Posted by : Faizin Kamis, 25 Desember 2014

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Difusi-Osmosis Dan Penyerapan Hara


Penyusun :
 Kelompok 1
Agroteknologi III D 



  



LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014



1.1 Latar Belakang

Difusi adalah peristiwa fisika bergerak/ berpindahnya suatu molekul dari konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contohnya yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan akan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
Osmosis adalah suatu bentuk difusi dimana terjadi perpindahan suatu molekul/ pelarut melalui membran permeabel selektif dari bagian yang berkonsentrasi rendah menuju ke bagian yang berkonsentrasi tinggi.membran semipermiabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak boleh zat pelarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian konsentrasi yang lebih rendah.
Potensial osmotik terjadi karena adanya zat terlarut dalam pelarut dan energi dalam larutan tersebut merupakan interaksi antara zat terlarut dengan zat pelarut, jika air masuk dalam sel maka akan menimbulkan tekanan pada mmbrn plasma dan sebagai aksi dari dinding sel terhadap tekana tersbut maka timbullah tekanan yang disebut tekanan turgor.
Potensial air merupakan suatu pernyataan dari status energy bebas air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu system, seperti pada jaringan tumbuhan, tanah, atmosfir atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu system. Potensial air penting untuk diketahui agar dapat mengerti pergerakan air di dalam system tumbuhan. Air di dalam  jaringan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Potensial air di dalam jaringan tumbuhan dapat ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan tumbuhan dalam dalam larutan sukrosa atau larutan non elektrolit yang diketahui konsentrasinya.  Untuk dapat mengetahui keadaan potensial air dan pergerakan air di dalam jaringan tumbuhan maka dilakukan praktikum pengukuran potensial air di dalam jaringan tumbuhan dengan menggunakan potongan kentang (Solanum tuberosum) yang direndam dalam larutan sukrosa dengan beberapa konsentrasi yang berbeda


.1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mnemukan fakta mengenai gejala difusi dan osmosis, mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi, arah geraka air pada peristiwa difusi osmosis.
2. Mahasiswa dapat mengukur nilai potensial air di dalam jaringan tanaman kentang (Solanum tuberosum).





II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Difusi-Osmosis

Difusi merupakan suatu proses penyebaran molekul-molekul suatu zat yang ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetik. Gas, zat cair dan zat padat molekul-molekulnya ada kecenderungan untuk menyebar ke segala arah sampai mencapai konentrasi yang sama. (TIM DOSEN PEMBINA, 2012). Difusi dapat terjadi karena gerakkan acak yang berjalan secara kontinu atau berlanjut yang menjadi ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Tiap molekul bergerak secara lurus sampai ia bertabrakkan dengan molekul glukosa lain, dengan molekul air atau selulosa (Kimball, 1983; 122).
            Difusi terjadi dari ruang yang berkosentrasi lebih tinggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah, apabila kedua benda dipisahkan oleh membran permeabel terhadap zat tersebut. Difusi berlangsung menurut konsentrasi dari suatu gradient atau suatu kemiringan. Proses ini pada umumnya terdapat pada sel seperti perembesan oksigen, karbondioksida, glukosa, asam amino dan garam mineral ( Yatim, 1974; 60).
            Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui materi lain. Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh agitasi thermal. Walaupun sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak tanpa arah tertentu, namun secara keseluruhan ada arah neto dimana entropi akan meningkat. Difusi merupakan proses irreversible. Pada fasa gas dan cair, peristiwa difusi mudah terjadi; pada fasa padat difusi juga terjadi walaupun memerlukan waktu lebih lama (Utari, 2011).
            Pada hakekatnya osmosis adalah suatu proses difusi. Para ahli kimia mengatakan bahwa osmosia adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi molekul lain di katakn permeabel secara deferensial (Kimball, 1983; 123). Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke


dalam dan ke luar sel. Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran semipermeable. Membran semipermeable ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membrane (Agrica, 2009).

2.2 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan

Air merupakan 85 – 95 % berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis; dan air dapat menyebabkan terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan untuk aktivitas katalisnya. Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2009).
Salah satu cirri yang memebedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinding primer dan dinding sekunder, antara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer  dari sel tetangganya terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel sacra bersama-sama untuk membentuk jaringan ( Adnan,2008).
Hubungan antar potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmosis karena osmosis merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat tersedianya difusi dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmosis (Heddy, 1987).
Pada fisiologi tanaman  hal biasa untuk menunjukkan energi bebas yang di kandung di dalam air adalah dalam bentuk potensial air (ψ). Definisi dari potensial air adalah energi per unit volume air, potensial air berbanding lurus dengan suhunya (Fitter, A.h 1981).
Potensial osmotik merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya materi yang terlrut. Potensial osmotic selalu memiliki nilai negative, hal ini disebabkan karena cenderung bergerak menyebrangi membrane semi permeable dari air murni menuju air yang mengandung zat terlarut (Lambers, dkk, 1998).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oelah 4 macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi, potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung pada hidrostatik  atau tekanan angin dalam air (Deragon, 2005).

2.3 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan

Lebih dari 90% tubuh tumbuhan berupa air. Air ini berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung pada semua reaksi metabolik. Molekul-molekul air satu dengan yang lainnya saling berasosiasi (kohesi) dan melekat pada permukaan berbagai jenis benda (adesi). Karena adanya kohesi dan adesi ini air bergerak naik dalam tumbuhan. Dalam tubuh tumbuhan zat-zat dapat terdistribusi kedalam tubuh melalui 3 cara yaitu difusi, osmosis, dan imbibisi. Pergerakan bahan ke dalam tumbuhan dari sekelilingnya dilakukan terutama melalui difusi. Misalnya adalah gas karbondioksida dan oksigen dari atmosfer berdifusi ke dalam tumbuhan melalui stomata, kemudian air serta garam-garam mineral juga memasuki tubuh tumbuhan  dengan jalan difusi. Osmosis dipandang sebagai tipe difusi khusus yang melibatkan pergerakan air melalui membran semi permeable dari daerah konsebtrasi air tinggi ke daerah dngan konsentrasi air rendah. Adanya peristiwa osmosis inilah yang menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel tumbuhan (Mimbar, 1991). 
Faktor yang penting dalam sistem osmotik yang sebenarnya berlawanan dengan osmometer sempurna. Pada waktu air berdifusi melintasi membran pada sistem yang sebenarnya, air itu tidak hanya menyebabkan naiknya tekanan, tapi juga mengencerkan larutan. Dengan adanya kejadian itu, potensial osmotik dalam larutan meningkat (membuatnya kurang negatif) sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan akan kurang dibandingkan dengan semula diperkirakan dari potensial osmotik awal. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam laruan itu melakukan kerja kurang dari air murni (Salisbury dan Ross, 1995).
Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di manaprotoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas (Anonim, 2009).
Dalam difusi air menjadi medium gerakan hara terlarut. Zat hara terlarut bergerak dari tempat yang berlarutan lebih pekat (tanaman yang osmosanya tinggi) ke tempat yang berlarutan lebih encer (tekanan osmosa rendah). Akar menyerap larutan hara, sehingga larutan tanah di sekitar akar menjadi encer dari yang berada jauh dari akar. Timbul suatu landaian kepekatan larutan hara, yang menjadi pengaendali  gerakan difusi zat hara terlarut menuju akar. Dalam serapan langsung oleh akar, ion hara di serap akar lewat pertukaran ion antara akar dan larutan tanah atau antara akar dan  kompleks serapan tanah. Ion hara yang sampai permukaan akar melalui antara aliran massa atau difusi juga di serap dengan pertukaran ion. Aliran massa dan difusi memperluas jangkauan akar memperoleh hara, karena dengan dua macam bantuan mekanisme tersebut zat hara tidak perlu menepel pada permukaan akar untuk dapat di serap. Kalau sampai menempel dapat merusak akar . (Tejoyuwono, et. al., 2006).
Makin besar perbedaan konsentrasi air pada kedua sisi dinding selaput, makin besar kecenderungan terjadinya osmosis, dan dengan demikian makin besar tekanan osmosis. Dan jika kolom molase itu berhenti naik, kita mendapatkan suatu ukuran kasar tentang besarnya tekanan osmosis sistem tersebut. Tekanan berat dari kolom air akhirnya mengimbangi tekanan osmosis dan dengan demikian proses osmsis berhenti. Konsentrasi disebelah menyebelah selaput masih belum sama. Tetapi peningkatan tekanan pada permukaan dalam dari selaput yang disebabkan oleh berat kolom molase, menyebabkan molekul air terdesak kembali melalui pori selaput. Jika kecepatan desakan keluar air ini seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi, maka proses osmosis berhenti (Muslimah, et. al., 2002).
Respon dari potensial osmotic untuk merubah potensial air dalam spikelet dan genotipe daun-daun gandum telah dipelajari dalam sebuah kontrol lingkungan. Terbukti bahwa ada penyesuaian osmotik di dalam daun oleh genotipe tertentu, inilah yang nampak terjadi dalam spikelet untuk semua genotipe. Spikelet juga berbeda dengan daun-daun yang potensial osmotik pada tekanan turgor penuhnya senantiasa tinggi. Selama pertumbuhan, level dari potensial osmotik diamati di dalam spikelet dari beberapa gen hingga 1.1 M.Pa lebih besar dari penyesuaian potensial air (Morgan, 2006).



III METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Difusi – Osmosis
       Alat yang digunakan Pada praktikum ini meliputi Cawan petri, pelubang gabus, pipa kaca berskala, pisau. Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain kentang, gula, dan aquades.
3.1.2. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cutter, pelobang gabus 0.6 cm, botol fial 50 ml, penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah umbi kentang.
3.1.3. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Alat yang digunakan pada praktikum ini melitputi petridish, botol timbang, kertas saring, oven, timbangan analitis, dan pelubang gabus. Sedangkan unuk bahan yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi aquades, tanaman yang selalu kecukupan air, dan tanaman yang kekurangan air/ layu.

3.1 Prosedur Kerja

3.2.1 Difusi-Osmosis
1. Menyiapkan seri larutan gula : 25 %, 50%, dan 100%. Menganggap larutan jenuh 100%.
2. Membuat potongan wortel / kentang dalambentuk kubus dengan sisi 3 cm, sebanyak 3 potong.
3. Pada bidang atas sayatan, membuat dua lubang dengan pelubang gabus dengan kedalaman 2 cm (ukuran lubang disesuaikan dengan pipa kaca yang akan digunakan). Gunakan jarum preparat untuk mengangkat jaringan kentang setelah di bor dengan pelubang gabus.
4. Memasukkan pipa kaca berskala ke dalam lubang yang telah disiapkan. Usahakan jangan sampai bocor.
5. Pada salah satu lubang dari ketiga potongan kentang, memasukkan larutan gula secara berturutan 25%, 50%, dan 100%, sampai batas skala 0,5 cm daripermukaan pipa.pada satu lubang yang lain, memasukkan aquades sampai pada batas skala nyang sama sebagai kontrolnya.


6. Mengamati perubahan atau pertambahan volume air pada semua pipa kaca  tersebut setiap 6 jam.
7. Membuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan gula dengan pertambahan volume cairan dalam pipa kaca.
3.2.2 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
1. Memuat silinder umbi kentang dengan ukuran 4 cm sebanyak 20 buah dengan menggunakan pelubang gabus.
2. Memasukkan 4 poton silinder kentang kedalam seri larutan sukrosa 30 ml ; 0,0 ml ; 0,4 ml ; 0,8 ml ; 1,2 ml ; 1,6 ml ; 2,0 ml.
3. Mengerjakan dengan cepat agar memperkecil terjadinya penguapan pada permukaan silinder kentang.
4. Menutup rapat botol dan biarkan selama 40 menit.
5. Mengambil dan mengukur panjang potongan-potongan kentang tadi
3.2.3 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
1. Membuat silinder umbi kentang ukuran 4 cm sebanyak 24 buah.
2. Memasukan 4 potong silinder kentang kedalam seri larutan sukrosa 30 ml. 0,0 M : 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M ; 2,0 M.
3. Menutup rapat botol tersebut dengan Alluminium foil dan membiarkan selama 40 menit.
4. Mengambil umbi kentang tersebut setelah 40 menit dan mengukur kembali panjang kentang tersebut.



IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Difusi-Osmosis
Data Hasil Praktikum Difusi Osmosis
Tabel 1. Pengamatan Difusi Osmosis Kelompok 1
6 Jam ke-
I
II
III
IV
Keterangan
Konsentrasi
100%
Tetap
-
-
-
Luber
50%
-
-
-
-
Luber dari awal
25%
Tetap
-
-
-
Luber
Kontrol
1 cm
3,2 cm
4,2 cm
5,2 cm
Berkurang
Tabel 2. Pengamatan Difusi Osmosis Kelompok 2
6 Jam ke-
I
II
III
IV
Keterangan
Konsentrasi
100%
-
-
-
-
Luber dari awal
50%
-
-
-
-
Luber dari awal
25%
Tetap
-
-
-
Luber
Kontrol
-
-
-
-
Luber dari awal
Tabel 3. Pengamtan Difusi Osmosis Kelompok 3
6 Jam ke-
I
II
III
IV
Keterangan
Konsentrasi
100%
-
-
-
-
Luber dari awal
50%
-
-
-
-
Luber dari awal
25%
-
-
-
-
Luber dari awal
Kontrol
0,2 cm
1,1 cm
2,1 cm
3,2 cm
Berkurang
Tabel 4. Pengamatan Difusi Osmosis Kelompok 4
6 Jam ke-
I
II
III
IV
Keterangan
Konsentrasi
100%
-
-
-
-
Luber dari awal
50%
-
-
-
-
Luber dari awal
25%
6,5 cm
12,5 cm
-
-
Luber
Kontrol
11 cm
-
-
-
Luber
Keterangan :
·         Untuk kelompok 1; data kelompok 1 adalah ulangan I, kelompok 2 adalah ulangan II, kelompok 3 adalah ulangan III, dan kelompok 4 adalah ulangan IV
·         Untuk kelompok 2; data kelompok 2 adalah ulangan I, kelompok 3 adalah ulangan II, kelompok 4 adalah ulangan III, dan kelompok 1 adalah ulangan IV
·         Untuk kelompok 3; data kelompok 3 adalah ulangan I, kelompok 4 adalah ulangan II, kelompok 1 adalah ulangan III, dan kelompok 2 adalah ulangan IV


·         Untuk kelompok 4; data kelompok 4 adalah ulangan I, kelompok 1 adalah ulangan II, kelompok 2 adalah ulangan III, dan kelompok 3 adalah ulangan IV
4.1.2 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
a. Data Pengamatan
Tabel 5. Kelompok 1
No
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
0,0 M
0,4 M
0,8 M
1,2 M
1,6 M
2,0 M
1.
3,2
2,9
2,7
2,7
2,8
2,6
2.
3,2
3
2,8
2,7
2,7
2,6
3.
3,1
3
2,7
2,7
2,7
2,6
4.
3,2
2,9
2,8
2,7
2,7
2,7
Rerata
3,175
2,95
2,75
2,7
2,725
2,625
Tabel 6. Kelompok 2
No
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
0,0 M
0,4 M
0,8 M
1,2 M
1,6 M
2,0 M
1.
3,1
2,9
2,9
2,8
2,9
2,9
2.
3,1
3,1
2,8
2,9
3
2,9
3.
3,05
3,0
2,85
2,8
3
2,9
4.
3,1
3,1
2,9
2,9
2,9
2,9
Rerata
3,0875
3,025
2,8625
2,85
2,95
2,9
Tabel 7. Kelompok 3
No
Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
0,0 M
0,4 M
0,8 M
1,2 M
1,6 M
2,0 M
1.
3,1
3,1
3,1
2,6
3,1
2,8
2.
3,2
3,05
3,1
2,9
2,9
2,8
3.
3,3
3.1
2,9
2,6
3
2,8
4.
3,2
3
3
2,8
2,9
3
Rerata
3,2
3,06
3,025
2,725
2,97
2,85
b. Grafik Hubungan Panjang Umbi & Konsentrasi Larutan Sukrosa



4.1.3 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Tabel 8. Hasil Pengamatan Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Perlakuan
Variabel Pengamatan
BS
BT
BK
T1D1
0,13
0,157
0,015
T2D2
0,733
0,906
0,158
T1D2
0,576
0,665
0,091
T2D1
0,103
0,150
0,018
Keterangan :
T1 = Tanaman Segar               D1 = Daun Berdiameter 1
T2 = Tanaman Layu                D2 = Daun Berdiameter 2
Perhitungan
·         T1D1
TR =  x 100% =  x 100% = 80,98%
WB =  x 100% =  x 100% = 19,01%
·         T2D2
TR =  x 100% =  x 100% = 76,87%
WB =  x 100% =  x 100% = 23,12%
·         T1D2
TR =  x 100% =  x 100% = 84,49%
WB =  x 100% =  x 100% = 15,50%
·         T2D1
·         TR =  x 100% =  x 100% = 64,39%
·         WB =  x 100% =  x 100% = 35,60%

4.2 Pembahasan

4.1.1 Difusi-Osmosis
Difusi terjadi dari ruang yang berkosentrasi lebih tinggi ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah, apabila kedua benda dipisahkan oleh membran permeabel terhadap zat tersebut. Difusi berlangsung menurut konsentrasi dari suatu gradient atau suatu kemiringan. Proses ini pada umumnya terdapat pada sel seperti perembesan oksigen, karbondioksida, glukosa, asam amino dan garam mineral ( Yatim, 1974; 60).
Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran semipermeable. Membran semipermeable ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membrane (Agrica, 2009).
Pada praktikum kali ini kita mendapatkan hasil yang beragam, ada yang mengalami pertambahan dan kegagalan. Terjadi pertambahan dikarenakan terjadi proses difusi osmosis itu sendiri, menurut Kustiya (2007) Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah, sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Dan yang terjadi kegagalan dikarenakan alat yang dipakai kurang maksimal, sehingga banyak yang tumpah dan akhirnya proses difusi osmosis tidak terjadi.
4.1.2 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa umbi kentang yang direndam didalam air memiliki penambahan panjang maupun pengurangan panjang. Pada pengamatan dengan menggunakan larutan sukrosa dan berbagai konsentrasi yang berbeda diperoleh data yang berbeda pula meskipun ada beberapa yang memiliki kesamaan.
Pada data kelompok 1 terbukti bahwa yang memiliki penambahan panjang akhir tertinggi yaitu pada konsentrasi larutan sukrosa 0,0 M, dengan panjang awal 3 cm menjadi 3,2 cm. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan pada saat perendaman umbi kentang memilii potensial air yang cukup rendah sehingga larutan sukrosa dapat mengalir secara difusi kedalam sel umbi kentang tenpa mengalami hambatan, sehingga potensial air dalam sel umbi kentang meningkat. Panjang akhir rata-rata umbi kentang yang terendah adalah pada umbi kentang yang direndam pada larutan sukrosa 2,0 M, 0,4 M, 0,8 M, 1,6 M, dan 0,4 M. Hal ini disebabkan karena pembahan potensial air rendah. Selain itu penurunan juga disebabkan oleh karena larutan sukrosa mampu menyerap secara osmosis dalam sel itu sendiri sehingga terjadi penyusutan (D. Dwidjoseputro,1994).
Hal ini juga terbukti pada data kelompok 2 dan 3, bahwa panjang akhir potongan silinder umbi kentang yang tertinggi terdapat pada konsentrasi larutan sukrosa 0,0 M. Sedangkan rata-rata panjang terendah pada konsentrasi larutan 2,0 M.
4.1.3 Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Air merupakan senyawa yang dibentuk dalam jumlah yang besar, baik untuk
tumbuhan, manusia, maupun hewan. Bagi tumbuhan, air sangat dibutuhkam untuk
perkembangan dari tumbuhan ataupun tanaman tersebut. Pada praktikum pengukuran status air pada tanaman mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui kandungan air dalam suatu jaringan dengan metode berat segar, berat kering dan kandungan air relatif.
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jenis spesies tumbuhan tersebut. Air mampu melarutkan lebih banyak bahan dari zat cair lainnya. Hal ini sebagian disebabkan karena air memiliki tetapan dielektrik yang termasuk tinggi yaitu suatu ukuran kemampuan untuk menetralkan tarik-menarik antara muatan listrik.
Dalam percobaan dimana bila tanaman segar dipanaskan pada suhu 70-80˚C selama satu atau dua hari, maka hampir seluruh air di tumbuhan tersebut menguap sementara bahan yang tertinggal disebut bahan kering. Komponen utama bahan kering adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah dengan komponen sitoplasma seperti protein,lipid,asam amino,asam organic, serta unsure tertentu seperti kalium berbentuk ion yang menjadi bagian tak penting dari senyawa organik pada tubuh tanaman .
Pada praktikum ini digunaka sampel tanaman segar dan tanaman layu dengan diameter 1 cm dan 2 cm. Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan didapatkan data T1D1 (TR= 80,98% dan WD = 19,01%), T2D2 (TR= 76,87% dan WD= 23,12%), T1D2 (TR= 84,49% dan WD= 15,50%) dan T2D1 (TR= 64,39%, dan WD= 35,60%). Dari masing-masing tanaman memiliki turgiditas relatif dan water dificit yang berbeda-beda.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1980) yang menyatakan bahwa kadar air dari berbagai macam tanaman berbeda dimana tanaman herbacius lebih banyak mengandung air dari tanaman lignosus.
Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995), keadaan air tanah sangat mempengaruhi tingkat transpirasi dan respirasi biar persediaan air dalam tanah berkurang maka transpirasi jelas akan berkurang sebagai penutupan stomata. Hal ini juga mempengaruhi benyaknya keberadaan air pada setiap tumbuhan.



V. PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan

1. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam sel-sel untuk menyusun jaringan tanaman (70% - 90%).
2. Turgiditas relatif dari tanaman yang disiram tidak teratur lebih besar  dibandingkan tanaman yang disiram teratur.
3. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran semipermeable.
4. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa umbi kentang yang direndam didalam air memiliki penambahan panjang maupun pengurangan panjang.
5. Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90 % dari berat daun.

5.2 Saran

Sebaiknya ketika melakukan praktikum lebih serius dan lebih teliti guna mendapatkan hasil praktikum yang benar-benar akurat dan sesuai dengan yang ada diliteratur.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga.Jakarta.
Frank, Salisburi,Ross Cleon W et al.2011. Fisiologi tumbuhan,edisi ke 2.IntitutTeknologi Bandung. Bandung.
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Kimball dan John. W. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga.Jakarta.
Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Adnan. 2008. Biologi Sel. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar : Makassar.
Deragon. 2005. Water Potential. http://www.deragon.com. Diakses pada 08 Januari 2013.
Filter, W.G. 1989. Fisiologi Lingkungan Tumbuhan. Gadjah mada University press : Yogykarta.
Heddy,S.1982. Biologi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya : MalangHeddy,S.1982. Biologi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya : Malang.
Lambers,H.F,S. Chapia dan T.L pons. 1998. Physiology. Ecology spinger. New york hal 150.
Hidayat, Syarif A. 2009. Laporan Pengukuran Potensial Air Jaringan Tumbuhan. Universitas Negeri Makasaar : Makassar.
Anonim. 2009. Plasmolisis. <http://id.wikipedia.org//>. Diakses tanggal 14 Maret 2009.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Mimbar, S.M. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Lembaga Penelitian Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Morgan, J.M. 2006. Osmotic adjustment in the spikelets and leaves of wheat. Journal of Experimental Botany, Agric. Res. Cent., Tamworth,N.S.W., Australia 2340.



Muslimah, H., Soenoeng, S., Bako.,D. Sriwidodo. 2002. Masa dormansi beberapa varietas /galur padi. Jurnal Agrikam 7(2): 25-27.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1992. Plant Physiology, 4th edition. Wadsworth Publishing Company,  Belmont California.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New York.
Tejoyuwono, N., Soeprapto, S., dan Endang, S., 2006. Pengelolaan kesuburan tanah dan peningkatan efisiensi pemupukan. JurnalIlmu Tanah 19 (2): 28- 33.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Malang. Universitas Muhamadiya Malang.
Devlin, R. M and F. H Witham. 1975. Plant Physiology. Rinelang book Corporation a Subsidiarey of Champion Reinhold inc: New York
Salisbury and Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB : Bandung

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Faiez Blog's - Powered by Pena Media - Designed by Akhiefaiez -