- Back to Home »
- Essay »
- Peran Mikoroza Bagi Tanaman
Posted by : Faizin
Senin, 17 Februari 2014
Mikoriza pertama kali dipublikasikan pada tahun 1840 ketika Robert Hartig menemukan adanya cendawan pada akar tanaman pinus. Tahun 1885 A. B. Frank menamakan asosiasi tersebut sebagai mikoriza. Berdasarkan penemuan tersebut diketahui bahwa mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualisme 9
cendawan (myces) dengan akar (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi
yang terjadi dalam jaringan akar tanaman atau pada permukaan akar (Rao, 1994).
Mikoriza berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang
digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan
ektendomikoriza (Imas et al.,1989), sedangkan Rao (1994) membagi
mikoriza menjadi dua tipe besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza saja.
Ektomikoriza mempunyai beberapa perbedaan dengan endomikoriza. Menurut Imas et
al. (1989) ektomikoriza mempunyai lapisan mantel tebal, struktur jala, dan
hifa yang tidak masuk sel (berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan
korteks), serta menyebabkan akar yang terkena infeksi membesar. Endomikoriza
mempunyai stuktur berbentuk oval (vesikel), percabangan hifa (arbuskula), dan
hifa yang masuk dalam jaringan korteks, serta tidak menyebabkan perakaran yang
terinfeksi membesar. Ektendomikoriza mempunyai ciri-ciri antara ekto dan
endomikoriza yaitu dapat menginfeksi dinding sel korteks maupun korteksnya dan
mempunyai jaringan hartig (Fakuara,1988).
Vesikula Arbuskula Mikoriza (VAM) yang sering disebut dengan Cendawan
Mikoriza Arbuskula (CMA) merupakan endomikoriza. Diagnostik ciri utama CMA
adalah adanya vesikel dan arbuskula di dalam korteks akar. Vesikel mengembang
inter dan intraseluler, membengkok sepanjang atau pada ujung hifa (Fakuara,
1988) serta berfungsi sebagai tempat penyimpanan berisi lipid (Paul dan Clark,
1996). Arbuskula merupakan struktur internal pada korteks akar berupa hifa
bercabang mirip dengan haustoria patogen yang membantu transfer nutrisi dari
tanah ke sistem perakaran (Rao, 1994).
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) digolongkan ke dalam kelas Zygomycetes ordo
Glomales dengan dua sub ordo yaitu Glominae dan Gigasporinae.
Pembagian genus dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi dari spora dorman
(klamidospora). Glominae terbagi menjadi enam genus yaitu Sclerocystis
(membentuk sporocarp), Glomus (klamidospora tebal dan terminal), Paraglomus,
Acaulospora (klamidospora tunggal, terminal, aseptat), Entrophospora dan
Archaeospora. Gigasporinae terdiri dari dua genus yaitu Gigaspora dan
Scutellospora (Paul dan Clark, 1996 ; INVAM, 2008). 10
Simbiosis mikoriza memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak baik tanaman
maupun cendawan. Menurut Fakuara (1988) cendawan memberikan keuntungan pada
tanaman dan sebaliknya cendawan juga mendapatkan karbohidrat dan zat-zat
tertentu dari tanaman inang. Mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman
mampu menggunakan sukrose dalam tanaman inang dan mengubahnya menjadi bentuk
yang tidak dapat diubah oleh inang seperti gula, alkohol dan glikogen (Islami
dan Utomo, 1995).
Kemampuan tanaman untuk berfotosintesis dalam rangka menyuplai C-organik
bagi cendawan merupakan dasar simbiosis yang baik (Fakuara, 1988). Simbiosis
mutualisme tersebut dapat berubah menjadi hubungan yang merugikan. Parasitisme
dapat terjadi bila cendawan tidak dapat mengekstrak nutrisi yang dibutuhkan
atau tanaman tidak memperoleh manfaat atau imbal balik atas C-organik yang
telah diberikan kepada cendawan (Paul dan Clark, 1996).
Simbiosis mikoriza dipengaruhi oleh kelembaban, aerasi dan pH tanah, suhu,
cahaya serta spesifikasi inang. Sebagian besar cendawan mikoriza menyukai
kondisi asam pada pH 3.5-6, bersifat aerobik, mesothermal dengan suhu optimum
18oC-25oC dan tidak suka cahaya (Imas et al., 1989). Setiap jenis
mikoriza mempunyai inang yang spesifik atau mikoriza yang berbeda jenis
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan inangnya (Mukerji et
al., 1991).
Peran Mikoriza bagi Tanaman
Mikoriza memberikan berbagai macam manfaat bagi tanaman inang. Menurut Imas et
al. (1989) ; Fakuara (1988) mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur
hara terutama P dan hara lainnya (N, K, Ca, Mg, Cu, Mn dan Zn), produksi hormon
dan zat pengatur tumbuh, serta ketahanan kekeringan dan serangan patogen akar.
Mikoriza juga dapat mengurangi kandungan logam berat disekitar perakaran,
selain sebagai proteksi terhadap patogen akar dan nematoda (Paul dan Clark,
1996).
Berdasarkan penelitian-penelitian telah dikaji manfaat mikoriza pada tanaman
perkebunan maupun tanaman pangan khususnya dalam serapan hara. Inokulasi
mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan, serapan P dan hasil padi gogo varietas
IR 64 (Kabirun, 2002), meningkatkan mineralisasi P organik pada 11
kelapa sawit (Widiastuti et al., 2003), serta meningkatkan serapan P
sebanyak 0.3881 ppm dan hasil jagung sebesar 280.15 g/tanaman (Hasanudin dan
Gonggo, 2004). Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan kadar N sebesar 11.5%,
kadar P sebesar 14.9% dan kadar K sebesar 12.2% pada padi gogo (Saragih, 2005).
Menurut Imas et al. (1989) mekanisme peningkatan penyerapan unsur
hara terjadi karena adanya selubung hifa yang tebal, peningkatan metabolisme
akar akibat peningkatan konsumsi oksigen, dan enzim phospatase. Mikoriza dapat
mengeluarkan suatu enzim phospatase yang dapat mengurai hara dari keadaan tidak
tersedia menjadi tersedia bagi tanaman dan menyerap hara khususnya fosfat yang
konsentasinya rendah dalam larutan tanah (Fakuara, 1988). Mikoriza dengan
adanya selubung hifa tebal dapat meningkatkan luas permukaan sistem perakaran
sehingga meningkatkan bidang penyerapan (Islami dan Utomo, 1995). Menurut
Dighton (2003) adanya hifa cendawan memberikan keuntungan dalam pengam-bilan
unsur hara, yaitu dapat menembus tanah dengan mudah, memberikan ruang jelajah
yang lebih luas akibat diameter yang lebih kecil, serta memberikan bidang
penyerapan nutrisi yang lebih luas.
Mikoriza dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh
seperti auksin, sitokinin, giberelin dan vitamin. Auksin dapat mencegah penuaan
dan suberinisasi pada akar sehingga memperlama fungsi akar sebagai penyerap
hara dan air (Imas et al., 1989). Sitokinin dapat mempengaruhi aktivitas
fotosintesis dan transpirasi, penyerapan P dan transpor ion (Paul dan Clark,
1996).
Tanaman bermikoriza akan lebih tahan terhadap serangan patogen akar. Menurut
Zak (1967) dalam Imas et al. (1989), ada tiga mekanisme perlindungan mikoriza.
Mekanisme pertama yaitu adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik. Mekanisme
kedua yaitu adanya lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen, karena
mikoriza menyerap semua kelebihan karbohirdrat dan eksudat akar. Mekanisme
ketiga adalah adanya antibiotik yang dihasilkan cendawan.
Peningkatan ketahanan terhadap logam berat merupakan salah satu manfaat yang
penting dari mikoriza. Oleh karena itu mikoriza sering digunakan untuk
memperbaiki kondisi lahan bekas tambang. Logam berat tersebut diikat dan
dikelilingi oleh gugus karboksil dari senyawa pektat (hemiselulose) yang
dihasilkan diantara matriks cendawan dan tanaman inang (Paul dan Clark, 1996).