Posted by : Faizin Minggu, 13 Desember 2015

TEKNOLOGI PEMBUNGKUSAN BUAH (Fruit-Baging) PADA APEL PRA PANEN
 LAPORAN AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mata Praktikum MPT Hortikultura Buah
Program Studi Agroteknologi

 


Disusun Oleh :


Kelas V-D/ Kelompok 4
1.      Ahmad Nur Ahid Faizin                     (201310200311133)
2.      Agus Eko Purnomo                             (201310200311147)
3.      Endang Susilowati                              (201310200311120)
4.      Winda Prambudi                                 (201310200311123)
5.      M. Husnul Fuad                                  (201310200311140)


LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb
Alhamdulilah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum ini tepat waktu.
Adapun tujuan kami membuat laporan akhir praktikum ini yaitu untuk memenuhi tugas Praktikum MPT Hortikultura II. Semoga laporan akhir praktikum yang kami susun ini dapat diambil manfaatnya dan berguna, khususnya bagi kami pribadi serta umumnya para pembaca.
Demikian laporan akhir praktikum ini dibuat, kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan laporan akhir praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan laporan akhir praktikum ini agar lebih baik lagi, dan atas kritik dan sarannya kami  ucapkan terima kasih.
Wassalamua’laikumWr. Wb
                                                                       

                                                                                            Malang, 1 Desember 2015

                                                                                                     Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1 Tanaman Apel (Malus domestica)................................................................. 3
2.2 Teknologi Pembungkusan.............................................................................. 5
2.3 Pengaruh Pembungkusan Buah Terhadap Hasil Buah................................... 7
BAB III. METODE PRAKTIKUM....................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................. 11
3.2.1 Alat............................................................................................................ 11
3.2.2 Bahan........................................................................................................ 11
3.3 Langkah Kerja.............................................................................................. 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 13
4.1 Hasil............................................................................................................. 13
4.2 Pembahasan.................................................................................................. 13
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 19
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 19
5.2 Saran............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 20
LAMPIRAN.......................................................................................................... 20


DAFTAR TABEL

No                                                        Teks                                              Halaman
1.  Rerata Padatan Terlarut, Kadar Klorofil Dan Tingkat Kekerasan Buah... 11

 


DAFTAR LAMPIRAN

No                                                        Teks                                              Halaman
1.  Dokumentasi Praktikum Teknologi Pembungkusan Buah (1)................... 20
2.  Dokumentasi Praktikum Teknologi Pembungkusan Buah (2)................... 21
2.  Analisa Data Padatan Terlarut, Kadar Klorofil, Kekerasan Buah............. 22



BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan. Perubahan pola curah hujan dapat menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko kekeringan. Tren perubahan ini tentunya sangat berkaitan dengan sektor pertanian.
Permasalahan sektor pertanian khususnya tanaman buah tidak terlepas dari adanya variabilitas iklim, terutama variabilitas curah hujan dan suhu. Kota Batu merupakan salah satu sentra penghasil apel di Indonesia. Jika dilihat dari perkembangannya tanaman apel mengalami masa kejayaan pada tahun 1980-an dan apel dijadikan sebagai maskot Kota Batu, namun setelah masa itu tanaman apel tidak lagi menjadi komoditi unggulan agribisnis bagi sebagian petani di Kota Batu. Ini terlihat pada penurunan jumlah pohon produktif, tingkat produksi, dan hasil buah/pohon secara berturut-turut sebesar 16%, 58% dan 49% antara tahun 2002 hingga tahun 2004 (Sitompul, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian tahun 2009 menyebutkan bahwa luas lahan apel saat ini sekitar 600 hektar, dengan jumlah pohon apel sebanyak 2.506.546. Dari jumlah itu, produksi apel hanya 24.625 ton per tahun.


Pembungkusan buah adalah salah satu teknologi bubidaya yang dilakukan dengan cara membungkus buah dengan bahan pembungkus tertentu saat buah masih muda sampai dipanen. Namun dari hasil penelitian secara nyata dapat meningkatkan mutu buah. Beberapa keuntungan dan tujuan dari teknologi ini adalah :
·      Untuk meningkatkan kualitas penampilah buah.
·      Melindungi buah dari benturan, sengatan dari sinar matahari dan gesekan antar buah.
·      Melindungi buah dari sengatan hama dan penyakit (penggerek buah, kumbang buah dan lalat buah).
·      Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melindungi permukaan kulit buah dari getah juga kontaminasi dari penyemprotan pestisida pada kulit buah.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mempraktekan dan mengkaji efek pembungkusan terhadap kualitas buah apel.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Apel (Malus domestica)

Menurut Irawan (2007) apel dalam ilmu botani disebut Malus sylvestris Mill. Apel merupakan tanaman buah  tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Tanaman apel mulai berkembang setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty. Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Klas                 : Dicotyledonae
Ordo                : Rosales
Famili              : Rosaceae
Genus              : Malus
Spesies            : Malus sylvestris Mill
Dari spesies  Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty,  Manalagi,  Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
Seluruh kultivar apel yang ditanam di Indonesia pada kenyataannya adalah introduksi dari luar negeri. Jenis  Rome Beauty merupakan kultivar yang paling banyak ditanam, hampir sekitar 70 % dari total populasi apel di Malang. Tanaman apel di Indonesia dapat dipanen 2 kali setahun, tetapi produksinya selain


dipengaruhi oleh umur tanaman juga dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan data yang didapat dari Balai Penelitian Hortikultura Malang, produksi apel jenis  Rome Beauty pada musim penghujan lebih sedikit yaitu sekitar 2, 44 kg/pohon/musim, dibandingkan dengan musim kemarau yang bisa mencapai 12,25 kg/pohon/musim. Rendahnya produksi pada musim hujan disebabkan oleh air hujan yang menimpa bunga yang sedang mekar yang dapat menggagalkan penyerbukan (Suhardjo, 1985).
Pohon apel merupakan pohon yang kecil dan berdaun gugur, mencapai ketinggian 3 hingga 12 meter, dengan tajuk yang lebar dan biasanya sangat beranting. Daun-daunnya berbentuk lonjong dengan panjang 5 - 12 cm dan lebar 3 - 6 cm. Bunga apel mekar di musim semi, bersamaan dengan pertambahan daun. Bunganya putih dengan bercampur merah jambu yang berangsur pudar. Pada bunga, terdapat lima kelopak, dan mencapai diameter 2,5 - 3,5 cm. Buahnya masak pada musim gugur, dan biasanya berdiameter 5 - 9 centimeter. Inti buah apel memiliki lima gynoecium yang tersusun seperti bintang lima mata, masing-masing berisi satu hingga tiga biji (Bumbungan, 2011).
Bumbungan (2011) menambahkan Apel merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis di dataran Asia, salah satunya yaitu Indonesia. Apel dapat tumbuh pada ketinggian  500 – 2.300 m di atas permukaan laut. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman apel yaitu 1000 – 1700 mm³ /tahun, dengan suhu yang berkisar antara 20 – 30 ºC, dan kelembaban tanah yaitu 40 – 45%, serta penyinaran yang cukup dari matahari. Jenis tanah yang baik untuk tanaman apel yaitu tanah yang mengandung latosol, alluvial, dan andosol. Tingkat keasaman tanah atau pH yang dibutuhkan oleh tanaman apel yaitu 4 – 9.
Berdasarkan hasil penelitian, apel dapat mengurangi risiko kanker usus besar, kanker prostat, dan kanker paru-paru. Dibandingkan dengan buah dan sayuran lainnya, apel mengandung vitamin C yang tidak seberapa, tetapi kaya dengan senyawa antioksidan. Biarpun tidak sebanyak buah lain, namun konten serabut dalam apel membantu mengontrol pergerakan usus, maka mengurangi risiko kanker usus besar. Serat apel juga membendung penyakit jantung, serta mengontrol berat badan dan tingkat kolesterol, karena buah apel tidak mengandung kolesterol dan mempunyai serat yang mengurangi kolesterol dengan mencegah reabsorpsi. Terbukti bahwa bahwa apel yang dibiakkan secara in vitro mengandung senyawa fenol yang dapat mencegah kanker dan menunjukkan aktivitas antioksidan. Fitokimia fenol yang utama dalam apel adalah kuersetin, epikatekin, dan prosianidin B2. Biji apel sedikit beracun karena mengandung sedikit amigdalin, sejenis glikosida sianogen. Akan tetapi, racun ini tidak cukup berbahaya bagi manusia (Andre, 2011).

2.2 Teknologi Pembungkusan

Pembungkusan adalah salah satu tindakan untuk meminimalkan gangguan hama dan penyakit pada tanaman khususnya tanaman hortikultura saat di pohon dan meminimalkan kerusakan buah pada saat pengangkutan ataupun penyimpanan sebagai tindakan pasca panen. Pembungkusan buah pada tanaman hartikultura khususnya ketika masih dipohon dilakukan sedini mungkin agar kerugian secara ekonomis dapat dihindari atau paling tidak meminimalisis kerugian ekonomis tersebut (Nurwansyah, 2011).
Metode pembungkusan buah telah lama digunakan di Asia oleh para pekebun komersial maupun petani-petani kecil. Tahun 1994, ekspor industri belimbing di Malaysia, mencapai nilai US$ 10 juta, berkat sistem perlindungan seluruh buah dengan pengantongan. Praktek ini telah berlangsung lebih dari 70 tahun dan terbukti berhasil. Membungkus buah, terutama mangga, juga secara luas dilakukan di Thailand dan Filipina. Sementara di Taiwan diaplikasikan untuk melindungi buah melon (Suhaya, 2008).
Suhaya (2008) menambahkan Sistem pengantongan/pembungkusan buah tidak mahal dan mudah melakukannya serta dijamin hampir seratus persen dapat melindungi buah dari serangan lalat buah. Inilah cara ideal bagi petani skala kecil yang tidak menggunakan pestisida untuk melindungi tanamannya. Cara pembungkusan yang biasa dilakukan petani adalah menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, ataupun kain untuk buah-buahan yang tidak terlalu besar seperti belimbing, jambu batu, dsb. Untuk buah nangka atau cempedak biasanya petani menggunakan anyaman daun kelapa, karung plastik, atau kertas semen.
Waktu pembungkusan agar disesuaikan dengan jenis buah. Misalnya untuk buah belimbing hendaknya dilakukan sedini mungkin, sedangkan untuk buah mangga sebelum buah memasuki stadium pemasakan. Lalat buah pada umumnya tertarik pada warna kuning dan metil eugenol atau amonia yang dihasilkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, sehingga upaya pengantongan buah-buahan sedini mungkin, bisa membantu mengurangi serangan lalat buah, sebelum lalat buah betina dewasa meletakkan telurnya (Sulistyawan, 2011).
Khusus apel Manalagi, ketika buah berumur sekitar 3 bulan dari bunga mekar perlu dibungkus dengan kertas yang bersih dan tahan air.  Jika tidak dibungkus, bagian buah buah yang terpapar cahaya matahari langsung akan berwarna kemerahan dan bagian lainnya tetap kuning kehijauan sehingga penampilannya menjadi kurang menarik.  Kegiatan ini dilakukan setelah penjarangan buah atau 3 bulan dari rompes daun (Sutopo, 2013).

2.3 Pengaruh Pembungkusan Buah Terhadap Hasil Buah

Tujuan utama dari pembungkusan adalah menghindari buah dari serangan lalat buah, Vijaysegaran (1996) mengemukakan bahwa tujuan pembungkusan adalah mencegah peletakan telur oleh lalat betina (oviposition). Sedangkan pembungkusan termasuk bentuk pengendalian secara fisik yang dapat menghalangi atau membatasi gerak hama sehingga tidak mampu mendekati bagian tanaman yang dikehendaki sehingga tidak menimbulkan kerusakan (Basuki, 1994). Pengendalian dengan pernbungkusan dapat mengurangi penggunaan pestisida, sehingga dapat membatasi penggunan bahan kimia dan dapat mengurangi biaya produksi (Hill, 1975). Pestisida, selain meningkatkan biaya produksi dapat menimbulkan residu bahan kimia pada buah yang berbahaya bagi konsumen. Pembungkusan juga dapat menghindari dari gigitan hewan pernakan buah sebangsa kelelawar yaitu kalong (Pterus vampyrus). Kelelawar jenis ini sangat menyukai buah yang masak dan sudah mengandung air. Buah-buahan yang disukainya antara lain mangga, Pisang dan pepaya (Kalshoven, 1981).
Selain mencegah serangan hama, pembungkusan juga dapat mengakibatkan akumulasi panas sehingga memacu proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan buah. Seperti pada buah Pisang yang dibungkus sejak bunga, selama perkembangannya buah akan menerima kondisi panas merata sehingga pertumbuhan dan perkembangan jari-jari buahnya merata (Muhajir, 1994). Perlakuan pembungkusan ternyata juga dapat meningkatkan produksi. Pisang yang dibungkus rata-rata lebih berat dari Pisang yang tidak dibungkus seperti yang dilaporkan, selain itu dari segi penampakan buah tampak menarik (Nasir dkk, 1991). Penampakan menarik tersebut berdasarkan penelitian Rusdianto (1995) disebabkan oleh kondisi fisik buah yang terlihat padat berisi serta tidak adanya bercak-bercak hitam pada kulit buah akibat serangan hama.
Jenis bahan pembungkus yang biasa digunakan untuk membungkus buah adalah plastik dan kertas (Basuki, 1994). Pembungkus plastik maupun kertas secara mekanis dapat melindungi buah karena dapat menghindari kontak langsung antara buah jambu dengan lalat buah. Bahan pembungkus dari kertas memiliki sifat yang berbeda dengan bahan pembungkus dari plastik. Udara dan air dapat keluar atau masuk melalui pori-pori kertas. Kertas sebagai bahan pembungkus memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan bahan plastik, yaitu apabila buah mengalami proses transpirasi maupun respirasi, maka air atau uap air yang terbentuk dari proses tersebut akan diserap oleh kertas dan apabila kertas tersebut terkena cahaya matahari, air akan menguap dari kertas sehingga kelembaban di dalam ruang pembungkus sesuai dengan kelembaban udara lingkungan. Sedangkan plastik sebagai bahan pembungkus bersifat non porous dan kedap air. Air atau uap air yang terbentuk akibat proses transpirasi maupun respirasi tidak bisa keluar dari kantong sehingga suhu dan kelembaban dalam ruang pembungkusan menjadi tinggi (Basuki, 1994). Plastik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Plastik lentur dari jenis polietilen. Polietilen adalah film yang paling banyak digunakan untuk pernbuatan kantungkantung bagi konsumen (Hall, Hardenburg dan Pantastico, 1993).
Menurut Damayanti (2000) mengemukakan umumnya menghasilkan kualitas buah yang lebih baik dibandingkan dengan buah yang tidak dibungkus (kontrol). Ia juga menegaskan bahwasannya jenis pembungkus menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap penampakan karena semakin lambatnya pembungkusan menyebabkan buah terkena pengaruh buruk lingkungan seperti radiasi cahaya matahari dan serangan hama yang cukup besar, sehingga mempengaruhi penampakan. Kondisi tersebut didukung oleh pernyataan Ryugo (1988) bahwa radiasi matahari secara langsung pada buah akan mengakibatkan kerusakan fisiologis bempa luka bakar pada bagian buah yang terkena.
Kadar gula yang tinggi diduga karena dipengaruhi oleh peningkatan suhu dalam kantong pembungkus. Kenaikan suhu sampai titik tertentu dapat meningkatkan energi panas yang mempercepat reaksi kimia sehingga hidrolisis karbohidrat menjadi bentuk gula sederhana meningkat (Gardner, Pearce dan Mitchel, 1991). Dugaan ini diperkuat dengan hasil penelitian Rusdianto (1995) yang menunjukkan bahwa kandungan pati buah pisang kepok yang diperlakukan dengan pembungkusan plastik polyetilen mencapai 22.6 % lebih tinggi daripada kandungan zat tersebut dalam buah yang tidak dibungkus.


BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Pembungkusan Buah Apel Pra-Panen dilakukan pada tanggal 10 Oktober sampai 14 November 2015 di Desa Punten, Bumi Aji, Kota Batu.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kertas atau kain pembungkus (Koran, kertas coklat, dan kain tangerine), tali raffia, staples, label Hand refraktometer, Penetrometer, dan Klorofil Meter.

3.2.2 Bahan

Sedangkan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah buah apel yang berumur kurang lebih 4 bulang setelah panen (BSP).

3.3 Langkah Kerja

1.    Membuat label dengan kertas dan membungkus menggunakan plastik lilin sesuai perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali yaitu sebagai berikut :
a.       Kertas karbon
b.      Kertas putih
c.       Kertas telepon
d.      Kertas coklat
e.       kontrol


2.    Memilih buah apel yang masih berukuran kecil.
3.    Membungkus buah apel yang masih berukuran kecil.
4.    Memasang label pada tiap pembungkus.
5.    Menunggu hasil pengamatan selama 5 minggu.
6.    Melakukan pengamatan pada buah, parameter yang diamati adalah kadar klorofil buah, kekerasan buah dan kadar terlarut buah.










                                                                 


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Rerata Padatan Terlarut, Kadar Klorofil, dan Tingkat kekersan Buah
Apel
Perlakuan
Parameter
Total Padatan Terlarut (0Brixs)
Kadar Klorofil (mm/gr)
Tingkat Kekerasan (g/mm/dt)
Coklat
13.50 a
10.52 a
473.33 a
Telepon
17.17 b
8.27 a
479.00 a
Karbon
13.33 a
7.12 a
503.83 a
Putih
15.33 ab
5.17 a
500.33 a
Kontrol
13.17 a
7.77 a
449.17 a
BNJ 5%
2,75
4,80
49,09
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ 5%.
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil terbaik untuk total padatan terlarut yang berbeda tidak nyata pada perlakuan kertas telepon dan kertas putih. Sedangkan untuk kadar klorofil dan tingkat kekerasan buah menunjukkan tidak berpengaruh secara nyata.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hasil terbaik untuk padatan terlarut adalah perlakuan kertas telepon dan kertas putih. Namun diantara kedua perlakuan tersebut yang mendapatkan hasil terbaik adalah perlakuan kertas dengan menggunakan kertas putih karena kertas putih dapat meningkatkan suhu yang ada disekitar buah apel, karena kertas putih dilapisi menggunakan silikon yang mana silikon dapat menahan panas yang didalam pembungkus (Damayanti, 2000).


Kenaikan suhu dari titik tertentu dapat meningkatkan energi panas yang mempercepat reaksi kimia sehingga hidrolisis karbohidrat menjadi bentuk gula sederhana meningkat (Gardner dkk, 1991). Selain dapat meningkatkan suhu disekitar buah keunggulan dari kertas putih sebagai pembungkus adalah kemudahan dalam mendapatkan kertas tersebut, sehingga petani mudah untuk mengaplikasikannya sebagai pembungkus buah apel.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak nyata terhadap kandungan klorofil yang ada pada buah apel. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu pengaruh cuaca yang tidak menentu sehingga mengakibatkan cahaya yang dibutuhkan oleh apel untuk menghasilkan klorofil menjadi berkurang, karena cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil tidak dapat bekerja tanpa menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (kusuma, 2013). Namun faktor lain yang mempengaruhi adalah waktu pembungkusan buah apel, semakin lambatnya pembungkusan menyebabkan buah terkena pengaruh buruk lingkungan seperti radiasi matahari dan serangan hama penyakit yang cukup besar. Kondisi tersebut didukng oleh teori yang dikemukaka oleh Ryugo (1988) bahwa radiasi matahari secara langsung pada buah akan mengakibatkan kerusakan fisiologis berupa luka bakar pada bagian buah yang terkena.
Bedasarkan tabel 1 juga dapat diketahui bahwa perlakuan pembungkusan pada buah apel tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kekerasan buah apel. Hal tersebut disebabkan pada saat pembungkusan buah bungkus yang digunakan tidak terpasang dengan benar sehingga masih banyak rongga yang terdapat pada bungkus tersebut. Menurut Damayanti (2000) peningkatan kekerasan buah disebabkan oleh perbedaan proses fisiologis sebagai akibat peningkatan suhu ruang pembungkus.  Pendapat tersebut didukung oleh Soemargono dkk (1995) pembungkusan menggunakan plastik putih  dan kertas semen menunjukkan suhu dalam ruang pembungkus meningkat rata-rata 4,60 C lebih tinggi dari pada suhu luar pembungkus. Kurang rapatnya pembungkusan buah mengakibatkan suhu dalam kantong pembungkus tidak menentu dan mengakibatkan respirasi dan transpirasi sel-sel buah tidak terjadi dengan baik. Menurut Ryugo (1988) energi yang dibutuhkan untuk proses pembelahan sel buah berkurang dan sebagai akibatnya buah memiliki ukuran, bobot dan tingkat kekerasan yang rendah.


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum teknologi pembungkusan buah apel pra panen adalah :
1.    Total padatan terlarut terbaik adalah pada perlakuan kertas putih sebesar 15,33 Brix.
2.    Perlakuan pembungkusan buah menunjukkan adanya pengaruh tidak nyata terhadap kadar klorofil dan tingkat kekerasan buah apel.

5.2    Saran

Dalam melaksanakan praktikum dan pengamatan hendaknya lebih serius dan memperhatikan petunjuk/arahan dari asisten agar meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu hendaknya praktikan membaca dahulu materi praktikum sebelum melaksanakan praktikum agar pada saat praktikum tidak terlalu banyak bertanya tentang proses praktikumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Andre. 2011. Fisiologi Apel. (online) http://andre4088.blogspot.co.id. Diakses pada 15 November 2015.
Basuki. 1994. Pengaruh Bahan Pembungkus Terhadap Kerusakan Buah Jambu Biji oleh Serangan Lalat Buah. Prosiding Simposium Hortikultura Nasional.   Hal : 508 - 512.
Bumbungan. 2011. Laporan Praktikum Buah dan Biji. (online) http://noberanagbio.blogspot.co.id. Diakses pada 26 November 2015.
Damayanti, M. 2000. Pengaruh Kenis Pembungkusan Dan Saat Pembungkusan Terhadap Kualitas Buah Jambu Air. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Gardner, FTP., R.B, Pearce and R.L. Mitchel. 1991. Physiology of Crop Plants. (Terjemahan). UI Press. Jakarta. 517 hal.
Hill, D.S. 1975* Agriculture Insect Pest of the Tropics. Cambridge Univ. Press. 747 p.
Irawan, D. 2007. Potensi Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Bedasarkan Aspek Agroklimat Di Jawa Timur. Departemen Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. P. T. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. 701 p.
Kusuma, M. 2013. Fisiologi Tumbuhan. (online) http://mitakd.blogspot.co.id. Diakses pada 3 Desember 2015.
Muhadjir, I. 1994. Manfaat Pembrongsongan Pisang Ambon Kuning dari Mulai Pembentukan Buah Sampai Siap Panen Terhadap Mutu Segarnya. Prosiding Simposium Hortikultura Nasional. Hal : 508 - 512.
Nasir, N. Jumjunidang dan Harlion. 1991. Pengaruh Pembungkusan Terhadap Penampakan Kulit Buah Pisang Varietas Buai/Ambon, Barangan dan Raja Serai. Penelitian Hortikultura. 4 (3) : 42 — 48.
Nurwansyah. 2011. Pembungkusan Buah Pada Tanaman Hortikultura. (online) http://wahanapertanian.blogspot.co.id. Diakses pada 25 November 2015.
Rusdianto, U. 1995, Pengaruh Umur Petik dan Pembungkusan Tandan Terhadap Mutu Buah Pisang Kepok. Penelitian Hortikultura. 7 (l) : 54 — 61.
Ryugo,K.1988. Fruit Culture : It's Science and Art. John Wiley & Sons, Inc. New York. 344 p.


Sitompul, S.M. 2007. Kendala Produktivitas Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) di Wilayah Malang Raya. Seminar hasil penelitian PHK A2. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Suhardjo. 1985. Pengaruh umur petik dan penyimpanan suhu ruang terhadap sifat-sifat buah apel (Malus sylvestris  L). kultivar  Rome Beauty (Tesis). Program Pascasarjana. IPB.  
Suhaya, D. 2008. Membungkus Buah Cara Efektif Melawan Lalat Buah. (online) http://dedesuhaya.blogspot.co.id. Diakses pada 20 November 2015.
Sulistyawan. B. 2011. Pengandalian Lalat Buah Jambu Air. (online) http://budisulist.blogspot.co.id. Diakses pada 23 November 2015.
Soemargono, A, Harlion, dan K. Mukminin. 1995. Pengaruh Jenis Pemungkus dan Saat Pembungkusan Buah Pisang Terhadap Keefektifan Pengendalian Trips (Chaetanaphothrips signipennis). Penelitian Hortikultura. 7(1) : 29-35.
Sutopo. 2013. Panduan Budidaya Apel Di Indonesia. (online) https://kpricitrus.wordpress.com. Diakses pada 24 November 2015.
Vijaysegaran, S. 1996. Fruit Fly Management in Tropical Fruit Cultivation. Proceeding of the International Conference on Tropical Fruits. Malaysian Agricultural Research and Development Institute. Malaysia. p : 253 — 257.





Lampiran 1. Dokumentasi Teknologi Pembungkusan Buah Apel Pra-Panen (1)

Gambar 1. Mengamati kadar klorofil
 Buah
Gambar 2. Mengamati Padatan Terlarut
 buah
Gambar 3. Hasil Pengamatan Padatan
 Terlarut
Gambar 4. Sampel Buah 1
Gambar 5. Sampel Buah 2
Gambar 6. Sampel Buah 3

Lampiran 2. Dokumentasi Teknologi Pembungkusan Buah Apel Pra-Panen (2)

Gambar 7. Sampel Buah 4
Gambar 8. Sampel Buah 5
Gambar 9. Sampel Buah 6
Gambar 10. Memetik Apel Dari Pohon
Gambar 11. Menimbang Berat Apel
 Keseluruhan
Gambar 12. Mengamati Tingkat
Kekeran Buah




Lampiran 2. Analisis Ragam Padatan Terlarut, Kadar Klorofil, dan Tingkat  

 Kekerasan Buah.

Tabel 2. Analisis Ragam Padatan Terlarut Buah
sk
Db
Jk
kt
f.hit
f.tabel
5%
1%
k
5
13.9
2.78
0.65
ns
2.71
4.10
p
4
71.67
17.92
4.17
*
2.87
4.43
g
20
85.93
4.30
total
29
171.5





Kk
14.30




Tabel 4. Analisis Ragam Kadar Klorofil Buah
sk
Db
Jk
kt
f.hit
f.tabel
5%
1%
k
5
61.44
12.29
0.94
ns
2.71
4.10
p
4
89.97
22.49
1.72
ns
2.87
4.43
g
20
261.54
13.08
total
29
412.95



kk
46.56




Tabel 5. Analisis Ragam Tingkat Kekerasan Buah
sk
Db
Jk
Kt
f.hit
f.tabel
5%
1%
k
5
11015.47
2203.09
1.61
ns
2.71
4.10
p
4
11827.13
2956.78
2.16
ns
2.87
4.43
g
20
27376.87
1368.84
total
29
50219.47



Kk
7.69




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Faiez Blog's - Powered by Pena Media - Designed by Akhiefaiez -