- Back to Home »
- Makalah »
- Makalah Biologi Tanah
Posted by : Faizin
Kamis, 25 Desember 2014
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
BIOLOGI TANAH
Oleh :
faizin
sunandar
arofiq
saifullah
ruby
ika
iha
ari
abid
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
1.1 Latar Belakang
Profil tanah adalah penampang
vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk dalam
tanah. Tanah yang terbentuk dipermukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang
berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan , baik secara fisis maupun
kimia yang di bantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah
terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan
air.
Manusia menemukan ciri-ciri tanah
pada tempat tertentu yang berbeda-beda jenis baik warna, tekstur, dan
sebagainya. Misalnya saja tanah yang terbentuk dari batuan pasir cenderung
memiliki kandungan pasir yang tinggi menyebabkan tanahnya kurang subur
dibandingkan dengan tanah yang berasal dari pelapukan batuan.
Pendekatan dengan berbagai macam
praktek baik yang dilakukan dilapangan maupun di laboratorium dengan cara
menganalisa merupakan cara yang baik. Dari analisa tersebut masalah yang
dibahas tentang sifat-sifat fisik tanah dan kimia tanah dapat diketahui dengan
baik pula. Ciri-ciri morfologi profil tanah merupakan petunjuk dari
proses-proses yang hanya dialami oleh satu jenis tanah selama pelapukan dan
perkembangannya. Perbedaan intensitas faktor-faktor pembentuk tanah yang
dapat digunakan untuk menentukan satu jenis tanah.
Tanah merupakan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Tanah dapat digunakan
untuk medium tumbuh tanam-tanaman yang mampu menghasilkan makanan, sandang,
obat-obatan serta keperluan lainnya.Tanah tersusun dari air, udara, dan bagian
padat yang terdiri dari bahan-bahan mineral dan organik yang berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi alam, perbandingan udara dan air selalu
berubah-ubah, tergantung pada iklim dan faktor lainnya.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui meode menentukan kandungan kapur secara
kualitatif.
2.
Mengetahui Kandungan CaCO3 pada tanah dengan cara kualitatif
3.
Mengetahui kandungan
CaCO3 pada tanah dengan cara kuantitatif
4.
Mengetahui kandungan
bahan organik tanah
5.
Menetapkan kadar N
total tanah, menghitung ratio C/N tanah
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penetuan Kadar CaCO3 pada tanah
dengan cara kualitatif
Tujuan utama pengapuran
adalah menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang dikehendaki dan mengurangi atau
meniadakan keracunan Al. Di samping itu juga meniadakan keracunan Fe dan Mn
serta hara Ca. Pengaruh utama kapur terhadap tanah adalah menaikkan pH,
mengurangi kandungan dan kejenuhan Al serta meningkatkan serapan hara dan
produksi tanaman pangan pada umumnya (padi, kedelai, jagung, kacangan lainnya,
tomat, cabai). Pengaruh kapur dapat dinikmati selama beberapa kali panen (4-5
kali) (Komprat, 1970).
Kalsium merupakan kation
yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena dapat mengurangi efek
kemasaman. Sebagai sumber utama kalsium tanah adalah kerak bumi yang didalamnya
terkandung 3,6% Ca. Mineral utama yang banyak mengandung kalsium antara lain
kalsit (CaCO3) dan dolomit [CaMg(CO3)2] yang
merupakan penyusun batuan sedimen limestone dan dolomit (Hakim, 1986).
Adanya kandungan kapur
(CaCO3) bebas, di dalam tanah dapat diketahui dengan meneteskan asam
Chlorida 10% (HCl 2 N). Adanya percikan menandakan adanya kapur bebas, makin
banyak percikannya makin banyak kandungan kapur dalam tanah. Reaksi yang
terjadi (Bale, 2000) :
CaCO3 +
2HCl CaCl2 + H2O + CO2
Bahan kapur pertanian
ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2 atau
MgO dan Ca(OH)2atau Mg(OH)2. Kapur yang disarankan
adalah CaCO3 atau [CaMg(CO3)2] yang
digiling dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati
80-100 mesh (Hakim, 1986).
Setelah kapur diberikan
ke tanah, ia akan segera mengubah sifat dan ciri tanah, perubahan sifat dan
ciri tanah tersebut akan mempengaruhi serapan hara. Selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat dan ciri tanah yang dominan dipengaruhi
reaksi kapur adalah kemasaman tanahnya yang meliputi pH dan Al-dd serta
kejenuhannya (Soepardi, 1983).
Kapur telah lama
diketahui sebagai yang efektif dalam menurunkan kemasaman tanah yaitu
meningkatkan pH tanah, menurunkan Al dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al.
Namun, pergerakan vertikal CaCO3 yang diaplikasi
pada permukaan sangat lambat, kemungkinan karena
kapur melepaskan ion OH` yang dengan cepat dinetralisasi oleh keemasan tanah,
yang meninggalkan Ca2+ tak berteman. Ion Ca2+ tersebut
dapat diserap oleh tapak pertukaran pada permukaan tanah. Dengan demikian inkorporasi
permukaan CaCO3 atau Ca(OH)2 mempunyai pengaruh
yang kecil terhadap Al subsoil dan Al atau Ca. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki subsoil masam perlu inkorporasi kapur sampai kedalaman itu (deep
liming) (Hakim, 1982).
2.2 Menentukan
kadar CaCO3 secara kuantatif
Tanah
merupakan produk sampingan deposit akibat pelapukan kerak bumi dan atau batuan
yang tersingkap dalam matrik tanah. Tanah merupakan campuran partikel-partikel
yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis seperti berangkal (boulders), kerikil
(gravel), pasir (sand), lanau (silt),lempung (clay) dan koloid (colloids)
(Bowles, 1989). Kapur memiliki sifat sebagai bahan ikat antara lain: sifat
plastis baik (tidak getas), mudah dan cepat mengeras, workability baik dan
mempunyai daya ikat baik untuk batu dan bata. Bahan dasar kapur adalah batu
kapur atau dolomit, yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3)
(Tjokrodimuljo,1992).
Penilaian
bahan kapur biasanya didasarkan pada dua pertimbangan yaitu, kemampuan
mengoreksi keasamaan tanah, dan jumlah yang diperlukan untuk mengoreksi
keasaman tanah ini. Kemampuan koreksi atau nilai netralisasi diukur ekuivelen
dengan CaCO3 atau CaO suatu bahan. Ekuivalen CaO sering disebut ekuivalen kapur
oksida atau ekuivalen kapur saja. Ukuran partikel bahan kapur dapat dijadiakn
petunjuk yang baik untuk penentuan jumlah yang diperlukan untuk koreksi
keasaman (Kuswandi, 1993).
Pengapuran
tanah mampu menetralkan senyawa-senyawa beracun dan menekan penyakit tanaman.
Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh
meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah,
maka akan menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi
tanaman. Kapur yang banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan
dolomite (CaMg(CO3)2) (Soepardi, 1983). Selain itu penggunaan kapur bertujuan
untuk menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang dikehendaki dan mengurangi atau
meniadakan keracunan Al.Bahan kapur pertanian ada tiga macam, yaitu CaCO3 atau
CaMg(CO3)2, CaO atau MgO dan Ca(OH)2.
Perbedaan
kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar
lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor
ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/
kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan
karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan
berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan
sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut (Ca, Mg ) memiliki
karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung besarnya air yang
dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi.
Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang
terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam
dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar
kapur tanah dapat berbeda-beda (Wiqoyah, 2006).
2.3 Menentukan
Kandungan Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah adalah kumpulan
beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami
proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi (disebut biotik), termasuk
mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan
organik tanah maupun seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organiki
tanah, baik berupa akar, daun, batang atau ranting, buah sedangkan sumber
sekunder bahan organik berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta
mikroflora. Dalam pengelolaan bahan organic tanah, sumbernya juga berasal dari
pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta
pupuk hayati (inokulan). Bahan organik berperan secara fisik, kimia, dan
biologi ( Hanafiah, 2005).
Bahan organik tanah sangat berperan
dalam hal memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah,
serta untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Bahan organik itu
sendiri merupakan bahan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik
secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK)
berasal dari bahan organik. Bahan organik juga merupakan sumber energi dari
sebagian besar organisme tanah. Sumber bahan organik adalah jaringan tanaman
(sumber sekunder). Kadar bahan organik tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim,
drainase dan pengolahan dari tanah tersebut. Bahan organik ditentukan kadarnya
oleh para peneliti tanah melalui penetapan jumlah unsure karbon organiknya (Hakim
dkk,1986).
Lapisan atas profil tanah biasanya
cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena
penimbunan (akumulasi bahan organik tersebut). Lapisan dengan ciri demikian
sudah umum dianggap sebagai daerah (zone) utama penimbunan lahan organik yang
disebut tanah atas atau tanah olah. Sub soil adalah tanah dibagian bawahnya,
yang mengalami cukup pelapukan, mengandung sedikit bahan organik. Lapisan
organik yang berlainan itu terutama dalam tanah yang sudah mengalami pelapukan di
daerah lermbah ( Buckman, 1982).
Pada tanah dengan drainase buruk,
dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal
ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase
baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga
mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan
padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga
sukar menilainya sendiri. (Hakim dkk, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik
dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban
tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi, dan sifat penyedia
hara. Sedangkan fakto-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik
dikelompokkan jadi 3 (tiga): Sifat vdari bahan tanaman termasuk jenis tanaman,
umur dan komposisi kimia tanah termasuk aerasi , temperature, kelembaban,
kemasaman, dan tingkat kesuburan; faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban
dan temperatur (Miller, 1985).
Bahan organik tidak mutlak
dibutuhkan dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi tanaman yang efisien,
peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik terhadap
pertumbuhan tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik, kimia san biologis
dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia didalam menyediakan N, P dan S untuk
tanaman, peran biologis didalam mempengaruhi aktivitas organisme mikroflora dan
mikrofauna serta peranan fisik dalam memperbaiki struktur tanah. Bahan organik
tanah terdiri dari bahan organic segar hingga humus. Humus adalah bahan yang
biasanya berwarna gelap, dijumpai terutama dilapisan tanah atas yang merupakan
fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil (Indranada, 1994).
2.4 Mengukur
Kadar N Total Tanah
Nitrogen
merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan
berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Sumber N berasal
dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam
tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat
pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh
aktifitas jasad renik tanah.Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan
oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara
2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya
kurang 3 % dari jumlah tersebut. Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu
pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan
klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Nitrogen terdapat di
dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik (Hardjowigeno 2003).
Cara utama
nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang
hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Dalam hal yang terakhir
nitrogen yang diikat digunakan dalam sintesa amino dan protein oleh tanaman
inang. Jika tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas, maka bakteri
pembusuk membebaskan asam amino dari protein, bakteri amonifikasi membebaskan
amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam larutan tanah. Amonium
diserap tanaman, atau diserap setelah dikonversikan menjadi nitrat oleh bakteri
nitrifikasi (Hakim, 1986).
2.4.1 Pengaruh N-Total Terhadap Kesuburan Tanah
Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Pengaruh
jangka panjang pemupukan nitrogen dalam biosfer tidak diketahui, tetapi
pemupukan ini merupakan bahaya yang terpendam bagi pencemaran nitrat terhadap
air tanah dan eutrofikasi danau. Penting untuk disadari bahwa penambahan lebih
banyak nitrogen ke dalam tanah sebagai pupuk tidak selalu berakibat lebih
banyak pencucian nitrat sampai ke permukaan air tanah. Hal ini merupakan akibat
dari kenyataan bahwa pertumbuhan tanaman yang sangat meningkat memerlukan lebih
banyak pengambilan nitrogen. Tetapi, kehilangan nitrogen meningkat bila
kemampuan tanah dalam imobilisasi terlampaui (Foth, 1994).
Nitrogen dalam
tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, C/N
rendah; dan bahan organik, kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik merupakan
sumber N yang utama di dalam tanah.).Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara
(Simbiose dengan tanaman legumenose, yaitu oleh bakteri bintil akar atau
Rhizobium; Bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik) yaitu Azotobacter (aerobik)
dan Clostridium (anaerobik). Pupuk, misalnya ZA, Urea, dan lain-lain dan air
hujan (Jumin, 1997).
Fungsi N adalah
memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein.
Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas,
dan daun-daun kuning dan gugur. Gejala-gejala kebanyakan N adalah memperlambat
kematangan tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan
tanaman terhadap penyakit. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai
bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+),
dan Nitrat (NO3-) (Hardjowigeno 2003).
2.4.2
Nilai dan Kriteria N
Adapun nilai dan
kriteria N di dalam tanah yang berdasarkan Standar Internasional (SI) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel
Nilai dan Kriteria N dalam Tanah yang Berdasarkan Standar Internasional (SI)
Tabel 1. Kriteria N
Nilai N-Total
|
Kriteria N-Total
|
<0,1
0,1 – 0,21
0,22 – 0,51
0,52 – 0,75
>0,75
|
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
|
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik, baik yang hidup
bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen
tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk
melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat
dan iklim (Hakim, 1986).
III METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Menentukan Kandungan CaCO3 Secara
Kualitatif
Alat yang digunakan Pada
praktikum ini meliputi Cawan petri dan lup. Sedangkan bahan-bahan
yang diperlukan antara sampel tanah, aquades,
HCl.
3.1.2. Menentukan Kandungan CaCO3 Secara
Kuantatif
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Calsimeter, timbangan, pembakar spiritus. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tanah dan HCl.
3.1.3. Menentukan
Kandungan Bahan Organik Tanah
Alat yang digunakan pada praktikum ini melitputi Labu ukur, timbangan digital,
pipet, tabung reaksi, erlenmeyer. Sedangkan unuk bahan yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi tanah, K2Cr2O7
10 Ml, H2SO4 sebanyak 10 Ml, FeSO4, aquades,
indikator dipenialin.
3.1.4.
Mengukur Kadar N Total Tanah
Alat yang digunakan
pada praktikum ini melitputi timbangan analitis,
alat destruksi, alat distilasi, tabung kjeldahl, buret, gelas beker, dan gelas
ukur. Sedangkan unuk bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini meliputi tanah kering angin ᴓ
0,5 mm, H2SO4 pekat, H2SO4 0,1 N,
campuran katalisator serbuk K2SO4 dan CuSO4
dengan perbandingan 20 : 1, dan indikator metil merah.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1
Menentukan
Kandungan CaCO3 Secara Kualitatif
1. Mengambil
contoh tanah, memasukkan ke dalam cawan.
2. Menjenuhi
dengan air.
3. Menetesi
dengan HCl.
4. Mengamati
kelarutan tanah.
3.2.2. Menentukan Kandungan CaCO3 Secara
Kuantatif
1.
Menimbang
calsimeter kosong, bersih dan kering sebagai berat a
2.
Memasukkan
5 gram tanah kering dan timbang berat total sebagai berat b
3.
Mengisi
tempat HCl pada Calsimeter dengan HCl 2N sampai hampir penuh kemudian menimbang
sebagai berat c.
4.
Mengalirkan
HCl sedikit demi sedikit ke tempat tanah dengan membuka kran Calsimeter hingga
HCl habis sambil digoncangkan sedikit
5.
Menghangatkan
Calsimeter di atas pembakar spiritus berapi kecil sampai cairan menguap dan
tanah agak lembab
6.
Mengangkat
dari api dan membiarkan dingin selama 30 menit dan menimbang sebagai berat d.
7.
Melakukan
penghitungan kadar CaCO3 dalam sampel tanah
3.2.3 Menentukan
Kandungan Bahan Organik Tanah
1.
Menimbang
contoh tanah kering udara 1 gram, memasukan ke labu ukur.
2.
Menambahkan
K2Cr2O7 10 Ml.
3.
menambahkan
H2SO4 pekat sebanyak 10 Ml.
4.
mengocok
secara mendatar gelas ukur.
5.
menambah
indikator penialin sebanyak 1 Ml.
6.
mengambil
dengan pipet 5 Ml larutan jernih
7.
Mentitrasi
dengan FeSO4 hingga warna kehijau-hijauan.
3.2.4.
Mengukur Kadar N Total Tanah
Destruksi ( melepaskan
ikatan-ikatan yang mengandung N)
1. Menimbang
sampel tanah kering udara ᴓ 0,5 mm sebanyak 1 gram.
2. Memasukkan
ke dalam tabung kjedahl dan menambahkan 6 ml H2SO4 pekat.
3. Menambahkan
campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 ± 1 gram.
4. Mengocoknya
hingga merata dan setelah itu memanaskannya di almari asam sampai asapnya
hilang dan larutan menjadi putih kehijauan, kemudian mendinginkannya.
Distilasi
1. Menambahkan
25 – 50 ml aquades pada larutan hasil dekstruksi, kemudian memasukkannya ke
dalam labu destilasi sampai semua tanah ikut masuk.
2. Mengambil
erlenmeyer 100 ml dan mengisinya dengan 10 ml H2SO4 0,1
N, dan menambahkan dua tetes indikator metil merah hingga warna menjadi merah.
3. Menempatkan
erlenmeyer tersebut di bawah alat pendingin destilasi sedemikian rupa hingga
ujung alat pendingin tercelup di bawah permukaan larutan asam.
4. Menambahkan
dengan hati-hati ( melewati dinding labu destilasi) 20 ml NaOH pekat menjelang
destilasi dimulai.
5. Kemudian
memulai destilasi dengan menjaga agar larutan di dalam gelas piala tetap
berwarna merah, jika warna berubah segera menambahkan H2SO4 0,1
N dengan jumlah yang diketahui.
6. Proses
distilasi berlangsung sekitar 30 menit mulai larutan tersebut mendidih.
7. Setelah distilasi selesai kemudian
mendinginkannya.
Titrasi
1. Mentitrasi larutan
dalam erlenmeyer dengan NaOH 0,1 N sampai warna hamper hilang.
2. Melakukan semua
pekerjaan tersebut di atas untuk blanko, yaitu tanpa tanah.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Menentukan Kandungan CaCO3 Secara Kualitatif
Tabel 2. Hasil pengamatan
Kelompok
|
hasil
|
Tingkat
|
2
|
***
|
Banyak/tinggi
|
4.1.2 Menentukan
Kandungan CaCO3 Secara Kuantatif
Berat
Calsimeter kosong (a) = 72,805 gr
Berat
Calsimeter + tanah (b) = 77,553 gr
Berat
Calsimeter + tanah + HCl (c) = 91,604 gr
Berat
Calsimeter setelah dipanaskan (d) = 87,503 gr
Penghitungan-penghitungan:
Gas CO2 yang terjadi = e =
=
= 0,0932 gr/mol
Berat CaCO3 dalam tanah = e x
100
= 0,0932 x 100
= 9,32 gram
Berat tanah kering mutlak (BTKM) =
x (b – a)
=
x (77,553 – 72,805)
= 4,74 gram
%CaCO3 =
x 100 %
=
x 100 %
= 196,624%
4.1.3 Menentukan
Kandungan Bahan Organik Tanah
Volume titrasi
tanah = A = 40ml= 20ml larutan + 20ml titran
Volume titrasi
blanko= B= 45ml=20ml+25ml titran
Volume
teroksidasi= C= B-A= 45-40= 5ml
Perhitungan:
Perhitungan (c)
=
Kadar
B.O tanah = (C) x
= 0,19151 x
= 0,33%
4.1.4 Mengukur Kadar N Total Tanah
Tabel 3. Hasil pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
(warana)
|
Destruksi
|
Putih (bening)
|
Destilasi
|
Merah Muda
|
Tiltrasi
|
Kuning
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Menentukan Kandungan CaCO3 Secara Kualitatif
Kandungan kapur dalam tanah merupakan
besarnya kapur yang terkandung dalam tanah.
Kandungan kapur dalam tanah yang normal sebesar 2,0 %.
4.2.2 Menentukan Kandungan CaCO3 Secara Kuantatif
Pada
praktikum penentuan kadar CaCo3 secara kuantitatif menggunakan alat calsimeter.
Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa gelembung yang dhasilkan sedang, tidak
terlalu banyak maupun tidak teralu sedikit. Setelah melakukan perhitungan,
didapatkan hasil gas Co2 yang keluar yaitu sebesar 0,0932 g/mol. Kadar CaCo3
dalam tanah sebesar 9,32 gram. Berat contoh tanah kering mutlaknya 4,74624 gram
dan % CaCo3 sebesar 196,376 %.
4.2.3 Menentukan
Kandungan Bahan Organik Tanah
Pada praktikum kali
ini , dilakukan penetapan kadar bahan organik tanah menggunakan metode walkey
and black yang nilainya 77%keberannya, di hitung serta dinyatakan dalam metode
densterdt yang nlainya 100% kebeneranya, analisa demikian ini disebut analisa
kuanitatif volume oksidometri. Prinsip yang digunakan adalah oksidasi karbon
oleh oksidator k2Cr2o7 yang dititrasi dengan ferosulfat dalam suasana asam
sulfat sehingga menggunakan indikator berupa difenilamin. Hasil pengamatan
menunjukan bahwa kadar bahan organik tanah sampel sebesar 0,33%.
4.2.4 Mengukur Kadar N Total Tanah
Destruksi adalah
suatu perlakuan untuk melarutkan atau mengubah sampel menjadi bentuk materi
yang dapat di ukur sehingga kandungan berupa unsur-unsur di dalamnya dapat
diosmosis, pada praktikum kali ini menggunkan sampel tanah sebanyak 5gr, K2SO4
dan CaSO4 5gr kemudian di campur H2SO4 24ml kemudian di bagi menjadiperubahan
warna, setelah warna di destruksi warna akan berubah warna menjadi putih
bening.
Destilasi yang
digunakan adalah uap hasil pelarutan warna destruksi dengan penambahan
indicator metilred. Hasil dari destilasi ini yaitu oerubhan warna menjadi merah
muda. Tiltrasi adalah yang biasa digunakan dilaboraturium untuk menentukan
konsentrasi dari reaktan, hasil akhir dari titran yaitu perubahan warna menjadi
kuning.
Perbandingan C/N
dalam arti perbandingan karbon dan nitrogen di mana karbohidrat memberi energi
pada organisme serba guna tanah dan dalam keadaan tanah yang menguntungkan.
Semua nitrogen anorganik yang tersedia dalam tanah cepat diubah menjadi bentuk organik
dalam jaringan mikrobia (Buckman, 1982 ).
Nitrogen dalam tanah
berasal dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah,
bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik merupakan sumber bahan
N yang utama di dalam tanah. Selain N, bahan organik mengandung unsur lain
terutama C, P, S dan unsur mikro. Pengikatan oleh mikrorganisme dan N udara
(Lopulisa, 2004).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai N-Total yaitu bahan organic, apabila bahan organiknya
tinggi maka nilai N-Total juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Peningkatan
kadar bahan organik terjadi maka N dalam tanah juga akan meningkat ( Kemas,
2005).
V. PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
1. Kandungan
N – Total pada sampel tanah kering angin ᴓ 0,5 mm adalah 0,57 dengan kriteria
N- total tinggi.
2. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan nitrogen dalam tanah adalah bahan
organic, nitrifikasi, penambahan melalui pupuk.
3. Perbandingan
C/N dalam arti perbandingan karbon dan nitrogen di mana karbohidrat memberi
energi pada organisme serba guna tanah dan dalam keadaan tanah yang
menguntungkan.
4.
5.2 Saran
Sebaiknya ketika melakukan
praktikum lebih serius dan lebih teliti guna mendapatkan hasil praktikum yang
benar-benar akurat dan sesuai dengan yang ada diliteratur.
DAFTAR PUSTAKA
Fath, Henry. 1994. Dasar Ilmu Tanah. Erlangga : Jakarta.
Ikhwan, Ali. 2014. Petunjuk Praktikum DIT. Lab Agro UMM :
Malang.
Kuswandi. 1993.
Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soepardi, G.
1983. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran The Nature and Properties of Soils by
Brady. 1983. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tjokrodimuljo,
K., 1992, Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil FT UGM, Yogyakarta.
Wiqoyah, Qunik,
2006, Pengaruh kadar kapur, waktu perawatan dan perendaman terhadap kuat dukung
tanah lempung, Dinamika Teknik Sipil Volume 6 Nomor 1: 16-24.
Buckman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara
Karya Aksara : Jakarta.
Foth, H.D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Erlangga :Jakarta.
Hakim. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung: Lampung.
Hanafiah. 2005.
Ilmu Tanah. UI Press : Jakarta.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika
Presindo : Jakarta.
Jumin.1997.Dasar
– Dasar Ilmu Tanah. Gramedia : Jakarta.
Kemas. 2005. Ilmu Tanah Umum. Erlangga : Jakarta.
Lopulisa, C., 2004. Tanah-Tanah
Utama Dunia Ciri, Genesa, dan Klasifikasinya.
Lembanga Penerbitan Universitas Hasanuddin :Makassar.