selama ±10 menit
6.
Merendam
kembali bibit anggrek dalam air bersih untuk menghilangkan fungisida lalu
meniriskanya sejenak di atas kertas
7.
Memasukkan
media tanam dalam pot lalu menata bibit anggrek di atasnya (2 pot tiap jenis
media tanam, masing-masing diisi 10 bibit), kode untuk masing-masing media
tanam sebagai berikut:
M1 : media Moss Hitam
M2 : media batang
pakis
M3 : media serabut
kelapa
M4 : media arang kayu
8.
Melakukan
perawatan bibit anggrek
9.
Melakukan
pengamatan terhadap panjang tanaman, jumlah daun, serta persentase tanaman
hidup tiap minggu selama 6 minggu
10.
Membandingkan
hasil pertumbuhan anggrek dalam berbagai media tanam yang digunakan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1
Hasil Uji
Banding Media Tanam dengan parameterPanjang Tanaman
Tabel 1. Hasil uji banding dengan parameter
panjang tanaman selama 6 minggu
Media
|
1 MST
|
2 MST
|
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
||||||
M1
|
3,09
|
a
|
3,35
|
a
|
1,78
|
ab
|
1,59
|
ab
|
1,63
|
bc
|
1,66
|
cd
|
M2
|
3,45
|
a
|
4,58
|
a
|
1,58
|
a
|
1,71
|
b
|
1,32
|
a
|
0,98
|
a
|
M3
|
2,92
|
a
|
3,69
|
a
|
2,12
|
b
|
1,64
|
ab
|
1,65
|
c
|
1,68
|
d
|
M4
|
1,86
|
a
|
2,40
|
a
|
1,42
|
a
|
1,45
|
a
|
1,47
|
abc
|
1,47
|
bcd
|
Keterangan : Angka-angka
yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
BNTα 5%.
Media
|
1 MST
|
2 MST
|
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
||||||
M1
|
2,10
|
a
|
2,28
|
c
|
1,86
|
ab
|
1,68
|
abc
|
1,70
|
ab
|
1,71
|
a
|
M2
|
2,01
|
a
|
2,27
|
bc
|
1,81
|
ab
|
1,81
|
c
|
1,35
|
a
|
1,02
|
a
|
M3
|
1,91
|
a
|
2,11
|
abc
|
2,17
|
b
|
1,79
|
bc
|
1,81
|
b
|
1,84
|
c
|
M4
|
1,72
|
a
|
1,86
|
a
|
1,40
|
a
|
1,48
|
a
|
1,44
|
a
|
1,49
|
abc
|
Keterangan : Angka-angka
yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
BNTα 5%.
4.1.3
Tabel
Persentase Tanaman Hidup
Perlakuan
|
Ulangan
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
M1
|
100
|
100
|
89,59
|
36,67
|
81,565
|
M2
|
62
|
78
|
78,89
|
27,78
|
61,677
|
M3
|
62,59
|
77,78
|
91,34
|
46,94
|
69,663
|
M4
|
33,71
|
95,3
|
63
|
32,94
|
56,235
|
4.2
Pembahasan
Praktikum aklimatisasi bibit
anggrek dilakukan dengan menggunakan empat jenis bahan media tanam yang berbeda
untuk mengetahui adanya pengaruh dari penggunaan media tanam yang berbeda
tersebut terhadap panjang tanaman, jumlah daun, dan persentase tanaman hidup di
tiap percobaan media. Hasil pengamatan praktikum aklimatisasi bibit anggrek
selama 6 MST menunjukkan bahwa media tanam yang berbeda memberikan pengaruh
secara nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini
ditunjukkan oleh tabel
anova yang menghasilkan ** pada F
hitung perlakuan di tiap minggunya baik pada anova panjang tanaman maupun
jumlah daun.Data yang diperoleh tersebut ternyata masih memiliki kelemahan
karena sebaran data sampel yang digunakan tidak normal, terlihat dari nilai KK
di beberapa tabel anova (lihat lampiran) yang lebih dari 20% meskipun data
telah ditransformasi, di antaraya yaitu 66% pada anova panjang tanaman minggu
pertama, 74% pada anova panjang tanaman minggu kedua, dan 31% pada anova jumlah
daun di minggu keenam. Hal ini mungkin disebabkan tidak seragamnya bibit
anggrek yang digunakan.
Sedangkan pada tabel hasil uji
banding dapat dilihat bahwa masing-masing media tanam memiliki perbedaan
pengaruh yang tidak terlalu nyata antara satu sama lain. Hampir semua jenis
media tanam belum menunjukkan pengaruhnya di minggu pertama. Pada minggu-minggu
berikutnya hingga minggu keenam, media tanam yang dianggap memiliki pengaruh
yang paling berbeda yaitu media sabut kelapa. Hasil uji banding Beda Nyata
Terkecil (BNT) hingga α 5% menunjukkan perbedaan pengaruh yang ditunjukkan oleh
media sabut kelapa di minggu ketiga, kelima, dan keenam pada tabel uji banding
media tanam terhadap panjang tanaman (tabel 1) serta di minggu kedua, ketiga,
kelima, dan keenam pada tabel uji banding media tanam terhadap jumlah daun
(tabel 2).
Tabel persentase tanaman hidup (tabel 3)
menyatakan rerata dari jumlah bibit anggrek yang tetap hidup hingga minggu
keenam pada masing-masing media tanam yang merupakan rerata dari tiap ulangan. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa media tanam moss memiliki persentase tanaman hidup
terbanyak diikuti oleh media sabut kelapa, batang pakis, dan media arang kayu
sebagai media yang memiliki persentase tanaman hidup yang paling sedikit.
Perbedaan pertumbuhan tanaman pada
masing-masing media tanam sebagaimana diperoleh di atas dipengaruhi oleh faktor
dalam (intern) maupun faktor luar (ekstern). Faktor dalam yang mempengaruhi
pertumbuhan plantlet salah satunya yaitu kondisi plantlet itu sendiri yang
masih sangat rentan. Menurut Limarni et al. (2008) Tanaman hasil kutur in vitro
memiliki stomata yang lebih terbuka dan respon stomata yang lebih lambat
terhadap kehilangan air serta lapisan lilin kutikula yang kurang berkembang.
Lapisan kutikula yang tipis mengakibatkan tanaman akan kehilangan air dalam
jumlah cukup besar melalui evaporasi kutikula pada saat tanaman dipindahkan
pada kondisi in vivo. Stomata tidak berfungsi dengan sempurna sehingga
menyebabkan terjadinya cekaman air. Defisit air dapat mempengaruhi laju fotosintesis,
pada keadaan laju transpirasi yang tinggi, daun akan mengalami layu sementara
dan stomata menutup. Dalam keadaan tersebut penyerapan CO2 ke dalam
daun akan menurun dan laju fotosintesis menurun (Zulkarnain, 2009).
Faktor dalam lainya yaitu sifat dari
masing-masing bahan media tanam itu sendiri. Menurut Gunawan (2007), serabut kelapa
merupakan media yang mampu mengikat air dan banyak mengandung unsur kalium yang
dapat mempengaruhi sistem enzim pada proses fotosintesis dan translokasi
karbohidrat serta mengatur membuka dan menutupnya stomata
sehingga dapat mendukung pertumbuhan bibit anggrek lebih baik dari yang media
lainya. Pemeliharaan yang kurang diperhatikan oleh praktikan dapat menyebabkan
terjadinya kekeringan pada bibit anggrek, namun persentase tanaman hidup pada
media moss tetap tinggi karena media moss memiliki daya simpan air yang tinggi
sehingga mampu mencegah bibit mengalami kecaman kekeringan (Suradinata et al., 2012). Berbeda dengan media
arang kayu yang memiliki kemampuan mengikat air lebih rendah dibandingkan ketiga
jenis media lainya sehingga hara yang terkandung tidak dapat terserap oleh akar
tanaman, dan akar tanaman sulit untuk menempel pada media karena ukuran
potongan yang besar. Arang kayu dengan potongan yang besar - besar akan dengan
mudah meloloskan air. Sedangkan bila arang diremahkan menjadi potongan yang
lebih kecil - kecil maka air akan lebih lama tersimpan di dalam media. Hal
itulah yang mungkin menyebabkan persentase tanaman hidup pada arang kayu paling
sedikit dibandingkan media tanam yang lain. Sedangkan pakis merupakan media yang
remah dan memiliki aerasi dan drainase yang baik sehingga mampu menjaga keadaan
tanaman dengan baik pula karena strukturnya yang tidak terlalu besar
dan mudah ditembus oleh akar (Grinting, 2001).
Faktor luar yang juga mempengaruhi
pertumbuhan anggrek di antaranya intensitas cahaya, air, dan adanya patogen. Hal ini sejalan
dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa apabila cahaya
yang diberikan pada tanaman dalam jumlah yang optimum maka akan menyebabkan
terbukanya stomata dan ini memungkinkan unsur hara bagi tanaman terpenuhi.
Diketahui bahwa intensitas cahaya yang diperlukan untuk aklimatisasi berkisar
antara 40 – 50%, oleh sebab itulah aklimatisasi dilakukan di dalam
greenhouse. Akan tetapi, pemeliharaan bibit yang dilakukan oleh praktikan
dirasa agak kurang dalam hal penyiraman dan perawatan bibit yang terserang
penyakit sehingga tingginya angka kematian bibit tidak dapat dicegah
sebelumnya.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini
antara lain:
1.
Media yang paling baik dilihat dari
parameter tinggi tanaman dan jumlah adalah serabut kelapa dengan nilai uji
banding paling tinggi, sedangkan media yang paling baik dilihat dari tingginya
persentase tanaman hidup adalah media moss.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
aklimatisasi terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi
kondisi plantlet itu sendiri dan sifat dari media tanam sedangkan faktro luar
meliputi intensitas cahaya, air, dan adanya patogen.
5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum
hendaknya dilakukan dengan lebih teliti oleh para praktikan sehingga kondisi
bibit anggrek dapat lebih terjaga hingga data yang diperoleh bisa lebih valid
dan hasil yang didapat juga lebih optimal lagi, sebab aklimatisasi memerlukan
perawatan yang lebih mendalam karena plantlet masih sangat rentan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar
Swadaya.Jakarta.
Gunardi, T. 1985.Anggrek untuk Pemula. Penerbit Angkasa.Bandung.
Gunawan, L. W. 2007. Budidaya Anggrek. Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ginting, B., W.
Prasetio, dan T. Sutater. 2001. Pengaruh Pemberian
Media, dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Anggrek. Balai penelitian Tanaman
Hias. Jakarta.
Koeswianti, T. 2013. Biologi Kultur Jaringan, Bahan Ajar Kuliah Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin.
Limarni, L., N. Akhir., I. Suliansyah.,
dan A. Riyadi. 2008. Laporan Penelitian
“Pertumbuhan Bibit Anggrek (Dendrobium sp.) dalam Kompot Pada Beberapa Jenis
Median dan Konsentrasi Vitamin B1”. Jurnal Penelitian Jerami 1: 87-89.
Sanda, E. 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Agro
Media Pestaka. Jakarta.
Santoso, U., dan
Fatimah Nursandi. 2003. Kultur Jaringan
Tanaman. Universitas Muhammadiya Malang Press.Malang.
Suradinata, Y. R., A. Nuraini., dan A.
Setiadi. 2012. Pengaruh Kombinasi Media
Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek
Dendrodium sp. pada Tahap Aklimatisasi. J. Agrivigor 11(2):104-116. Bandung
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Bumi
Aksara. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data
Rerata Pengamatan dan Analisis Ragam
Tabel 1. Rerata Panjang
Tanaman Minggu Pertama
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
2,14
|
3,44
|
1,28
|
5,5
|
12,36
|
3,09
|
M2
|
2,12
|
0,56
|
1,78
|
9,35
|
13,81
|
3,45
|
M3
|
2,6
|
2,88
|
1,46
|
4,75
|
11,69
|
2,92
|
M4
|
2,08
|
2,16
|
1,77
|
1,425
|
7,435
|
1,86
|
Total
|
8,94
|
9,04
|
6,29
|
21,025
|
45,295
|
|
Tabel 2. Rerata Panjang Tanaman Minggu Kedua
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
2,14
|
3,72
|
1,77
|
5,78
|
13,41
|
3,35
|
M2
|
2,86
|
1,36
|
2,36
|
11,75
|
18,33
|
4,58
|
M3
|
2,6
|
3,84
|
1,77
|
6,55
|
14,76
|
3,69
|
M4
|
2,49
|
2,6
|
2,02
|
2,48
|
9,59
|
2,40
|
Total
|
10,09
|
11,52
|
7,92
|
26,56
|
56,09
|
|
Tabel 3. Rerata Panjang Tanaman Minggu Ketiga
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
2,2
|
4,14
|
2,5
|
2,04
|
10,88
|
2,72
|
M2
|
4,04
|
2,48
|
2,6
|
0
|
9,12
|
2,28
|
M3
|
2,64
|
4,24
|
2,64
|
7,05
|
16,57
|
4,14
|
M4
|
1,44
|
3,3
|
2,19
|
0
|
6,93
|
1,73
|
Total
|
10,32
|
14,16
|
9,93
|
9,09
|
43,5
|
|
Tabel 4. Rerata Panjang
Tanaman Minggu Keempat
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
2,22
|
4,34
|
2,82
|
0
|
9,38
|
2,35
|
M2
|
5,06
|
3,6
|
2,61
|
0
|
11,27
|
2,82
|
M3
|
2,74
|
4,48
|
2,8175
|
0
|
10,0375
|
2,51
|
M4
|
1,5
|
3,46
|
2,3
|
0
|
7,26
|
1,82
|
Total
|
11,52
|
15,88
|
10,5475
|
0
|
37,9475
|
|
Tabel 5. Rerata Panjang
Tanaman Minggu Kelima
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
2,24
|
4,66
|
3,09
|
0
|
9,99
|
2,50
|
M2
|
0
|
3,84
|
2,61
|
0
|
6,45
|
1,61
|
M3
|
2,74
|
4,7
|
2,84
|
0
|
10,28
|
2,57
|
M4
|
1,62
|
3,88
|
2,19
|
0
|
7,69
|
1,92
|
Total
|
6,6
|
17,08
|
10,73
|
0
|
34,41
|
|
Tabel 6. Rerata Panjang
Tanaman Minggu Keenam
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
2,28
|
4,8
|
3,35
|
0
|
10,43
|
2,61
|
M2
|
0
|
0
|
2,72
|
0
|
2,72
|
0,68
|
M3
|
2,76
|
4,98
|
3,01
|
0
|
10,75
|
2,69
|
M4
|
1,68
|
4,3
|
1,71
|
0
|
7,69
|
1,92
|
Total
|
6,72
|
14,08
|
10,79
|
0
|
31,59
|
|
Tabel 7. Anova Panjang Tanaman
Minggu Pertama
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
32,59
|
10,86
|
3,14
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
5,63
|
1,88
|
0,54
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
31,16
|
3,46
|
||||
Total
|
15
|
69,38
|
KK
=
|
66%
|
|
|
|
Tabel 8. Anova Panjang
Tanaman Minggu Kedua
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
32,59
|
10,86
|
1,62
|
*
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
9,78
|
3,26
|
0,49
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
60,35
|
6,71
|
||||
Total
|
15
|
102,72
|
KK
=
|
74%
|
|
|
|
Tabel 9. Anova Panjang
Tanaman Minggu Ketiga
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
0,63
|
0,21
|
0,88
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
1,08
|
0,36
|
1,50
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
2,16
|
0,24
|
||||
Total
|
15
|
3,87
|
KK
=
|
28%
|
|
|
|
Tabel 10. Anova Panjang Tanaman Minggu Keempat
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
4,52
|
1,51
|
6,28
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
0,15
|
0,05
|
0,21
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
0,39
|
0,04
|
||||
Total
|
15
|
5,06
|
KK
=
|
13%
|
|
|
|
Tabel 11. Anova Panjang Tanaman Minggu Kelima
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
4,72
|
1,57
|
29,46
|
ns
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
0,30
|
0,10
|
1,86
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
0,48
|
0,05
|
||||
Total
|
15
|
5,50
|
KK
=
|
15%
|
|
|
|
Tabel 12. Anova Panjang
Tanaman Minggu Keenam
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
3,40
|
1,13
|
7,13
|
ns
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
1,28
|
0,43
|
2,68
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
1,43
|
0,16
|
||||
Total
|
15
|
6,12
|
KK
=
|
28%
|
|
|
|
Tabel 13. Rerata Jumlah
Daun Minggu Pertama
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
3
|
1,8
|
3,9
|
8
|
16,7
|
4,18
|
M2
|
2,4
|
1,4
|
5,4
|
6
|
15,2
|
3,80
|
M3
|
2,8
|
3
|
2,8
|
4
|
12,6
|
3,15
|
M4
|
2,4
|
3
|
2,5
|
2
|
9,9
|
2,48
|
Total
|
10,6
|
9,2
|
14,6
|
20
|
54,4
|
|
Tabel 14. Rerata Jumlah
Daun Minggu Kedua
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
3
|
3,2
|
3,9
|
9,8
|
19,9
|
4,98
|
M2
|
3,2
|
3,2
|
6,4
|
6,3
|
19,1
|
4,78
|
M3
|
2,8
|
4,2
|
3,3
|
5,8
|
16,1
|
4,03
|
M4
|
2,2
|
3,8
|
2,9
|
3,1
|
12
|
3
|
Total
|
11,2
|
14,4
|
16,5
|
25
|
67,1
|
|
Tabel 15. Rerata Jumlah
Daun Minggu Ketiga
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
3
|
3,6
|
3,9
|
1,6
|
12,1
|
3,03
|
M2
|
3,8
|
3
|
6,3
|
0
|
13,1
|
3,28
|
M3
|
3
|
5
|
3,5
|
5,5
|
17
|
4,25
|
M4
|
0,7
|
3,6
|
2,7
|
0
|
7
|
1,75
|
Total
|
10,5
|
15,2
|
16,4
|
7,1
|
49,2
|
|
Tabel 16. Rerata Jumlah
Daun Minggu Keempat
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
3
|
3,6
|
3,9
|
0
|
10,5
|
2,63
|
M2
|
4,75
|
3,2
|
4,8
|
0
|
12,75
|
3,19
|
M3
|
3,4
|
5,8
|
3,3
|
0
|
12,5
|
3,13
|
M4
|
1,1
|
4,2
|
2,7
|
0
|
8
|
2
|
Total
|
12,25
|
16,8
|
14,7
|
0
|
43,75
|
|
Tabel 17. Rerata Jumlah
Daun Minggu Kelima
Perlakuan
|
Kelompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
3
|
3,6
|
4,4
|
0
|
11
|
2,75
|
M2
|
0
|
3,2
|
3,7
|
0
|
6,9
|
1,73
|
M3
|
3,6
|
6,2
|
3,2
|
0
|
13
|
3,25
|
M4
|
0,7
|
4,4
|
2,6
|
0
|
7,7
|
1,93
|
Total
|
7,3
|
17,4
|
13,9
|
0
|
38,6
|
|
Tabel 18. Rerata Jumlah
Daun Minggu Keenam
Perlakuan
|
Keompok
|
Total
|
Rerata
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
M1
|
3
|
3,6
|
4,5
|
0
|
11,1
|
2,78
|
M2
|
0
|
0
|
3,4
|
0
|
3,4
|
0,85
|
M3
|
3,6
|
6,8
|
3,2
|
0
|
13,6
|
3,4
|
M4
|
1,3
|
5
|
1,9
|
0
|
8,2
|
2,05
|
Total
|
7,9
|
15,4
|
13
|
0
|
36,3
|
|
Tabel 19. Anova Jumlah
Daun Minggu Pertama
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
0,95
|
0,32
|
2,41
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
0,32
|
0,11
|
0,82
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
1,18
|
0,13
|
||||
Total
|
15
|
2,44
|
KK
=
|
19%
|
|
|
|
Tabel 20. Anova Jumlah
Daun Minggu Kedua
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
1,17
|
0,39
|
4,05
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
0,45
|
0,15
|
1,54
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
0,87
|
0,10
|
||||
Total
|
15
|
2,49
|
KK
=
|
15%
|
|
|
|
Tabel 21. Anova Jumlah
Daun Minggu Ketiga
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
1,61
|
0,54
|
2,53
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
1,18
|
0,39
|
1,85
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
1,91
|
0,21
|
||||
Total
|
15
|
4,70
|
KK
=
|
25%
|
|
|
|
Tabel 22. Anova Jumlah
Daun Minggu Keempat
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
5,31
|
1,77
|
25,33
|
ns
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
0,26
|
0,09
|
1,26
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
0,63
|
0,07
|
||||
Total
|
15
|
6,21
|
KK
=
|
16%
|
|
|
|
Tabel 23. Anova Jumlah
Daun Minggu Kelima
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
5,28
|
1,76
|
16,10
|
ns
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
0,57
|
0,19
|
1,73
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
0,98
|
0,11
|
||||
Total
|
15
|
6,83
|
KK
=
|
21%
|
|
|
|
Tabel 24. Anova Jumlah
Daun Minggu Keenam
SK
|
dB
|
JK
|
KT
|
F
hitung
|
F
tabel
|
||
5%
|
1%
|
||||||
Kelompok
|
3
|
4,01
|
1,34
|
5,91
|
*
|
3,86
|
6,99
|
Perlakuan
|
3
|
1,54
|
0,51
|
2,27
|
**
|
3,86
|
6,99
|
Galat
|
9
|
2,04
|
0,23
|
||||
Total
|
15
|
7,59
|
KK
=
|
31%
|
|
|
|