- Back to Home »
- Makalah »
- Makalah Difusi-Osmosis dan Penyerapan Unsur Hara
Posted by : Faizin
Kamis, 25 Desember 2014
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Difusi-Osmosis
Dan Penyerapan Hara
Penyusun :
Kelompok 1
Agroteknologi III D
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
1.1 Latar
Belakang
Difusi adalah
peristiwa fisika bergerak/ berpindahnya suatu molekul dari konsentrasi tinggi
ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contohnya yang sederhana adalah pemberian
gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan akan menjadi manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Osmosis adalah
suatu bentuk difusi dimana terjadi perpindahan suatu molekul/ pelarut melalui
membran permeabel selektif dari bagian yang berkonsentrasi rendah menuju ke
bagian yang berkonsentrasi tinggi.membran semipermiabel harus dapat ditembus
oleh pelarut, tapi tidak boleh zat pelarut, yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat
secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian konsentrasi yang lebih
rendah.
Potensial osmotik terjadi karena adanya zat terlarut
dalam pelarut dan energi dalam larutan tersebut merupakan interaksi antara zat
terlarut dengan zat pelarut, jika air masuk dalam sel maka akan
menimbulkan tekanan pada mmbrn plasma dan sebagai aksi dari dinding sel
terhadap tekana tersbut maka timbullah tekanan yang disebut tekanan turgor.
Potensial air merupakan suatu pernyataan dari status
energy bebas air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam
suatu system, seperti pada jaringan tumbuhan, tanah, atmosfir atau dari suatu
bagian ke bagian lain dalam suatu system. Potensial air penting untuk diketahui
agar dapat mengerti pergerakan air di dalam system tumbuhan. Air di dalam jaringan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Potensial air di dalam jaringan tumbuhan dapat ditentukan
dengan cara merendam potongan jaringan tumbuhan dalam dalam larutan sukrosa
atau larutan non elektrolit yang diketahui konsentrasinya. Untuk dapat
mengetahui keadaan potensial air dan pergerakan air di dalam jaringan tumbuhan
maka dilakukan praktikum pengukuran potensial air di dalam jaringan tumbuhan
dengan menggunakan potongan kentang (Solanum tuberosum) yang direndam dalam
larutan sukrosa dengan beberapa konsentrasi yang berbeda
.1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mnemukan fakta mengenai gejala difusi dan osmosis,
mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi, arah geraka air
pada peristiwa difusi osmosis.
2. Mahasiswa dapat mengukur nilai potensial air di dalam jaringan tanaman kentang (Solanum
tuberosum).
II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Difusi-Osmosis
Difusi merupakan suatu
proses penyebaran molekul-molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh suatu gaya
yang identik dengan energi kinetik. Gas, zat cair dan zat padat
molekul-molekulnya ada kecenderungan untuk menyebar ke segala arah sampai
mencapai konentrasi yang sama. (TIM DOSEN PEMBINA, 2012). Difusi dapat terjadi
karena gerakkan acak yang berjalan secara kontinu atau berlanjut yang menjadi
ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Tiap molekul
bergerak secara lurus sampai ia bertabrakkan dengan molekul glukosa lain,
dengan molekul air atau selulosa (Kimball, 1983; 122).
Difusi terjadi dari ruang yang berkosentrasi lebih tinggi
ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah, apabila kedua benda dipisahkan oleh
membran permeabel terhadap zat tersebut. Difusi berlangsung menurut konsentrasi
dari suatu gradient atau suatu kemiringan. Proses ini pada umumnya terdapat
pada sel seperti perembesan oksigen, karbondioksida, glukosa, asam amino dan
garam mineral ( Yatim, 1974; 60).
Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi
melalui materi lain. Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel
selalu bergerak oleh agitasi thermal. Walaupun sesungguhnya gerak tersebut
merupakan gerak acak tanpa arah tertentu, namun secara keseluruhan ada arah neto
dimana entropi akan meningkat. Difusi merupakan proses irreversible. Pada fasa
gas dan cair, peristiwa difusi mudah terjadi; pada fasa padat difusi juga
terjadi walaupun memerlukan waktu lebih lama (Utari, 2011).
Pada hakekatnya osmosis adalah suatu proses difusi. Para
ahli kimia mengatakan bahwa osmosia adalah difusi dari tiap pelarut melalui
suatu selaput yang permeabel secara diferensial. Membran sel yang meloloskan
molekul tertentu, tetapi menghalangi molekul lain di katakn permeabel secara
deferensial (Kimball, 1983; 123). Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam
biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat
ditransportasikan ke
dalam dan ke luar sel. Osmosis
terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis
adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya
air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi
melalui sebuah membran semipermeable. Membran semipermeable ini menunjuk ke
membran sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian
dari membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi
yang seimbang tercapai di kedua sisi membrane (Agrica, 2009).
2.2 Mengukur
Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Air
merupakan 85 – 95 % berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel, air
diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan
untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis; dan air dapat
menyebabkan terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan
untuk aktivitas katalisnya. Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan
apabila tidak diberikan air secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat
menyebabkan kematian (Syarif, 2009).
Salah satu cirri yang
memebedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah adanya dinding sel.
Dinding sel terdiri atas dinding primer dan dinding sekunder, antara dinding
primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya terdapat lamella
tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel sacra bersama-sama
untuk membentuk jaringan ( Adnan,2008).
Hubungan
antar potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmosis karena osmosis
merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat tersedianya difusi
dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel
atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat yang
berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel
maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan
proses osmosis (Heddy, 1987).
Pada
fisiologi tanaman hal biasa
untuk menunjukkan energi bebas yang di kandung di dalam air adalah dalam bentuk
potensial air (ψ). Definisi dari potensial air adalah energi per unit volume
air, potensial air berbanding lurus dengan suhunya (Fitter, A.h 1981).
Potensial
osmotik merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi yang terlrut.
Potensial osmotic selalu memiliki nilai negative, hal ini disebabkan karena
cenderung bergerak menyebrangi membrane semi permeable dari air murni menuju
air yang mengandung zat terlarut (Lambers, dkk, 1998).
Besar
jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oelah 4 macam komponen
potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi
bergantung pada air didalam daerah gravitasi, potensial matriks bergantung pada
kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung pada
hidrostatik atau tekanan
angin dalam air (Deragon, 2005).
2.3 Mengukur
Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Lebih dari 90% tubuh tumbuhan berupa air. Air ini berpartisipasi,
baik secara langsung maupun tidak langsung pada semua reaksi metabolik.
Molekul-molekul air satu dengan yang lainnya saling berasosiasi (kohesi) dan
melekat pada permukaan berbagai jenis benda (adesi). Karena adanya kohesi dan
adesi ini air bergerak naik dalam tumbuhan. Dalam tubuh tumbuhan zat-zat dapat
terdistribusi kedalam tubuh melalui 3 cara yaitu difusi, osmosis, dan imbibisi.
Pergerakan bahan ke dalam tumbuhan dari sekelilingnya dilakukan terutama
melalui difusi. Misalnya adalah gas karbondioksida dan oksigen dari atmosfer
berdifusi ke dalam tumbuhan melalui stomata, kemudian air serta garam-garam
mineral juga memasuki tubuh tumbuhan dengan jalan difusi. Osmosis
dipandang sebagai tipe difusi khusus yang melibatkan pergerakan air melalui membran
semi permeable dari daerah konsebtrasi air tinggi ke daerah dngan konsentrasi
air rendah. Adanya peristiwa osmosis inilah yang menyebabkan terjadinya
plasmolisis pada sel tumbuhan (Mimbar, 1991).
Faktor yang penting dalam sistem osmotik yang sebenarnya
berlawanan dengan osmometer sempurna. Pada waktu air berdifusi melintasi
membran pada sistem yang sebenarnya, air itu tidak hanya menyebabkan naiknya
tekanan, tapi juga mengencerkan larutan. Dengan adanya kejadian itu, potensial
osmotik dalam larutan meningkat (membuatnya kurang negatif) sehingga tekanan
yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan akan kurang dibandingkan dengan
semula diperkirakan dari potensial osmotik awal. Potensial osmotik larutan
bernilai negatif, karena air pelarut dalam laruan itu melakukan kerja kurang
dari air murni (Salisbury dan Ross, 1995).
Jika sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik),
sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini
layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis:
tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di manaprotoplasma sel
terkelupas dari dinding
sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis -
runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel
tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air
secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di
larutan hipotonik.
Proses sama pada sel hewan disebut krenasi.
Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada
larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau
sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas (Anonim,
2009).
Dalam difusi air menjadi medium gerakan hara terlarut.
Zat hara terlarut bergerak dari tempat yang berlarutan lebih pekat (tanaman
yang osmosanya tinggi) ke tempat yang berlarutan lebih encer (tekanan osmosa
rendah). Akar menyerap larutan hara, sehingga larutan tanah di sekitar akar
menjadi encer dari yang berada jauh dari akar. Timbul suatu landaian kepekatan
larutan hara, yang menjadi pengaendali gerakan difusi zat hara
terlarut menuju akar. Dalam serapan langsung oleh akar, ion hara di serap akar
lewat pertukaran ion antara akar dan larutan tanah atau antara akar
dan kompleks serapan tanah. Ion hara yang sampai permukaan akar
melalui antara aliran massa atau difusi juga di serap dengan pertukaran ion.
Aliran massa dan difusi memperluas jangkauan akar memperoleh hara, karena
dengan dua macam bantuan mekanisme tersebut zat hara tidak perlu menepel pada
permukaan akar untuk dapat di serap. Kalau sampai menempel dapat merusak akar .
(Tejoyuwono, et. al., 2006).
Makin besar perbedaan konsentrasi air pada kedua sisi
dinding selaput, makin besar kecenderungan terjadinya osmosis, dan dengan
demikian makin besar tekanan osmosis. Dan jika kolom molase itu berhenti naik,
kita mendapatkan suatu ukuran kasar tentang besarnya tekanan osmosis sistem
tersebut. Tekanan berat dari kolom air akhirnya mengimbangi tekanan osmosis dan
dengan demikian proses osmsis berhenti. Konsentrasi disebelah menyebelah
selaput masih belum sama. Tetapi peningkatan tekanan pada permukaan dalam dari
selaput yang disebabkan oleh berat kolom molase, menyebabkan molekul air
terdesak kembali melalui pori selaput. Jika kecepatan desakan keluar air ini
seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi, maka
proses osmosis berhenti (Muslimah, et. al., 2002).
Respon dari potensial osmotic untuk merubah potensial air
dalam spikelet dan genotipe daun-daun gandum telah dipelajari dalam sebuah
kontrol lingkungan. Terbukti bahwa ada penyesuaian osmotik di dalam daun oleh
genotipe tertentu, inilah yang nampak terjadi dalam spikelet untuk semua
genotipe. Spikelet juga berbeda dengan daun-daun yang potensial osmotik pada
tekanan turgor penuhnya senantiasa tinggi. Selama pertumbuhan, level dari
potensial osmotik diamati di dalam spikelet dari beberapa gen hingga 1.1 M.Pa
lebih besar dari penyesuaian potensial air (Morgan, 2006).
III METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Difusi – Osmosis
Alat yang digunakan Pada praktikum ini meliputi
Cawan petri, pelubang gabus, pipa kaca berskala, pisau. Sedangkan bahan-bahan
yang diperlukan antara lain kentang, gula, dan aquades.
3.1.2. Mengukur
Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah cutter, pelobang gabus 0.6 cm, botol fial
50 ml, penggaris.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah umbi kentang.
3.1.3.
Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Alat yang digunakan pada praktikum ini
melitputi petridish, botol timbang, kertas saring, oven, timbangan analitis,
dan pelubang gabus. Sedangkan unuk bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
meliputi aquades, tanaman yang selalu kecukupan air, dan tanaman yang kekurangan
air/ layu.
3.1 Prosedur Kerja
3.2.1
Difusi-Osmosis
1. Menyiapkan seri larutan gula : 25 %, 50%, dan 100%.
Menganggap larutan jenuh 100%.
2. Membuat potongan wortel / kentang dalambentuk kubus
dengan sisi 3 cm, sebanyak 3 potong.
3. Pada
bidang atas sayatan, membuat dua lubang dengan pelubang gabus dengan kedalaman
2 cm (ukuran lubang disesuaikan dengan pipa kaca yang akan digunakan). Gunakan
jarum preparat untuk mengangkat jaringan kentang setelah di bor dengan pelubang
gabus.
4. Memasukkan
pipa kaca berskala ke dalam lubang yang telah disiapkan. Usahakan jangan sampai
bocor.
5. Pada
salah satu lubang dari ketiga potongan kentang, memasukkan larutan gula secara
berturutan 25%, 50%, dan 100%, sampai batas skala 0,5 cm daripermukaan
pipa.pada satu lubang yang lain, memasukkan aquades sampai pada batas skala
nyang sama sebagai kontrolnya.
6. Mengamati
perubahan atau pertambahan volume air pada semua pipa kaca tersebut
setiap 6 jam.
7. Membuat grafik
hubungan antara konsentrasi larutan gula dengan pertambahan volume cairan dalam
pipa kaca.
3.2.2 Mengukur Potensial Osmotik
dan Potensial Air Jaringan
1. Memuat
silinder umbi kentang dengan ukuran 4 cm sebanyak 20 buah dengan menggunakan
pelubang gabus.
2. Memasukkan 4 poton silinder kentang kedalam seri
larutan sukrosa 30 ml ; 0,0 ml ; 0,4 ml ; 0,8 ml ; 1,2 ml ; 1,6 ml ; 2,0 ml.
3. Mengerjakan dengan cepat agar memperkecil terjadinya
penguapan pada permukaan silinder kentang.
4. Menutup rapat botol dan biarkan selama 40 menit.
5. Mengambil dan mengukur panjang potongan-potongan
kentang tadi
3.2.3 Mengukur Potensial Osmotik
dan Potensial Air Jaringan
1. Membuat
silinder umbi kentang ukuran 4 cm sebanyak 24 buah.
2. Memasukan 4 potong silinder kentang kedalam seri
larutan sukrosa 30 ml. 0,0 M : 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M ; 2,0 M.
3. Menutup rapat botol tersebut dengan Alluminium foil
dan membiarkan selama 40 menit.
4. Mengambil umbi kentang tersebut setelah 40 menit dan
mengukur kembali panjang kentang tersebut.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Difusi-Osmosis
Data Hasil
Praktikum Difusi Osmosis
Tabel 1. Pengamatan Difusi Osmosis Kelompok 1
6
Jam ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Keterangan
|
Konsentrasi
|
|||||
100%
|
Tetap
|
-
|
-
|
-
|
Luber
|
50%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
25%
|
Tetap
|
-
|
-
|
-
|
Luber
|
Kontrol
|
1 cm
|
3,2 cm
|
4,2 cm
|
5,2 cm
|
Berkurang
|
Tabel 2. Pengamatan Difusi Osmosis Kelompok
2
6
Jam ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Keterangan
|
Konsentrasi
|
|||||
100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
50%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
25%
|
Tetap
|
-
|
-
|
-
|
Luber
|
Kontrol
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
Tabel 3. Pengamtan Difusi Osmosis Kelompok
3
6
Jam ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Keterangan
|
Konsentrasi
|
|||||
100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
50%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
Kontrol
|
0,2 cm
|
1,1 cm
|
2,1 cm
|
3,2 cm
|
Berkurang
|
Tabel 4. Pengamatan Difusi Osmosis Kelompok
4
6
Jam ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Keterangan
|
Konsentrasi
|
|||||
100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
50%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Luber dari awal
|
25%
|
6,5 cm
|
12,5 cm
|
-
|
-
|
Luber
|
Kontrol
|
11 cm
|
-
|
-
|
-
|
Luber
|
Keterangan :
·
Untuk kelompok 1; data
kelompok 1 adalah ulangan I, kelompok 2 adalah ulangan II, kelompok 3 adalah
ulangan III, dan kelompok 4 adalah ulangan IV
·
Untuk kelompok 2; data kelompok
2 adalah ulangan I, kelompok 3 adalah ulangan II, kelompok 4 adalah ulangan
III, dan kelompok 1 adalah ulangan IV
·
Untuk kelompok 3; data
kelompok 3 adalah ulangan I, kelompok 4 adalah ulangan II, kelompok 1 adalah
ulangan III, dan kelompok 2 adalah ulangan IV
·
Untuk kelompok 4; data
kelompok 4 adalah ulangan I, kelompok 1 adalah ulangan II, kelompok 2 adalah
ulangan III, dan kelompok 3 adalah ulangan IV
4.1.2 Mengukur
Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
a. Data
Pengamatan
Tabel 5. Kelompok 1
No
|
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
|
|||||
0,0 M
|
0,4 M
|
0,8 M
|
1,2 M
|
1,6 M
|
2,0 M
|
|
1.
|
3,2
|
2,9
|
2,7
|
2,7
|
2,8
|
2,6
|
2.
|
3,2
|
3
|
2,8
|
2,7
|
2,7
|
2,6
|
3.
|
3,1
|
3
|
2,7
|
2,7
|
2,7
|
2,6
|
4.
|
3,2
|
2,9
|
2,8
|
2,7
|
2,7
|
2,7
|
Rerata
|
3,175
|
2,95
|
2,75
|
2,7
|
2,725
|
2,625
|
Tabel 6. Kelompok 2
No
|
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
|
|||||
0,0 M
|
0,4 M
|
0,8 M
|
1,2 M
|
1,6 M
|
2,0 M
|
|
1.
|
3,1
|
2,9
|
2,9
|
2,8
|
2,9
|
2,9
|
2.
|
3,1
|
3,1
|
2,8
|
2,9
|
3
|
2,9
|
3.
|
3,05
|
3,0
|
2,85
|
2,8
|
3
|
2,9
|
4.
|
3,1
|
3,1
|
2,9
|
2,9
|
2,9
|
2,9
|
Rerata
|
3,0875
|
3,025
|
2,8625
|
2,85
|
2,95
|
2,9
|
Tabel 7. Kelompok 3
No
|
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
|
|||||
0,0 M
|
0,4 M
|
0,8 M
|
1,2 M
|
1,6 M
|
2,0 M
|
|
1.
|
3,1
|
3,1
|
3,1
|
2,6
|
3,1
|
2,8
|
2.
|
3,2
|
3,05
|
3,1
|
2,9
|
2,9
|
2,8
|
3.
|
3,3
|
3.1
|
2,9
|
2,6
|
3
|
2,8
|
4.
|
3,2
|
3
|
3
|
2,8
|
2,9
|
3
|
Rerata
|
3,2
|
3,06
|
3,025
|
2,725
|
2,97
|
2,85
|
b. Grafik
Hubungan Panjang Umbi & Konsentrasi Larutan Sukrosa
4.1.3 Mengukur
Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Tabel 8. Hasil Pengamatan Potensial Osmotik dan
Potensial Air Jaringan
Perlakuan
|
Variabel Pengamatan
|
||
BS
|
BT
|
BK
|
|
T1D1
|
0,13
|
0,157
|
0,015
|
T2D2
|
0,733
|
0,906
|
0,158
|
T1D2
|
0,576
|
0,665
|
0,091
|
T2D1
|
0,103
|
0,150
|
0,018
|
Keterangan :
T1 = Tanaman Segar D1
= Daun Berdiameter 1
T2 = Tanaman Layu D2
= Daun Berdiameter 2
Perhitungan
·
T1D1
TR =
x 100% =
x 100% =
80,98%
WB =
x 100% =
x 100% =
19,01%
·
T2D2
TR =
x 100% =
x 100% =
76,87%
WB =
x 100% =
x 100% =
23,12%
·
T1D2
TR =
x 100% =
x 100% =
84,49%
WB =
x 100% =
x 100% =
15,50%
·
T2D1
·
TR =
x 100% =
x 100% =
64,39%
·
WB =
x 100% =
x 100% =
35,60%
4.2 Pembahasan
4.1.1 Difusi-Osmosis
Difusi terjadi dari ruang yang berkosentrasi lebih
tinggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah, apabila kedua benda
dipisahkan oleh membran permeabel terhadap zat tersebut. Difusi berlangsung
menurut konsentrasi dari suatu gradient atau suatu kemiringan. Proses ini pada
umumnya terdapat pada sel seperti perembesan oksigen, karbondioksida, glukosa,
asam amino dan garam mineral ( Yatim, 1974; 60).
Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di
mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah
ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran semipermeable. Membran
semipermeable ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang memiliki
struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent”
berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi
membrane (Agrica, 2009).
Pada praktikum kali ini kita mendapatkan hasil yang
beragam, ada yang mengalami pertambahan dan kegagalan. Terjadi pertambahan
dikarenakan terjadi proses difusi osmosis itu sendiri, menurut Kustiya (2007)
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah,
sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Dan yang terjadi
kegagalan dikarenakan alat yang dipakai kurang maksimal, sehingga banyak yang
tumpah dan akhirnya proses difusi osmosis tidak terjadi.
4.1.2 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa umbi kentang yang direndam didalam
air memiliki penambahan panjang maupun pengurangan panjang. Pada pengamatan
dengan menggunakan larutan sukrosa dan berbagai konsentrasi yang berbeda
diperoleh data yang berbeda pula meskipun ada beberapa yang memiliki kesamaan.
Pada data kelompok 1 terbukti
bahwa yang memiliki penambahan panjang akhir tertinggi yaitu pada konsentrasi
larutan sukrosa 0,0 M, dengan panjang awal 3 cm menjadi 3,2 cm. Hal ini
disebabkan adanya kemungkinan pada saat perendaman umbi kentang memilii
potensial air yang cukup rendah sehingga larutan sukrosa dapat mengalir secara
difusi kedalam sel umbi kentang tenpa mengalami hambatan, sehingga potensial
air dalam sel umbi kentang meningkat. Panjang akhir rata-rata umbi kentang yang
terendah adalah pada umbi kentang yang direndam pada larutan sukrosa 2,0 M, 0,4
M, 0,8 M, 1,6 M, dan 0,4 M. Hal ini disebabkan karena pembahan potensial air
rendah. Selain itu penurunan juga disebabkan oleh karena larutan sukrosa mampu
menyerap secara osmosis dalam sel itu sendiri sehingga terjadi penyusutan (D.
Dwidjoseputro,1994).
Hal ini juga terbukti pada data
kelompok 2 dan 3, bahwa panjang akhir potongan silinder umbi kentang yang
tertinggi terdapat pada konsentrasi larutan sukrosa 0,0 M. Sedangkan rata-rata
panjang terendah pada konsentrasi larutan 2,0 M.
4.1.3 Mengukur
Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Air merupakan
senyawa yang dibentuk dalam jumlah yang besar, baik untuk
tumbuhan, manusia, maupun hewan. Bagi tumbuhan, air sangat dibutuhkam untuk
perkembangan dari tumbuhan ataupun tanaman tersebut. Pada praktikum pengukuran status air pada tanaman mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui kandungan air dalam suatu jaringan dengan metode berat segar, berat kering dan kandungan air relatif.
tumbuhan, manusia, maupun hewan. Bagi tumbuhan, air sangat dibutuhkam untuk
perkembangan dari tumbuhan ataupun tanaman tersebut. Pada praktikum pengukuran status air pada tanaman mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui kandungan air dalam suatu jaringan dengan metode berat segar, berat kering dan kandungan air relatif.
Air merupakan
komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90 % dari berat daun.
Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada
habitat dan jenis spesies tumbuhan tersebut. Air mampu melarutkan lebih banyak bahan dari zat cair lainnya. Hal ini
sebagian disebabkan karena air memiliki tetapan dielektrik yang termasuk tinggi
yaitu suatu ukuran kemampuan untuk menetralkan tarik-menarik antara muatan
listrik.
Dalam percobaan
dimana bila tanaman segar dipanaskan pada suhu 70-80˚C selama satu atau dua
hari, maka hampir seluruh air di tumbuhan tersebut menguap sementara bahan yang
tertinggal disebut bahan kering. Komponen utama bahan kering adalah
polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah dengan komponen sitoplasma seperti
protein,lipid,asam amino,asam organic, serta unsure tertentu seperti kalium
berbentuk ion yang menjadi bagian tak penting dari senyawa organik pada tubuh
tanaman .
Pada praktikum
ini digunaka sampel tanaman segar dan tanaman layu dengan diameter 1 cm dan 2
cm. Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan didapatkan data T1D1 (TR=
80,98% dan WD = 19,01%), T2D2 (TR= 76,87% dan WD= 23,12%), T1D2 (TR= 84,49% dan
WD= 15,50%) dan T2D1 (TR= 64,39%, dan WD= 35,60%). Dari masing-masing tanaman
memiliki turgiditas relatif dan water dificit yang berbeda-beda.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Dwidjoseputro (1980) yang menyatakan bahwa kadar air dari berbagai macam
tanaman berbeda dimana tanaman herbacius lebih banyak mengandung air dari
tanaman lignosus.
Sedangkan
menurut Salisbury dan Ross (1995), keadaan air tanah sangat mempengaruhi
tingkat transpirasi dan respirasi biar persediaan air dalam tanah berkurang
maka transpirasi jelas akan berkurang sebagai penutupan stomata. Hal ini juga
mempengaruhi benyaknya keberadaan air pada setiap tumbuhan.
V. PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
1. Air sangat dibutuhkan
oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam sel-sel untuk menyusun
jaringan tanaman (70% - 90%).
2. Turgiditas relatif dari tanaman yang disiram tidak
teratur lebih besar dibandingkan tanaman yang disiram teratur.
3. Osmosis
adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya
air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi
melalui sebuah membran semipermeable.
4. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa umbi kentang yang direndam didalam
air memiliki penambahan panjang maupun pengurangan panjang.
5. Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90 %
dari berat daun.
5.2 Saran
Sebaiknya ketika melakukan
praktikum lebih serius dan lebih teliti guna mendapatkan hasil praktikum yang
benar-benar akurat dan sesuai dengan yang ada diliteratur.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
dkk. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga.Jakarta.
Frank,
Salisburi,Ross Cleon W et al.2011. Fisiologi tumbuhan,edisi ke 2.IntitutTeknologi Bandung. Bandung.
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Kimball dan
John. W. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga.Jakarta.
Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Adnan. 2008. Biologi
Sel. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar : Makassar.
Filter,
W.G. 1989. Fisiologi
Lingkungan Tumbuhan. Gadjah mada University press : Yogykarta.
Heddy,S.1982. Biologi
Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
: MalangHeddy,S.1982. Biologi
Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya : Malang.
Lambers,H.F,S. Chapia dan T.L pons. 1998. Physiology. Ecology spinger.
New york hal 150.
Hidayat, Syarif A. 2009. Laporan
Pengukuran Potensial Air Jaringan Tumbuhan. Universitas Negeri Makasaar :
Makassar.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga,
Jakarta.
Mimbar,
S.M. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Lembaga Penelitian Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Morgan,
J.M. 2006. Osmotic adjustment in the spikelets and leaves of wheat. Journal of
Experimental Botany, Agric. Res. Cent., Tamworth,N.S.W., Australia 2340.
Muslimah,
H., Soenoeng, S., Bako.,D. Sriwidodo. 2002. Masa dormansi beberapa varietas /galur padi. Jurnal Agrikam 7(2): 25-27.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1992. Plant Physiology, 4th edition. Wadsworth Publishing Company, Belmont California.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New
York.
Tejoyuwono, N., Soeprapto, S., dan Endang, S.,
2006. Pengelolaan kesuburan
tanah dan peningkatan efisiensi pemupukan. JurnalIlmu Tanah 19 (2): 28- 33.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Malang. Universitas Muhamadiya Malang.
Devlin,
R. M and F. H Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book Corporation
a Subsidiarey of Champion Reinhold inc: New York
Salisbury
and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB : Bandung